27 C
Jakarta
Kamis, 25 April, 2024

Perpetual Swap: Take Profit dari Crypto Tanpa Harus Beli

Perpetual swap kian menjadi istilah yang populer di kalangan pelaku trading online dan investasi cryptocurrency belakangan ini. Dalam metode ini nantinya akan memberi peluang bagi mereka yang ingin memperjualbelikan koin tanpa harus memiliki koin tersebut terlebih dahulu. Lalu, bagaimana cara kerjanya?

Untuk memahami lebih dalam mengenai hal ini, maka investor maupun trader harus memahami derivatif terlebih dahulu. Derivatif pada dasarnya adalah semua produk finansial yang nilainya itu didasarkan dari suatu nilai atas aset lain yang menjadi underlying.

Perpetual Swap dan Hubungannya dengan Derivatif

Diketahui bahwa produk finansial derivatif tersebut bisa didasarkan pada berbagai macam aset lain dengan investor maupun trader menggunakan metode tersebut. Sebagai contoh, derivatif ini bisa menggunakan kontrak berjangka dari suatu aset berupa sejumlah koin kripto sebagai underlying.

Produk seperti ini juga memungkinkan para trader kripto untuk melakukan transaksi jual beli dengan menggunakan ‘margin’. Margin itu sendiri juga diartikan sebagai sejumlah uang yang dipinjam trader dari broker untuk membiayai sebuah investasi.

Pada intinya, margin ini juga memungkinkan seseorang untuk dapat berinvestasi dalam nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kemampuan asli yang dimilikinya. Jenis investasi ini mungkin terdengar oleh investor awam seperti berinvestasi dengan kartu kredit, namun pemikiran ini tidak sepenuhnya salah.

Karena pada dasarnya, ada sebuah risiko yang harus ditanggung oleh investor jika mereka melakukan investasi derivatif. Maka itu, jika suatu saat terjadi sebuah pelanggaran terhadap kesepakatan, tentunya akan ada penalti yang harus dipertanggungjawabkan oleh investor.

Namun, tentu saja investasi seperti ini juga akan memberikan keuntungan tersendiri bagi mereka para peminatnya. Investasi yang tergolong dalam ‘leveraged trading’ ini juga bisa digunakan oleh investor untuk melakukan transaksi ‘short’, atau bisa juga disebut dengan berinvestasi atas nilai aset yang turun.

Lantas apa itu perpetual swap dan apa hubungannya dengan derivatif? Pada dasarnya, hal ini dapat dikatakan sebagai jenis derivatif yang tidak memiliki waktu jatuh tempo. Seperti derivatif pada umumnya, yakni para trader bisa memilih diantara kedua pilihan apakah mereka akan berada di posisi ‘long’ atau posisi ‘short’. Posisi ‘long’ ini berarti kebalikan dari short seperti yang sudah dijelaskan tadi.

Namun, terdapat funding fee atau biaya yang harus mereka bayarkan untuk dapat melakukan transaksi ini. Mekanisme ini bertujuan untuk bisa memastikan konvergensi dari harga perpetual terhadap harga di pasar spot berdasarkan pertukaran nilai tukar swap antara para trader yang berada di kedua posisi tersebut yakni long atau short. Secara umum, biaya ini akan dibayarkan setiap 8 jam.

Sehingga, dapat dikatakan bahwa ketika seorang trader melakukan perpetual swap, maka mereka sebenarnya seperti sedang berjudi atas pada kenaikan ataupun penurunan nilai sebuah aset. Namun, seperti yang sudah dijelaskan tadi bahwa perpetual tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo, akan tetapi mereka juga perlu membayar funding fee.

Jika tingkat pendanaan ke arah positif, maka posisi long akan membayar dan posisi short akan menerima pendanaan, begitupun sebaliknya jika tingkat negatif. Hanya seorang pengguna yang memegang posisi pada stempel waktu pendanaan yang nanti akan menerima atau membayar pendanaan; jika posisi telah ditutup sebelum adanya penyelesaian, maka pengguna tidak akan menerima atau membayar dana.

Sistem ini nantinya akan memberikan insentif kepada para trader untuk mereka membuka posisi dengan memastikan sebuah harga swap terus-menerus akan mengikuti harga pasar aset dasarnya.

Cara Menghitung Perpetual Swap

Setelah mengetahui penjelasan sebelumnya sudah cukup menggambarkan tentang Perpetual Swap? Agar lebih mudah untuk dipahami oleh trader maupun investor, simak gambarannya berikut ini.

Sebagai contoh, pada bulan April 2021 misalnya, ada seorang investor yang sangat percaya bahwa harga Bitcoin yang saat itu senilai US$4.000 akan naik. Setelah mempercayai hal tersebut, akhirnya investor tersebut membuka 2 kontrak perpetual dengan menggunakan jaminan sebesar US$8.000.

Hingga akhir bulan Juni 2021, ternyata harga spot Bitcoin tersebut terus naik mencapai harga sekitar US$14.000. Sebagai bagian dari mekanisme funding, maka investor secara akan mendapatkan keuntungan sekitar US$20.000. Mengenai mekanismenya dihitung berdasarkan perhitungan berikut ini:

Profit = Posisi kontrak x (Harga saat ini – Harga awal)

Profit = 2 x (14,000 – 4,000)

Profit = 20,000

Melalui gambaran keuntungan ini, tentu belum menghitung biaya yang harus dikeluarkan serta funding rate yang harus dibayarkan oleh investor sepanjang periode tersebut. Seperti dijelaskan sebelumnya, yakni biaya funding ini biasanya perlu dibayarkan investor setiap 8 jam sekali.

Contoh tersebut menggambarkan tentang, bagaimana kontrak perpetual bisa menjadi salah satu opsi investasi untuk cepat tajir. Namun meskipun demikian, tentu saja ada risiko yang perlu dipahami dan diantisipasi lebih dulu oleh para trader crypto yang berniat mencobanya. Salah satunya adalah mekanisme tingkat pendanaan yang cenderung bekerja melawan perdagangan populer.

Artinya, ketika banyak orang membuka kontrak dengan posisi long, dan investor juga ingin ikut serta, maka kemungkinan yang terjadi bukanlah seperti yang diharapkan. Besar kemungkinan investor akan membayarkan funding fee untuk semua short yang akan menjaga harga swap terus turun.

Kesimpulan

Pada dasarnya dalam instrumen investasi apapun, tentu memiliki sebuah risiko. Hal yang sama juga dapat terjadi pada investasi saham, reksa dana, bahkan emas. Namun, terpenting bagi investor adalah memahami dan mempelajari benar-benar terhadap semua risiko yang dapat terjadi dan bersiap dengan hal itu.

 

Penulis: Kontributor

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE