Rebound bisa dianggap sebagai peluang bagi sebagian orang karena harga saham yang melorot ketika pandemi menghantam perekonomian. Akan tetapi, hal ini juga dapat mengakibatkan ambruknya indeks acuan dan pada akhirnya membuat banyak investor menelan kerugian.
Rebound ini memiliki arti melambung dan merupakan suatu istilah yang seringkali digunakan dalam permainan bola basket, yaitu ketika seorang pemain mendapatkan bola pantul yang tidak berhasil masuk ketika ditembakkan oleh pemain lain. Namun, sedangkan dalam pasar modal hal ini dialami setelah terjadinya penurunan harga saham (bearish). Jadi, dapat disimpulkan bahwa hal ini adalah keadaan naik dari sebuah pantulan.
Istilah ini biasanya selalu berkaitan dengan bearish dan tanpa adanya kondisi pasar saham yang mengalami tren turun atau melemah maka tidak akan ada istilah melambung. Penurunan pasar saham biasanya akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat atau turun dari tahun sebelumnya, bertambahnya tingkat pengangguran, defisitnya neraca perdagangan dan beberapa faktor lainnya.
Terjadinya bearish biasanya dapat dilihat dengan adanya penurunan indeks harga saham secara menyeluruh. Jika kondisi tersebut terus berlanjut, maka para investor tentu akan mempertimbangkan opsi untuk menjual saham agar terhindar dari kerugian.Â
Kondisi yang awalnya hanya dapat diprediksi, kemudian dapat berubah menjadi kenyataan yang diakibatkan oleh reaksi berlebihan dari para investor lainnya dengan ikut-ikutan menjual sahamnya. Kepanikan yang menyebabkan aksi jual saham ini nantinya akan memicu terjadinya bearish.Â
Dalam kondisi bearish, maka diskon saham sedang terjadi, kemudian apa yang harus kita lakukan selama masa bearish? Nah, berikut ini adalah hal yang kamu harus lakukan, antara lain sebagai berikut:
- Tetap Menyimpan Saham
Hal utama adalah kamu harus bisa menyimpan saham yang sudah dimiliki sebelumnya. Terutama bila kamu sudah memiliki saham berkapitalisasi pasar besar dengan fundamental yang baik atau disebut juga saham big caps dan biasanya paling cepat rebound setelah penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).Â
- Menunggu Kepanikan Selesai
Wajar saja terjadi jika pasar saham sedang turun ketika sentimen negatif beredar. Hal tersebut tentu akan menyebabkan adanya panic selling dari para investor. Nah, ketika harga dari saham-saham tersebut turun di bawah harga biasanya, maka kamu harus berhati-hati dalam membeli saham tersebut. Jangan ikut membeli ketika masih dalam situasi panic selling.
Ada baiknya, jika kamu juga harus menunggu hingga kepanikan selesai. Biasanya momen tersebut akan ditandai dengan keadaan pasar yang mulai berbalik arah dari merah ke hijau. Nah, ketika situasi tersebut mulai terlihat, itu adalah tanda akan terjadi harga akan melambung kembali. Dengan begitu, maka kamu mulai bisa melirik saham-saham yang menarik untuk dikoleksi dengan harga diskon.
- Memiliki Dana Cadangan
Walaupun investor sudah merasa yakin dengan portofolio saham yang dimiliki, pastikan juga untuk selalu mempunyai dana cadangan yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Kamu tentu harus tetap menjaga cash flow agar tidak terganggu ketika ada kondisi yang tidak diinginkan terjadi di market. Sebab, tidak ada yang mengetahui kondisi pasar saham akan selalu baik atau tidak.
Selain itu, adanya dana cadangan juga bisa membantumu untuk dapat membeli beberapa saham diskon saat terjadi tren bearish. Nah, sekarang biasakan untuk mencicil dalam membeli saham ketika terjadi bearish. Karena, tidak ada yang bisa menebak seberapa jauh turunnya pasar.
Cara Mengetahui Rebound dalam Saham
Ada beberapa tanda dan potensi darinya dapat terjadi bila terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut:
- Indeks Saham AS Menguat Signifikan
Kondisi pertama dapat dilihat dari indeks-indeks saham utama di Amerika Serikat seperti Nasdaq, SP 500 dan Dow Jones ditutup menguat signifikan, maka hal ini bisa menjadi pertanda IHSG bakal melambung besoknya.
- Ada Sentimen Positif setelah IHSG Menurun Signifikan
Sentimen positif biasanya akan beredar di pasar setelah IHSG terkoreksi, hal ini dapat meningkatkan kepercayaan dari para investor untuk kembali membeli saham yang sudah murah atau saham diskon. Adanya sentimen-sentimen positif yang bisa saja terjadi misalnya, adanya tax amnesty atau adanya sentimen kucuran dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang menjadi stimulus pemerintah di tengah pandemi saat ini.
- Kondisi MarketÂ
Pada saat kondisi IHSG sedang normal itu artinya, tidak banyak sentimen yang mempengaruhi market atau pasar, dan saham-saham sudah mulai naik selama 2 hari, maka hal ini menjadi pertanda bahwa IHSG akan mulai melambung.
Cara Menentukan Rebound
Apabila adanya sebuah saham yang mengalami bearish, maka terdapat 2 cara untuk bisa menganalisis kondisi melambungnya saham tersebut, yaitu:
- Analisis Fundamental
Analisis fundamental ini bisa dilakukan dengan cara menilai kinerja emitennya. Apabila kinerja emiten sedang baik, maka harga sahamnya pun akan ikut bergerak naik. Melalui analisis tersebut, maka investor dapat membandingkan laba perusahaan saat ini dengan labanya pada kuartal yang sama di tahun sebelumnya.
Kemudian, hasil dari perbandingan tersebut, investor hanya tinggal hitung berapa persen kenaikannya. Selain itu, investor juga harus dapat menilai bahwa keuntungan pendapatan perusahaan bukan karena menjual aset atau faktor keuntungan dari selisih kurs mata uang asing.
- Analisis Teknikal
Dengan menggunakan analisis teknikal yang paling sering digunakan untuk dapat mengetahui melambungnya harga dari sebuah saham. Pasalnya, tidak semua orang bisa menggunakannya, bahkan butuh pengetahuan dan pengalaman untuk dapat menggunakan analisis teknikal. Dalam melakukan analisis teknikal ini, ada beberapa indikator yang bisa digunakan, yaitu Candlestick, Moving Average, Volume Trading, Support dan Resistance, hingga Overbought dan Oversold.
Memahami dalam Analisis Teknikal Saham
Rebound saham merupakan salah satu indikator yang terdapat dalam analisa teknikal dengan menggambarkan adanya kenaikan harga saham setelah terkoreksi. Pada periode saham yang mulai menyentuh level support, maka investor pasar modal terutama trader cenderung berduyun-duyun investasi saham yang harganya sudah terdiskon. Maka dari tindakan inilah yang membuat saham melambung.
Namun, hal ini tidak selalu mengindikasikan bahwa saham akan mengalami uptrend atau kecenderungan terus naik. Pasalnya, hal ini bisa terjadi dalam waktu yang cukup singkat, misalnya hanya terjadi dalam 2-3 hari.
Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra