Menurut survey, ada beberapa faktor penyebab kepercayaan konsumen Indonesia melemah, belakangan ini.
Ipsos, perusahaan riset pasar global terkemuka, merilis laporan terbarunya bertajuk Ipsos What Worries Indonesia H1 2025, yang mengungkap meningkatnya kekhawatiran masyarakat terhadap kondisi ekonomi dan sosial di tengah ketidakpastian
global.
Laporan ini menyoroti bahwa korupsi, pengangguran, dan ketimpangan sosial menjadi tiga isu utama yang paling dikhawatirkan masyarakat Indonesia pada paruh pertama tahun ini.
Berdasarkan survei terhadap lebih dari 25.000 responden di 30 negara, tercatat 68%
masyarakat Indonesia menempatkan korupsi politik dan finansial sebagai kekhawatiran
tertinggi, diikuti pengangguran (55%) dan ketimpangan sosial (47%). Angka ini
menunjukkan tingkat kekhawatiran yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata global.
“Masyarakat Indonesia kini lebih berhati-hati dalam memandang kondisi ekonomi dan pasar kerja, seiring menurunnya optimisme terhadap situasi keuangan pribadi mereka,” ujar Hansal Savla, Managing Director Ipsos Indonesia.
“Namun demikian, masyarakat Indonesia masih menunjukkan ketahanan dan optimisme yang relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata global.”
Kepercayaan Konsumen Indonesia : Optimisme Ekonomi Menurun, Namun Mulai Pulih di Oktober
Penurunan tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi terlihat jelas dalam dua bulan terakhir, dengan Ipsos Global Consumer Confidence Index (GCCI) Indonesia tercatat menurun 9,6 poin dibandingkan periode sebelumnya. Namun, pada Oktober 2025, tren ini mulai menunjukkan tanda pemulihan dengan kenaikan sebesar 6 poin, seiring dengan langkah-langkah pemerintah dalam memperkuat stabilitas ekonomi nasional.
Pemerintah Indonesia berupaya menjaga daya beli masyarakat serta memulihkan
kepercayaan terhadap perekenomian melalui berbagai kebijakan fiskal dan stimulus. Salah
satunya adalah kebijakan pemberian insentif sebesar Rp200 triliun yang dialokasikan untuk
memperkuat sektor riil, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong konsumsi rumah
tangga. Selain itu, adanya perombakan kabinet baru-baru ini juga dinilai oleh publik dan
pelaku pasar sebagai langkah positif untuk memperkuat koordinasi serta efektivitas
kebijakan ekonomi ke depan.
Temuan Ipsos juga menunjukkan penurunan persepsi positif terhadap ekonomi nasional di
seluruh kelompok usia. Terdapat 48% responden milenial dan 34% Gen Z yang menilai
kondisi ekonomi Indonesia saat ini “baik”, sementara 53% milenial dan 66% Gen Z menilainya
“buruk”. Hampir setengah masyarakat (49%) juga mengaku belum yakin bahwa kondisi
keuangan pribadi mereka akan membaik dalam enam bulan ke depan. Ketimpangan Sosial dan Perbedaan Nilai Semakin Terasa Sebanyak 52% masyarakat Indonesia menilai bahwa “masyarakat saat ini sedang dalam kondisi rapuh”, dengan kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin (80%) menjadi sumber ketegangan terbesar, disusul perbedaan nilai antara kelompok liberal dan tradisional (61%).
Isu kesetaraan gender juga menjadi perhatian publik. Sebanyak 73% responden menganggap kesetaraan gender penting secara pribadi, sementara 56% pria dan 64% wanita menilai bahwa kebijakan perusahaan yang mendukung kesetaraan telah memberikan dampak positif bagi masyarakat. Secara keseluruhan, 63% masyarakat Indonesia percaya bahwa peluang bagi perempuan kini sudah relatif setara di berbagai sektor.
Inflasi dan Pajak Masih Jadi Sorotan
Dalam konteks ekonomi, 69% masyarakat memperkirakan tingkat inflasi akan terus
meningkat, 63% mengkhawatirkan kenaikan suku bunga, dan 54% memperkirakan
peningkatan beban pajak tahun ini. Isu mengenai pajak dan inflasi juga menjadi topik yang
banyak dibicarakan di media sosial, dengan sekitar 13% percakapan publik menyinggung
kedua hal tersebut.
Hansal Savla menambahkan, “Kombinasi antara tekanan ekonomi dan dinamika sosial
menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tengah mencari stabilitas — baik secara finansial maupun emosional. Bagi pelaku bisnis, ini adalah momen penting untuk membangun kepercayaan melalui komunikasi yang transparan, penawaran nilai yang relevan, inovasi yang berfokus pada kebutuhan inti, serta komitmen terhadap tanggung jawab sosial.”
Implikasi bagi Dunia Usaha
Ipsos menilai, meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi membuat konsumen
kini lebih selektif dan berfokus pada nilai guna atas harga (value for money).
Brand yang mampu menampilkan nilai yang jelas, komunikasi yang transparan, penawaran
yang fleksibel, serta fokus pada kebutuhan esensial akan lebih dipercaya oleh konsumen.
Selain itu, perusahaan yang mengedepankan kepercayaan, inovasi, dan inklusivitas akan
menjadi pembeda penting di tengah situasi yang penuh ketidakpastian.
Metodologi Laporan What Worries Indonesia H1 2025 merupakan bagian dari studi global Ipsos What Worries the World yang dilakukan secara daring terhadap lebih dari 25.000 responden berusia 16–74 tahun di 30 negara, termasuk Indonesia. Pengumpulan data dilakukan pada Juli hingga Agustus 2025, menggunakan sampel representatif nasional di masing-masing negara.
Sampel Indonesia mencakup sekitar 1.000 responden dan telah disesuaikan dengan profil demografis nasional untuk memastikan hasil yang akurat dan mewakili populasi dewasa di Indonesia.





