duniafintech.com – Sejak tahun 2011, Pemerintah Indonesia menjadikan Lombok dan Gili Matra (Gili Meno, Gili Air, dan Gili Trawangan) sebagai salah satu dari dua Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) di Nusa Tenggara Barat. Sehingga kebersihan Tiga Gili cukup penting.
Alasan Pentingnya Menjaga Kebersihan Tiga Gili
Kawasan Gili Matra atau biasa dikenal dengan sebutan tiga gili juga ditetapkan sebagai Taman Wisata Perairan (TWP) yang menjadikannya sebagai kawasan konservasi perairan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada 2009. Sayangnya, keindahan tiga gili, terutama Gili Trawangan, terancam karena tumpukan sampah, karenanya kebersihan tiga Gili layak diperhatikan.
Gili Trawangan memang menjadi destinasi populer bagi turis, baik dalam dan luar negeri. Industri pariwisata di Gili Trawangan berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dengan mudah terbaca dari jejeran kafe dan penginapan untuk wisatawan.
Geliat wisata menyisakan residu bagi ekosistem di Gili. Ya, tiap hari ada tambahan 13 ton timbunan sampah di sana. Kontribusi sampah terbesar berasal dari hotel dengan kapasitas besar. Paradoks pulau yang indah dan pemandangan sampah dapat dijumpai hanya satu kilometer jaraknya.
Salah satu pihak yang concern terhadap kebersihan di Gili Matra adalah Gili Eco Trust. Organisasi non-pemerintah dengan nama resmi Yayasan Ekosistem Gili Indah ini selalu disebut para narasumber ketika membicarakan pelestarian lingkungan di tiga Gili.
Gili Eco Trust memang melakukan berbagai kegiatan pelestarian lingkungan. Termasuk di antaranya melindungi dan merehabilitasi terumbu karang, mencegah erosi pantai, membersihkan pantai, melakukan pendidikan dan peningkatan kesadaran, mengelola dan mendaur ulang sampah, menyediakan klinik kesehatan untuk hewan, serta riset tentang terumbu karang.
Gili Eco Trust berdiri pada 2000. Saat itu, tujuan utamanya untuk mendukung kegiatan Satuan Tugas (Satgas) yang dibentuk nelayan untuk menjaga lingkungan laut mereka. Nelayan dan warga Gili membentuk Satgas ini karena rusaknya kondisi lingkungan Gili Trawangan akibat pengeboman untuk menangkap ikan dan pemutihan (coral bleaching) akibat El Nino pada 1997-1998.
Warga lokal membuat kesepakatan terkait tata cara menangkap ikan. Selain larangan menggunakan bom juga menentukan cara-cara ramah lingkungan. Penentuan wilayah tangkapan termasuk di dalamnya juga.
Cara lain yang juga disepakati pada saat itu adalah adanya “pajak lingkungan” bagi para penyelam yang pertama kali menyelam di Gili Matra. Sumbangan sebesar Rp50.000 itu digunakan untuk mendukung kegiatan pelestarian lingkungan di pulau-pulau tersebut. Gili Eco Trust menjadi lembaga yang menerima dan mengelola iuran lingkungan tersebut.
Menggunakan sumbangan tersebut, Gili Eco Trust menjalankan berbagai kegiatan untuk pelestarian lingkungan di Gili Matra. Gili Island Diving Association (GIDA) menjadi mitra mereka untuk pemungutan iuran lingkungan ini.
Pada 2004, Delphine Robbe, koordinator paruh waktu di Gili Eco Trust mengimpor teknologi Biorock. Teknologi yang ini ditemukan oleh Wolf Hilzberg dan Tom Goreau ini sudah diterapkan di beberapa tempat termasuk di Pemuteran, Buleleng, Bali bagian utara. Hingga saat ini, ada sekitar 140 titik di sekitar Gili Matra yang telah menggunakan teknologi untuk melindungi dan merehabilitasi terumbu karang tersebut.
Sejak 2006, Gili Eco Trust juga mengadakan lokakarya tentang biorock dua tahun sekali. Lokakarya mereka yang kedelapan pada November 2012 diikuti sekitar 100 peserta dari berbagai negara. Mereka belajar cara mengembalikan terumbu karang, yang menawarkan konsep pariwisata berkelanjutan, termasuk melindungi terumbu karang dan ikan.
Gili Eco Trust juga memiliki program berupa kerja bakti membersihkan pantai yang dilakukan hampir tiap pekan. Lokasinya berpindah-pindah. Dalam sekali kerja bakti, mereka mendapatkan 80-120 kg sampah plastik. Masih kecil dibandingkan sekitar 12-17 ton sampah per hari di Gili Trawangan. Para relawan dalam program ini berasal dari warga lokal dan juga turis mancanegara.
Selain mengajak dan mengedukasi warga sekitar, Gili Eco Trust juga menggelar donasi online di web mereka bagi masyarakat luas yang ingin berkontribusi dalam pelestarian lingkungan di tiga gili.
-Sebastian Atmodjo-