28.6 C
Jakarta
Senin, 22 Desember, 2025

Prediksi Belanja Online 2026: Dominasi Shoppertainment dan Video Commerce Berlanjut

Konsep shoppertainment diprediksi akan berlanjut di 2026. Selain itu, konsep berjualan via video atau dikenal dengan video commerce, juga akan tetap mendominasi lingkup belanja online.

“Konsumen kini mengharapkan gabungan antara belanja dan hiburan (shoppertainment). Kehadiran video commerce (termasuk live shopping dan video pendek) terus mendominasi ekosistem e-commerce,” ujar Head of Research Jakpat, Aska Primardi.

Data survei Jakpat menunjukkan bahwa live shopping bukan sekadar tren sesaat, melainkan metode belanja yang terus memperkuat posisinya di pasar. Hal ini dibuktikan dengan tingkat kesadaran (awareness) masyarakat yang sudah sangat tinggi sejak akhir tahun lalu, yakni sebesar 80% pada paruh kedua 2024, dan terus menanjak hingga mencapai 85% pada paruh pertama 2025.

Kepercayaan konsumen untuk berinteraksi dalam ekosistem ini juga meningkat pesat. Pada semester pertama 2024, sebanyak 74% konsumen mengaku pernah bergabung (ever join) dalam sesi live dan tumbuh menjadi 79% di semester kedua 2025.

Meskipun angka pembelian (purchase) mengalami sedikit fluktuasi dari 46% di paruh awal 2024 menjadi 44% di paruh akhir 2025, dominasi keterlibatan audiens yang konsisten selama setahun terakhir menegaskan bahwa live shopping akan tetap menjadi saluran favorit bagi konsumen untuk mengeksplorasi produk dan membangun koneksi dengan brand di masa depan.

Awareness live shopping meningkat di paruh pertama 2025, dan diikuti juga oleh peningkatan persen keikutsertaan dalam live shopping,” simpul Aska.

Ia menambahkan, fenomena ini tak lepas dari fragmentasi saluran belanja yang dipicu dari ledakan social commerce yang mengintegrasi fitur belanja (live shopping, video commerce) di platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube. “Konsumen mencari entertainment sambil berbelanja (shoppertainment),” ucap Aska.

Menghadapi 2026

Jakpat memprediksi fragmentasi pasar akan terus berlanjut dimana konsumen akan terus berpindah antara social commerce, marketplace, dan Direct-to-Consumer (DTC). Artinya, tidak akan ada lagi dominasi tunggal.

“Perilaku shoppertainment telah menjadi kebiasaan yang terbentuk karena social commerce. Konsumen menikmati interaksi dan konten yang berbeda di setiap channel,” tambah Aska.

Hal ini akan menimbulkan penyatuan pengalaman belanja dimana garis antara marketplace dan social commerce hampir hilang. Platform media sosial akan memiliki kemampuan pemenuhan logistik yang lebih canggih, dan marketplace akan mengintegrasikan fitur content creation dan live stream yang lebih mulus.

“Semua platform berlomba menciptakan ‘super-app commerce‘ dimana konsumen bisa menemukan, berinteraksi, dan menyelesaikan transaksi (termasuk logistik) dalam satu aplikasi,” terang Aska terkait evolusi belanja daring di 2026.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU