29.1 C
Jakarta
Jumat, 26 April, 2024

Transaksi Ekonomi Keuangan Digital Meningkat Capai Rp4.331 Triliun

JAKARTA, duniafintech.com – Bank Indonesia mencatat transaksi ekonomi dan keuangan digital mengalami perkembangan pesat dalam mendorong kegiatan ekonomi. 

Terbukti untuk nilai transaksi ekonomi keuangan digital uang elektronik pada bulan Februari 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 31,14 persen atau mencapai Rp35,7 triliun. Sedangkan untuk nilai transaksi digital banking meningkat sebesar 28,35 persen menjadi Rp4.331,1 triliun. 

Baca juga: Ini Tantangan Wanita untuk Akses Ekonomi Digital

Kemudian, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu Debet dan kartu kredit juga mengalami peningkatan 9,61 persen menjadi Rp654,9 triliun. Sementara itu, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada bulan Februari 2023 meningkat sebesar 2,71 persen mencapai Rp905,4 triliun. 

“Bank Indonesia memastikan ketersediaan uang Rupiah dengan kualitas yang terjaga di seluruh wilayah NKRI,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. 

Perry menjelaskan Bank Indonesia akan memperkuat kebijakan sistem pembayaran dalam menghadapi periode bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1444 H dengan memastikan ketersediaan dan keandalan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sistem pembayaran industri, termasuk memantau keandalan sistem peserta dalam memberikan pelayanan transaksi sistem pembayaran. 

“Bank Indonesia akan memastikan ketersediaan uang Rupiah layak edar melalui program SERAMBI dengan memperkuat layanan kas kepada masyarakat melalui perbankan dan Bank Indonesia, serta menyediakan lokasi layanan penukaran uang pada titik-titik keramaian dan jalur mudik,” kata Perry.

Baca juga: Bank Dunia Perkirakan Kontribusi Wanita untuk Ekonomi Digital Capai Rp972 Triliun

Sedangkan untuk segmen UMKM, Perry mencatat pertumbuhan kredit khususnya Kredit Usaha Rakyat telah mencapai Rp587 triliun hingga akhir Februari 2023. Menurutnya kredit atau pembiayaan yang tinggi didorong oleh tersedianya sisi penawaran sejalan dengan kondisi likuiditas yang memadai dan standar penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan yang longgar. 

Sementara dari sisi permintaan, Perry menambahkan kenaikan kredit atau pembiayaan ditopang oleh permintaan korporasi termasuk UMKM dan konsumsi rumah tangga yang terus membaik. Di samping kebijakan likuiditas longgar yang ditempuh Bank Indonesia, peningkatan kredit atau pembiayaan juga didukung insentif Makroprudensial berupa pengurangan Giro Wajib Minimum (GWM) bagi bank yang menyalurkan kredit kepada sektor prioritas dan inklusif. 

“Bank Indonesia akan terus mendorong perbankan untuk meningkatkan intermediasi guna mendukung pemulihan ekonomi,” kata Perry. 

Baca juga: Miliki 2.400 Perusahaan Startup, Airlangga Optimistis Indonesia Kuasai Ekonomi Digital di ASEAN

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE