Oradian, penyedia software core-banking berbasis cloud, secara resmi memasuki pasar Indonesia dan pada Mei 2025 disambut sebagai salah satu anggota internasional pertama Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH).
Dalam rangka kolaborasi kemitraan ini, Oradian dan AFTECH bersama-sama menyelenggarakan kegiatan Expert Lab bertema “Scaling Smart: Building a Connected, Compliant, and Future-Ready Financial Ecosystem”.
Acara ini mempertemukan para pemangku kepentingan dari sektor perbankan dan fintech untuk berbagi wawasan strategis, mendorong transformasi digital yang berkelanjutan, menyelaraskan inovasi dengan regulasi, serta memperkuat sinergi dalam ekosistem keuangan di Indonesia.
Sektor keuangan di Indonesia tengah mengalami ekspansi digital yang pesat. Pada tahun 2024, nilai transaksi bruto (Gross Transaction Value) pembayaran digital tumbuh sebesar 19% secara tahunan, didorong oleh adopsi QRIS yang terstandarisasi serta penggunaan dompet digital. Bank Indonesia melaporkan peningkatan penggunaan QRIS sebesar 226% pada periode yang sama, dengan lebih dari 50 juta pengguna dan 32 juta merchant yang telah bergabung hingga tahun 2024.
Saat Prihartono, Wakil Sekretaris Jenderal II AFTECH, menegaskan, “Penyedia layanan keuangan, seperti bank, fintech, dan pemain ekonomi digital lainnya, saat ini terus bersinergi untuk menyediakan layanan yang lebih cepat dan tanpa hambatan dalam memenuhi perkembangan regulasi. Untuk selalu mengikuti perkembangan, para penyedia layanan jasa keuangan harus terus berinovasi bersama dengan para pemangku kepentingan untuk memperkuat ekosistem keuangan digital.”
“Lingkungan ini membuat kolaborasi antar lembaga keuangan menjadi lebih penting dari sebelumnya. Oleh karena itu, AFTECH secara aktif membangun kemitraan dengan pemangku kepentingan lokal dan internasional, dan kami dengan senang hati menyambut Oradian sebagai salah satu anggota internasional pertama kami.”
Sepanjang sesi Expert Lab menyoroti tema utama yang konsisten dan berulang, yaitu transformasi digital tidak lagi sekadar menjadi tantangan teknologi, melainkan telah berkembang menjadi tantangan ekosistem secara keseluruhan.
Dalam menghadapi dinamika ini, penyedia layanan keuangan perlu meninjau kembali model operasional mereka, menyelaraskan inovasi dengan regulasi, serta membangun sistem yang mudah diperluas dan tetap aman dalam mendukung pertumbuhan jangka panjang. Untuk mewujudkan hal ini, dibutuhkan kolaborasi erat antara perbankan, fintech, regulator, dan penyedia teknologi sebagai upaya untuk membangun landasan bagi pertumbuhan yang berkelanjutan, kepatuhan, dan ketahanan jangka panjang.
Dengan pengalaman luas di pasar berkembang, Oradian menghadirkan kapabilitas yang telah terbukti dalam mendukung lembaga keuangan untuk berkembang secara efisien dan sesuai regulasi. Melalui ekspansi resmi ke Indonesia, Oradian berkomitmen untuk mendorong transformasi digital melalui kemitraan strategis serta solusi perbankan inti berbasis cloud yang fleksibel.
“Saya telah menyadari betapa teknologi benar-benar dapat membuka potensi sejati. Sebagai contoh, ada salah satu klien kami di Filipina. Ketika kami bertemu dengan mereka, mereka hanya memiliki sekitar 100 cabang dan telah beroperasi selama sekitar 40 tahun.”
Dalam waktu singkat, dengan memanfaatkan cloud dan beberapa keunggulan teknologi, hari ini mereka telah memiliki lebih dari 700 cabang. Jadi, dari 100 menjadi 700 cabang, mereka mengalami pertumbuhan yang signifikan di daerah perkotaan, serta fleksibilitas untuk mengelola operasional yang mendukung kesuksesan mereka dengan menggunakan teknologi cloud,” ucap Antonio Separovic, Oradian Chief Executive Officer.
Mewakili sektor perbankan, Dedy Sahat, CIMB Niaga EVP – Head of Digital Economy, menekankan pentingnya untuk melakukan transformasi. “Dari sudut pandang pengalaman nasabah, kompatibilitas yang mulus dengan sistem yang sudah ada juga menjadi kunci. Kami menjalankan sistem yang telah ada menjadi bagian dari operasional kami, sehingga setiap solusi baru harus dapat terintegrasi dengan lancar tanpa menimbulkan gangguan. Pada akhirnya, semua kembali pada efisiensi. Di setiap industri, fokusnya adalah bagaimana menjadi lebih efisien dan lebih lancar. Ketiga hal inilah yang menjadi prioritas utama kami dalam mengevaluasi teknologi maupun kemitraan,” ujar Dedy.
“Di balik strategi kami, ada visi yang jelas dan bermakna,” ungkap Achmad Furqan Idrus, Bank Raya EVP – Digital Operations, “Yang pertama adalah arah yang pasti. Kedua, otomatisasi bukan hanya sekadar mempercepat proses, tapi benar-benar memberdayakan pengguna secara langsung. Kami percaya otomatisasi harus mudah dipahami, mudah diakses, dan bisa dijalankan sendiri oleh mereka yang menggunakannya setiap hari. Fokus kami juga bukan hanya memberi alat, tapi juga membekali orang-orang dengan kemampuan dan rasa percaya diri untuk memimpin transformasi secara mandiri. Pilar ketiga adalah keamanan. Ke depannya, semua ini harus berjalan di atas platform yang aman, kuat, dan bisa diandalkan agar tetap dipercaya dan berkelanjutan dalam jangka panjang.”
Dengan menyelenggarakan sesi ini, Oradian dan AFTECH menegaskan kembali komitmen bersama mereka dalam mendukung perjalanan Indonesia menuju ekosistem keuangan yang lebih terhubung, patuh terhadap regulasi, dan inklusif. Inisiatif ini mencerminkan visi yang lebih luas untuk membantu lembaga keuangan tumbuh secara berkelanjutan, memperkuat ketahanan operasional, serta memperluas layanan keuangan yang berdampak bagi masyarakat yang belum terlayani.
Oradian tengah melakukan perluasan tim di Indonesia, membangun kehadiran lokal yang kuat untuk melayani mitra dan klien dengan lebih baik. Oradian menghadirkan dua representatif di Indonesia untuk memperkuat operasional dan dukungan lokal: Luke Knowles, VP of Sales Oradian Indonesia dan Adhi Prayogo, Solutions Consultant yang akan menghadirkan solusi tepat dengan pendekatan lokal melalui pengalaman luas di pasar Asia Tenggara. Masuknya perusahaan ini terjadi pada saat transformasi digital menjadi prioritas utama bagi lembaga keuangan di Indonesia.
“Salah satu hal yang saya perhatikan secara khusus di Indonesia adalah bahwa Indonesia memiliki ekspektasi klien yang sangat tinggi untuk menjadi digital yang terdepan. Namun, dengan di sisi lain, ada permintaan pasar yang perlu kita penuhi. Menurut saya, bagian itu adalah sistem back-end. Itu adalah infrastruktur yang perlu ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar. Jadi, saya pikir dalam beberapa tahun kedepan menjadi masa yang sangat menarik untuk melihat perkembangan teknologi,” tutup Antonio.