Pasar kripto melesat dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin (BTC) hari ini melesat ke US$ 112 ribu ditopang data ketenagakerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Selasa (9/9/2025) pukul 6.20 WIB, kapitalisasi pasar kripto global melonjak 1,06% menjadi US$ 3,88 triliun dalam 24 jam. Kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) hari ini terlihat menguat 0,68% dalam 24 jam terakhir. Saat ini, harga Bitcoin di level US$ 112.225 per koin atau setara Rp 1,84 miliar (kurs, Rp 16.477).
Penguatan juga terjadi pada XRP sebesar 3,06% menjadi US$ 2,97, Solana melonjak 3,43% menjadi US$ 214, dan Dogecoin (DOGE) melejit 6,37% menjadi US$ 0,24. Sedangkan Ethereum (ETH) malah turun sebesar 0,37% menjadi US$ 4.312 dan Binance (BNB) melemah 0,19% menjadi US$ 878.
Dikutip dari Cointelegraph, data ketenagakerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga. Berdasarkan CME FedWatch Tool, peluang suku bunga turun ke 3,50% atau lebih rendah pada Maret 2026 kini mencapai 73%, naik dari 41% sebulan lalu.
Namun, data pasar derivatif menunjukkan sentimen investor masih penuh kehati-hatian. Menurut metrik derivatif BTC, kenaikan harga kali ini belum cukup kuat untuk mengembalikan kepercayaan pasar. Trader kini tengah mencoba mencari tahu faktor apa yang menahan optimisme, sekaligus menguji apakah Bitcoin punya momentum untuk menembus US$ 120 ribu.
Secara teknikal, indikator options delta skew berada di level 9%. Artinya, kontrak opsi jual (put) diperdagangkan lebih mahal dibandingkan kontrak beli (call). Biasanya, kondisi ini mencerminkan sikap menghindari risiko.
Permintaan opsi jual juga melonjak pada Senin, setelah sebelumnya melemah dua sesi berturut-turut, menandakan strategi netral hingga bearish masih dominan. Kehati-hatian pasar juga dipicu karena Bitcoin gagal mengikuti jejak rekor tertinggi baru yang dicetak indeks S&P 500 dan emas.
Harga Bitcoin Terpengaruh ETH Bitcoin?
Sementara itu, di sisi lain, ETF Bitcoin spot mencatat arus keluar (outflow) senilai US$ 383 juta pada Kamis dan Jumat pekan lalu. Kondisi ini menambah keraguan investor meski BTC masih bertahan di atas level US$110 ribu. Persaingan juga datang dari Ether (ETH), yang kini makin diminati sebagai aset cadangan korporasi dengan tambahan alokasi sekitar US$200 juta hanya dalam sepekan.
Sementara itu, pasar berjangka Bitcoin menunjukkan kondisi netral. Funding rate kontrak berjangka abadi (perpetual futures) tercatat 11%, lebih sehat dibanding level bearish 4% pada akhir pekan lalu. Meski demikian, tren ini juga dipengaruhi meningkatnya persaingan dari altcoin, terlebih setelah Nasdaq mengajukan izin ke regulator AS (SEC) untuk melisting sekuritas ekuitas tokenisasi dan ETF berbasis kripto.
Secara keseluruhan, pasar derivatif masih menunjukkan skeptisisme terhadap reli Bitcoin di atas US$112 ribu. Minimnya semangat beli juga dipengaruhi kekecewaan investor setelah saham MicroStrategy (MSTR), yang dikenal sebagai salah satu pengusung strategi penyimpanan BTC, tidak masuk dalam daftar rebalancing indeks S&P 500 pada Jumat lalu.
Untuk sementara, peluang BTC menembus US$120 ribu dinilai kecil. Namun, analis menilai apabila arus keluar ETF Bitcoin spot mulai stabil, sentimen pasar bisa cepat pulih dan membuka jalan bagi momentum kenaikan harga baru.