26.9 C
Jakarta
Sabtu, 23 November, 2024

Alarm Berbunyi! Utang Luar Negeri RI Naik 4,1%, Bahaya atau Tidak?

JAKARTA – Utang luar negeri Ri naik. Bank Indonesia (BI) melaporkan perkembangan Utang Luar Negeri (ULN) pada bulan Juli, yang menunjukkan adanya peningkatan.

Tercatat Kamis (19/9/2024), total ULN Indonesia tercatat mencapai US$ 414,3 miliar. Jika dikonversi dengan kurs Rp 15.350 per dolar AS, maka ULN tersebut setara dengan Rp 6.359,5 triliun.

Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan posisi pada bulan Juni atau akhir kuartal II-2024, di mana saat itu ULN tercatat sebesar US$ 408,6 miliar.

Utang Luar Negeri RI Naik

Jika dibandingkan dengan Juli tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), ULN mencatat kenaikan sebesar 4,1%.

“Posisi ULN pada Juli 2024 turut dipengaruhi oleh pelemahan dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah,” menurut pernyataan resmi BI.

Untuk ULN pemerintah (termasuk bank sentral), jumlahnya mencapai US$ 194,3 miliar pada bulan Juli. Angka ini tumbuh 0,6% yoy, setelah pada bulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 0,8% yoy.

Kenaikan ini disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri dan peningkatan aliran modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN).

“Penggunaan ULN diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor-sektor produktif dan pengeluaran prioritas guna mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi. ULN pemerintah dikelola dengan prinsip kehati-hatian, kredibilitas, dan akuntabilitas, serta dialokasikan antara lain untuk Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (20,9% dari total ULN Pemerintah); Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jasa Pendidikan (16,8%); Konstruksi (13,6%); Jaminan Sosial Wajib (18,9%);, serta Jasa Keuangan dan Asuransi (9,4%),” jelas BI.

Utang Luar Negeri Masih Terkendali

BI juga menegaskan bahwa posisi ULN pemerintah masih terkendali, dengan 99,98% dari total ULN memiliki tenor jangka panjang.

Sementara itu, ULN swasta (termasuk BUMN) pada Juli tercatat sebesar US$ 195,2 miliar, turun 0,1% yoy setelah pertumbuhan rendah pada bulan sebelumnya.

Penurunan ini terutama disebabkan oleh kontraksi ULN di sektor perusahaan nonkeuangan, yang mencatat pertumbuhan negatif sebesar 0,04% yoy. Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik dan Gas; serta Pertambangan dan Penggalian, yang mencakup 78,9% dari total ULN swasta. ULN swasta juga didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa 76,3%.

“Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tetap terjaga di level 30,2%, dengan ULN jangka panjang mendominasi sebesar 84,9% dari total ULN. Untuk menjaga struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia bersama Pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN. Peran ULN akan terus dioptimalkan untuk mendukung pembiayaan pembangunan serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, sambil meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas ekonomi,” tutup pernyataan BI.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU