26.3 C
Jakarta
Jumat, 19 April, 2024

Strategi Meningkatkan Layanan Keuangan, Fintech dan BPR Berkolaborasi

duniafintech.com – Salah satu perusahaan financial technology (fintech) berbasis pinjaman Kredit Pintar menjalin kerjasama dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sukawati Pancakanti atau biasa dikenal dengan PT. BPR Kanti untuk strategi meningkatkan layanan keuangan. Fintech peer to peer (P2P) lending Kredit Pintar merupakan penyedia solusi kebutuhan akses pembiayaan bagi perorang juga sektor produktif.

Strategi meningkatkan layanan keuangan ini dijalankan melalui kemitraan Kredit Pintar dan BPR Kanti yang bertujuan untuk mengembangkan layanan keuangan secara digital juga untuk mendorong inklusi keuangan baik didaerah maupun secara nasional. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini Bank Perkreditan Rakyat (BPR) akan mampu bersaing dengan industri teknologi finansial atau financial technology (fintech). Melihat dari penerapan suku bunganya, BPR terbilang lebih rendah dibandingkan dengan fintech yang artinya masyarakat bisa menikmati dana lebih murah.

Baca Juga :

“Saat ini Kredit Pintar sedang mendorong pengembangan bisnis dengan memperluas kemitraan dengan BPR dan BPD di seluruh wilayah Indonesia. Pada kesempatan kali ini, kami mengajak untuk berkolaborasi dengan BPR Kanti untuk maju bersama dengan memberikan solusi alternatif untuk keuangan melalui strategi meningkatkan layanan keuangan yang inovatif. Bukan hanya dalam hal keuangan, tetapi kami harap melalui inovasi produk baru dengan teknologi dapat menciptakan produk yang berguna bagi masyarakat.” Ujar CEO Kredit Pintar, Wisely Wijaya dalam keterangan pers nya yang dikirimkan kepada redaksi DuniaFintech.

Wisely menambahkan, dengan adanya jalinan kerjasama antara fintech dan BPR ini akan menjadi bukti nyata bahwa Kredit Pintar hadir untuk mendorong perekonomian daerah agar semakin maju melalui produk canggih yang dimiliki. Kredit Pintar mengajak BPR Kanti untuk berpartisipasi dalam menyalurkan pembiayaan ke masyarakat ke daerah Bali dan sekitarnya, khususnya yang tidak dapat mengakses perkreditan dari lembaga keuangan tradisional. Dengan adanya perkembangan teknologi ini dapat menjadi solusi dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang tentunya akan berdampak positif terhadap perekonomian nasional serta menjadi salah satu strategi meningkatkan layanan keuangan.

Berdasarkan data dari Bank Dunia, adanya credit gap yang cukup besar di Indonesia berjumlah hampir mencapai Rp 1.000 triliun. Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan kredit dengan kemampuan institusi keuangan dalam menyediakan kredit. Sedangkan data dari OJK per Juni 2019, secara akumulatif industri fintech telah menyalurkan pinjaman mencapai Rp 44,80 triliun.

-Vidia Hapsari-

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE