34 C
Jakarta
Selasa, 16 April, 2024

PHK Massal Akibat Bakar Duit Terlalu Banyak, Perusahaan Startup Salahkan Resesi Ekonomi

JAKARTA, duniafintech.com – Dunia usaha startup Indonesia saat ini sedang dilanda badai PHK massal, belum berakhir tahun 2022 beberapa perusahaan startup harus merumahkan karyawannya.

Beberapa perusahaan startup melakukan PHK terhadap karyawannya mengeluarkan alasannya dikarenakan adanya pengaruh dari situasi ekonomi global yang saat ini tidak menentu. Namun ada beberapa juga perusahaan startup yang saat ini masih bertahan bahkan optimis tetap bertumbuh di tahun 2023. 

Sebenarnya, ada apa di balik badai PHK massal yang dilakukan oleh beberapa perusahaan startup di Indonesia ? 

Baca juga: Marak PHK Perusahaan StartUp, Ruangguru Lakukan Pengurangan Ratusan Karyawan

Biaya “Bakar” Uang Akibatkan PHK Massal Perusahaan Startup

Owner Sinar Mas Franky Oesman menjelaskan peristiwa terjadinya PHK massal perusahaan startup, pada awalnya adanya kebijakan perbankan seperti Eropa dan Amerika Serikat yaitu kebijakan “cetak uang” sehingga likuiditas melimpah. 

Saat penerapan kebijakan “cetak uang” tersebut sangat mudahnya untuk menggalang dana untuk diinvestasikan ke perusahaan startup dengan dana yang sangat besar. Dana atau uang tersebut digunakan oleh perusahaan startup untuk dibakar bertujuan promosi-promosi menarik pelanggan atau burning money. 

“Jadi model bisnisnya dulu membakar uang. Kalau aa yang sukses itu bagus. 

Namun untuk saat ini, Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed mulai menaikkan suku bunga acuannya. Akibatnya investor mulai bersikap hati-hati menggunakan uangnya, sehingga terjadinya kebijakan uang diperketat. 

Kendati demikian, menurutnya dengan peristiwa seperti saat ini akan menjadikan pelajaran bagi para pengusaha startup untuk bisa bersaing dan beradaptasi untuk kedepannya menjadi semakin kuat. 

“Everybody learn how to make the real business. Jadi bagaimana mencari cara yang cepat dan tepat,” kata Franky. 

Perusahaan StartUp “Kambing Hitamkan” Ekonomi Global

Akademisi dan Praktisi dari Universitas Indonesia Rhenald Kasali meragukan alasan perusahaan startup melakukan PHK massal dikarenakan ekonomi global, sebab selama masa pandemi bisnis perusahaan startup diuntungkan karena masyarakat menggunakan jasanya.

“Saya kok ragu-ragu ya. Kalau saya lihat memang selama pandemi banyak sekali mereka (perusahaan startup) yang diuntungkan. Semua menggunakan jasa mereka (perusahaan startup) tetapi apakan itu sustain?” kata Rhenald dalam akun resmi tiktoknya @rhenaldkasali. 

Dia menilai perusahaan startup yang melakukan PHK massal karyawannya dikarenakan melakukan bakar duit secara berlebihan, sehingga yang terjadi menimbulkan kompetisi di antara perusahaan startup. 

Kedua, seperti perusahaan startup Ruangguru. Menurutnya produknya saat ini dibidang edukasi technology kurang sustain. Sebab saat ini tidak semua orang mau kursus berkelanjutan dengan memanfaatkan kartu pra kerja pada masa pandemi. Apalagi saat ini sudah banyak di media sosial yang menggelar kursus-kurus gratis. 

“Jadi ini adalah masalah model bisnis dan masalah kecocokan,” kata Rhenald. 

Menurutnya permasalahan resesi ekonomi tidak selalu berdampak pada semua bangsa di seluruh dunia. Terjadinya permasalahan pada perusahaan startup, bisa dikarenakan adanya kesalahan management bisnis perusahaan. Untuk itu, dia menyarankan kepada perusahaan startup untuk membuka laporan keuangan perusahaan

“Ingat resesi itu tidak selalu berdampak pada semua bangsa di seluruh dunia. Jangan mencari kambing hitam. Jangan-jangan anda bakar duitnya memang berlebihan dan sekarang situasinya berubah dari online ke offline,” kata Rhenald. 

Perlu Antisipasi Untuk Hindari Badai Besar PHK Massal Landa Perusahaan Startup

Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) perusahaan rintisan terus berlanjut. Bahkan PHK terjadi di perusahaan selevel decacorn seperti Shoppe dan GoTo (Gojek Tokopedia). Shopee dua kali melakukan PHK. Sementara 1.300 karyawan GoTo turut di-PHK, menyusul kemudian ratusan karyawan perusahaan rintisan pendidikan Ruang Guru juga terkena imbas PHK.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati sudah mencermati tren PHK perusahaan rintisan yang mulai terjadi sejak awal. Perusahaan rintisan yang mendapatkan tambahan modal dari pasar global masih berfokus pada promosi dan ekspansi untuk mendapatkan pasar dengan beban biaya operasional.

“Istilahnya bakar duit dengan memberikan banyak insentif demi menarik pasar lalu dengan menarik beban SDM dengan biaya operasional yang tinggi. Sementara saat pemodal global mengalami tekanan, duit yang dibakar habis sehingga yang terpaksa dikorbankan adalah karyawan dengan PHK,” ujar Kurniasih.

Kurniasih khawatir jika tidak diatasi, akan menyusul gelombang-gelombang berikutnya pada perusahaan rintisan dalam negeri. Padahal, mayoritas perusahaan rintisan dalam negeri mendapatkan suntikan modal dari luar negeri. Sementara dunia ekonomi global masih lesu dan tengah mengencangkan pinggang menuju 2023.

“Jika tidak dilakukan antisipasi gelombang PHK di perusahaan rintisan akan terus bergulir. Sehingga apa yang dulu dibanggakan sebagai transformasi digital bisa tidak terbentuk karena banyak anak bangsa menjadi korban PHK. Jangan sampai Indonesia hanya dipandang sebagai pasar bagi perusahaan rintisan tapi anak-anak bangsa yang bekerja di perusahaan rintisan rentan dari sisi perlindungan kerja,” ungkap Kurniasih.

Kurniasih mengemukakan Kementerian Tenaga Kerja perlu memastikan jika karyawan perusahaan rintisan yang terkena PHK bisa mendapatkan hak-haknya sesuai dengan peraturan. Sementara di sisi lain, perlu alternatif dunia kerja yang bisa dilakukan oleh karyawan perusahaan rintisan yang terkena PHK.

“Sebenarnya teman-teman yang bekerja di startup ini punya modal keahlian terutama di dunia digital. Skill ini yang perlu dikembangkan pada bidang lain misalnya mengembangkan diri menjadi wirausaha di dunia digital, bekerja menjadi self employe di dunia digital dan sebagainya. Kemenaker bisa memfasilitasi hal tersebut,” imbuh politisi dari F-PKS ini.

Deretan Perusahaan Startup Lakukan PHK Massal

Pemutusan hubungan kerja (PHK) menerpa perusahaan startup di tahun 2022 ini. Permasalahan PHK perusahaan startup yang terbaru saat ini melakukan PHK karyawan yaitu Ruangguru.

Berikut daftar perusahaan startup yang melakukan PHK karyawan, dirangkum oleh dunifintech.com:

  1. Ruangguru

Setelah GoTo melakukan pengurangan karyawan, kali ini perusahaan startup yang bergerak di bidang pendidikan yaitu Ruangguru harus rela mengeluarkan kebijakan pengurangan ratusan karyawannya. 

“Kemarin kami mengumumkan keputusan terberat yang harus kami ambil. Dengan berat hati, Ruangguru harus berpisah dengan ratusan anggota tim terbaiknya melalui pemutusan hubungan kerja. Kami meminta maaf atas kegagalan kami dalam memprediksi dan mengantisipasi situasi ekonomi yang berkembang cepat,” kata Belva Devara dalam akun resmi Instagramnya (IG) @belvadevara. 

Belva Devara mengungkapkan saat awal pandemi, layanan Ruangguru mengalami peningkatan permintaan yang besar yang berujung pada rekrutmen yang terlalu cepat dalam dua tahun terakhir. Dia menambahkan situasi ekonomi global belakangan ini memburuk secara drastis dan berada pada titik terendah dalam puluhan terakhir, terlihat dari tingginya angka inflasi dan kenaikan suku bunga yang membuat iklim investasi dunia memburuk secara signifikan. 

“Hal ini berdampak luas kepada komunitas startup teknologi global, termasuk kami di Ruangguru,” kata Belva Devara.

  1. Gojek dan Tokopedia (GoTo)

GoTo melakukan PHK terhadap 1.300 karyawannya atau sekitar 12 persen dari total karyawan tetap GoTo. Langkah tersebut dinilai sebagai salah satu bentuk penghematan biaya yang dilakukan perusahaan. Hal itu pernah dilakukan perusahaan pada akhir kuartal II tahun 2022. 

Perusahaan berhasil melakukan penghematan biaya struktural sebesar Rp800 miliar dari berbagai aspek penghematan seperti teknologi, pemasaran dan outsourcing. 

  1. Xendit

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terus berlanjut bagi perusahaan startup, kali ini Xendit harus rela kehilangan karyawannya di Indonesia dan Filipina. 

Chief Operating Officer (COO) Xendit Tessa Wijaya mengungkapkan perusahaan harus rela merumahkan sekitar 5 persen karyawannya baik di Indonesia dan Filipina. Dia mengaku di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu sehingga memaksa perusahaan untuk melakukan rightsizing struktur dan sumber daya manusia. 

Kendati demikian, perusahaan tetap mencoba untuk menyiapkan rencana bisnis terbaiknya di tengah terjadinya penyesuaian karyawan. Hal itu didasarkan pada strategi bisnis yang progresif dengan melihat situasi ke depan. 

“Sekitar 5 persen tim kami di Indonesia dan Filipina,” kata Tessa. 

Baca juga: Perusahaan StartUp PHK Karyawan, GoTo Masuk Daftar!

  1. Binar Academy

Kali ini perusahaan startup education technology Binar Academy melakukan PHK terhadap 20 persen karyawannya. 

CEO Binar Academy Alamanda memastikan bersama seluruh head of department, team leader serta BoD siap membantu karyawan terdampak untuk konsultasi karir. Kendati demikian, dirinya tidak mengungkapkan berapa jumlah keseluruhan karyawan dari 20 persen terkena PHK. 

Dia menambahkan pihaknya akan memastikan untuk seluruh karyawan menerima pesangon sesuai dengan ketentuan berlaku. Perusahaan juga akan tetap melanjutkan fasilitas jaminan kesehatan bagi karyawan terdampak sampai dengan 30 Oktober 2022 termasuk anggota keluarganya. 

“Kami memastikan seluruh karyawan menerima pesangon sesuai dengan ketentuan berlaku,” kata Alamanda. 

  1. Tokocrypto

Perusahaan Startup Tokocrypto menyusul Shopee dengan melakukan pengurangan karyawan sebanyak 20 persen dari 227 karyawan. Pengurangan tersebut dilakukan dengan alasan adanya perubahan fokus bisnis. 

VP Corporate Communication Tokocrypto Rieka Handayani mengungkapkan perusahaan telah menjadi bagian dari pertumbuhan dan perkembangan ekosistem industri kripto karena itu harus mampu beradaptasi cepat dengan perubahan. Untuk itu langkah internal yang diambil adalah mentransfer beberapa karyawan kepada bisnis unit yang telah menjadi entitas berbeda yaitu T-Hub dan Toko Mall.

“Penyesuaian jumlah karyawan sekitar 20 persen dari 227 karyawan dengan pertimbangan perubahan fokus bisnis serta memberikan rekomendasi karyawan kepada perusahaan-perusahaan web3 dan block chain yang selama ini telah menjadi partner kami,” kata Rieka. 

  1. Shopee Indonesia 

Head of Public Affairs Shopee Indonesia Radynal Nataprawira menjelaskan bahwa dengan berat hati, Shopee Indonesia harus melepas sejumlah karyawannya. Keputusan ini merupakan langkah terakhir yang harus ditempuh, setelah melakukan penyesuaian melalui beberapa perubahan kebijakan bisnis.

“Kondisi ekonomi global menuntut kami untuk lebih cepat beradaptasi serta mengevaluasi prioritas bisnis agar bisa menjadi lebih efisien. Ini merupakan sebuah keputusan yang sangat sulit,” katanya.

Langkah efisiensi sejalan dengan fokus perusahaan secara global untuk mencapai kemandirian dan keberlanjutan, yang merupakan 2 komponen penting dalam menjalankan bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini.

  1. Lummo

Startup fintech yang dikenal dengan BukuKas melakukan PHK. Berdasarkan sumber, sebanyak 100 karyawan telah di-PHK oleh perusahaan. Hal itu dilakukan karena situasi global yang tidak pasti sehingga berdampak terhadap akses dan sulit untuk mendapatkan modal. 

  1. iPrice

iPrice Group melakukan PHK pada 20 persen stafnya setelah tiga bulan perusahaan mengumumkan investasi US$5 juta. Langkah tersebut dilakukan perusahaan untuk memerlukan investasi dengan rencana jangka panjang. 

  1. Pahamify

Perusahaan startup bidang pendidikan harus rela berpisah dengan beberapa karyawan, hal itu dikarenakan untuk mengoptimalkan proses bisnis perusahaan. 

  1. TaniHub

TaniHub harus rela menghentikan semua layanan business to consumers (B2C) akibatnya operasional gudang di Bandung dan Bali. Sehingga mengakibatkan PHK bagi sejumlah pekerja TaniHub, perusahaan pun fokus menjadi pemasok bagi hotel, restoran dan kafe. 

  1. SiCepat

Perusahaan startup melakukan PHK ratusan karyawan di seluruh manajemen dan departemen yang tidak memenuhi standar penilaian perusahaan. Secara komposisi jumlah karyawan yang terdampak sebanyak 360 karyawan.

  1. LinkAja

LinkAja melakukan reorganisasi perusahaan sehingga berdampak terhadap PHK sebanyak 200 karyawan. Padahal perusahaan startup tersebut merupakan perusahaan yang disokong 8 perusahaan BUMN sebagai pemegang saham LinkAja. 

  1. Zenius

Perusahaan startup teknologi edukasi tersebut memutuskan PHK massal, lebih dari 200 karyawan harus rela berpisah dengan perusahaan. Hal itu diakibatkan karena dampak dari kondisi makro ekonomi.

  1. Mobile Premiere League

Perusahaan startup Gim harus melepas 100 karyawan. Perusahaan startup asal India Mobile Premier League juga telah menutup operasionalnya di Indonesia, hal itu dikarenakan telah berinvestasi dalam jumlah banyak untuk operasional di Indonesia tetapi pengembaliannya pun sangat kecil dari yang diharapkan perusahaan. 

  1. Mamikos

Perusahaan startup yang bergerak dalam hal pencarian sewa kos hunian menyatakan adanya PHK kepada karyawan karena adanya restrukturisasi. Langkah itu dilakukan agar perusahaan menjadi lebih sehat dan sustain. 

Baca juga: Di Tengah Tech Winter, Startup Perlu Perhatikan Sisi Keamanan Siber Mereka

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE