Perusahaan startup merger Gojek dan Tokopedia (GoTo) meminta pemerintah juga fokus membangun infrastruktur digital. Ini untuk mempermudah investasi startup dan juga peningkatan ekonomi indonesia.
CEO GoTo Andre Soelistiyo mengatakan, infrastruktur digital penting, meskipun, beberapa tahun ini, pemerintah tengah fokus membangun infrastruktur fisik atau hard infrastructure, seperti jalan tol, bandara, dan infrastruktur terpadu lainnya.
Namun, menurutnya yang tak kalah penting untuk dikembangkan dan dibangun oleh pemerintah adalah soft infrastructure di bidang digital. Karena pasar digital terus berkembang dengan pesat dan memiliki pangsa pasar yang luas.
“Mudah-mudahan pemerintah juga bisa melakukan investasi lebih dalam terhadap soft infrastruktur juga,” katanya dalam video conference
Investasi untuk Menciptakan SDM Melek Digital
Andre menuturkan, investasi di bidang soft infrastructure yang harus digenjot oleh pemerintah adalah investasi di bidang Sumber Daya Manusia (SDM). Hal itu dapat dimulai melalui pendidikan yang kapabel.
Tujuannya, untuk menciptakan SDM Indonesia yang melek digital. Menurutnya, jika Indonesia ingin menjadi pemain besar di industri digital atau digital power house di 2040, SDM yang ada harus disiapkan dari sekarang.
“Karena, untuk kita bisa menjadi pemain besar dunia atau digital power house di 2040, sumber daya manusianya juga harus dikembangkan terus menerus,” ujarnya.
Sebab, hanya dengan begitu Indonesia dapat melahirkan inovator-inovator baru dengan berbagai terobosan yang berbasis teknologi digital.
“Bagaimana pemerintah menarik investasi di bidang-bidang edukasi untuk hasilkan SDM melek digital, dan mudah-mudahan dengan begitu 50 tahun ke depan terlahirlah banyak inovator baru yang basisnya teknologi digital,” ucapnya.
Menciptakan Produk Hilirisasi di Industri Digital
Dengan cara itu pula, sambungnya, pemerintah dapat memicu terciptanya hilirisasi di sektor digital, sehingga dapat menciptakan produk-produk yang memiliki nilai tambah bagi perekonomian nasional.
Andre menjelaskan, hilirisasi saat ini hanya difokuskan untuk menciptakan nilai tambah bagi industri berat seperti komoditas nikel untuk industri baterai atau mobil listrik dan sawit untuk campuran biofuel 30% (B30), namun untuk industri digital belum didorong.
Padahal, katanya, hilirisasi juga dapat diterapkan di industri digital. Untuk itu, agar proses hilirisasi di industri digital tersebut dapat terwujud, maka kesiapan SDM menjadi kunci utamanya.
“Konsep hilirisasi bisa diteruskan ke bidang digital. Jadi banyak sekali yang bisa didirikan pemerintah sebagai area investasi dan menciptakan nilai tambah,” tuturnya.
Terus Memberikan Pengalaman yang Baik Bagi Konsumen
Sembari menunggu langkah pemerintah, Andre mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus berusaha memberikan pengalaman yang baik bagi konsumen maupun mitra dalam ekosistem GoTo. Hal ini untuk mendorong pengalaman digitalisasi yang baik bagi masyarakat.
Dia menjelaskan, gerak digitalisasi di dalam negeri berkembang makin pesat. Sejak pandemi Covid-19 merebak, sebanyak 4 juta UMKM telah bergabung ke dalam ekosistem GoTo. Dan dengan begitu, kesempatan bagi UMKM meningkatkan pasarnya semakin tinggi.
“Kami lihat kecepatan untuk para pelaku usaha para konsumen itu untuk digitalize them self itu terjadi dengan pesat sekali, dengan adanya digitalisasi kami sudah melihat banyak kesempatan yang terjadi terhadap pelaku usaha,” ujar dia.
Dia pun terus mendorong agar pelaku usaha maupun individu untuk masuk ke ekosistem digital dan mencoba menciptakan peluang baru dengan penjualan produk yang lebih cepat.
Apalagi, sejumlah platform digital telah menyediakan sistem yang terintegrasi, mulai dari logistik, pembayaran, dan pembiayaan.
“Intinya kalau idenya ada, mulai aja dulu, semua pasti ada jalan. Tugas kami di GoTo itu untuk me-enable para pelaku usaha yang memiliki ide untuk bisa berjalan dan berhasil. Jadi tugas kami sebagai jembatan untuk mereka ini masuk ke dunia digital dan menemukan konsumen terbaik,” tukasnya.
Reporter : Nanda Aria
Editor : Gemal A.N. Panggabean