JAKARTA, duniafintech.com – PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) mencetak pertumbuhan laba bersih mencapai Rp 828,9 miliar di semester I-2022, tumbuh 70,1% secara tahunan (year on year/yoy). Perolehan pertumbuhan laba BFI Finance ini tidak terlepas dari derasnya penyaluran pembiayaan baru (booking) seiring pulihnya daya beli masyarakat.
Emiten berkode BFIN ini mencatat pertumbuhan pembiayaan baru sebesar 49,8% (yoy) menjadi Rp 8,53 triliun. Pertumbuhan ini didukung peningkatan mobilitas masyarakat yang mendorong permintaan pembiayaan otomotif dan alat-alat berat.
Finance Director BFI Finance Sudjono menyampaikan, pihaknya terus menjaga momentum pertumbuhan dengan mengoptimalkan cakupan layanan. Perusahaan juga mampu menawarkan tingkat bunga yang kompetitif sehingga pembiayaan dapat melampaui target sebelumnya.
“Hal ini tampak dari meningkatnya nilai pembiayaan kami secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Kami terus menjaga momentum pertumbuhan dengan mengoptimalkan layanan dan coverage, serta bunga yang kompetitif sehingga dapat melampaui target yang ditetapkan sebelumnya,” tambah Sudjono.
Baca juga: Tumbuh Positif, Jasa Marga Cetak Laba Rp392,8 Miliar di Kuartal I-2022
Beralih ke sisi aset, perusahaan pembiayaan senior yang berdiri sejak 1982 mencatatkan pertumbuhan total aset sebesar 27,7 persen yoy menjadi Rp18,14 triliun. Sebagian besar berasal dari komponen piutang pembiayaan neto sebesar Rp15,94 triliun.
“Jumlah piutang pembiayaan neto BFI Finance hingga Juni 2022 tersebut tercatat tumbuh 26,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp12,59 triliun,” kata Sudjono.
Total piutang kelolaan (managed receivables) terkini BFIN pun naik sebesar 23,2 persen yoy menjadi Rp16,8 triliun. Portofolio pembiayaan dari managed receivables berdasarkan jenis aset konsumen masih didominasi oleh pembiayaan mobil bekas dan baru sebesar 70,0 persen atau senilai Rp11,75 triliun.
Menyusul setelahnya, pembiayaan alat berat dan permesinan sebesar 12,0 persen, pembiayaan motor bekas 10,8 persen, property-backed financing 2,7 persen, dan sisanya berasal dari pembiayaan syariah dan chanelling dengan anak usaha, yakni tekfin P2P lending PT Finansial Integrasi Teknologi atau Pinjam Modal.
“Peran Pinjam Modal menjembatani penyaluran pinjaman kepada segmen-segmen debitur yang belum mampu mendapatkan akses pembiayaan secara konvensional,” jelasnya.
Baca juga: TrueMoney X BFI Finance Permudah Pinjaman Digital
Adapun, dari sisi kualitas portofolio, rasio pembiayaan bermasalah alias non-performing financing (NPF) stabil di angka 1,08 persen, jauh di bawah NPF rata-rata industri bulan Mei 2022 sebesar 2,77 persen untuk NPF bruto sementara itu, NPF neto hanya mencapai 0,31 persen.
Sementara itu, BFI Finance juga mencatatkan NPF coverage sebanyak 4,6 kali, yaitu besaran tingkat cadangan piutang dibanding NPF, jauh lebih besar dibandingkan NPF coverage rata-rata industri bulan Mei 2022 sebesar 2,1 kali.
Terakhir, terkait piutang yang mendapatkan restrukturisasi kredit pada masa pandemi Covid-19, terkini hanya tersisa 4,5 persen dari total nilai piutang pembiayaan per Juni 2022. Sebelumnya, restrukturisasi sempat mencapai puncaknya pada September 2020 dengan persentase hingga 35,5 persen dari piutang pembiayaan BFIN.
Terkini, sebagian besar dari sisa piutang restrukturisasi atau sebanyak 79,4 persen sudah kembali membayar angsuran penuh. Sudjono menjelaskan bahwa restrukturisasi pun sudah hampir rampung karena hanya 0,9 persen dari debitur restrukturisasi yang masih melakukan pembayaran dengan nilai di bawah angsuran normal dan tergolong restrukturisasi aktif.
“Sisanya sudah kembali melakukan pembayaran normal di lebih dari 12 angsuran terakhir, sehingga seharusnya mereka sudah bisa dikeluarkan dari kategori restrukturisasi,” tutupnya.
Baca juga: Daftar Saham Blue Chip Ini Dinilai Lebih Aman, Benarkah Begitu?Â