JAKARTA – Rupiah menguat dan berhasil menekan dolar Amerika Serikat (AS) hingga posisi Rp15.395/US$.
Keberhasilannya menekan mata uang dollar itu menunjukkan adanya penguatan sebesar 0,32%.
Rupiah Menguat, Sentuh Level Psikologis
Saat ini Rupiah berhasil menyentuh level psikologis di angka Rp15.300an/US$.
Sebagai imbas menguatnya rupiah, menyebabkan indeks dollar alami pelemahan sebesar 0,23% ke titik 101,395 dari penutupan sebelumnya.
Penyebab menguatnya Rupiah diantaranya dipengaruhi oleh pelemahan DXY.
Inflasi AS Turut Perkuat Rupiah
Selain itu antisipasi pasar terhadap data inflasi AS Agustus 2024 turut mendukung penguatan nilai tukar Rupiah.
Pelemahannya diperkirakan melandai ke level 2,6% year-on-year (yoy).
Berdasarkan data inflasi AS Juli 2024 tercatat 2,9% yoy.
Catatan tersebut terpantau lebih rendah dari perkiraan.
Nilainya mengalami penurunan dibandingkan bulan Juni sebesar 3% yoy.
Angka ini merupakan yang terendah sejak Maret 2021, dengan perbaikan signifikan di berbagai sektor.
Sejumlah Sektor Turut Menurun
Catatan lainnya, sektor perumahan terpantau mengalami penurunan inflasi sebesar 5,1% vs 5,2%.
Pada sektor transportasi tercatat 8,8% vs 9,4%.
Sedangkan pada sektor pakaian tercatat sebesar 0,2% vs 0,8%.
Selanjutnya, sejumlah komoditas yang terpantau turut mengalami penurunan diantaranya harga kendaraan baru dan bekas.
Di sisi lain, inflasi makanan terpantau tetap stabil.
Hal lain berbeda dengan biaya energi yang malah mengalami sedikit kenaikan.
Suku Bunga Acuan Diprediksi Menurun
Survei CME FedWatch yang dikutip pada Kamis, (12/9/2024) mayoritas pelaku pasar tercatat (71%) memperkirakan bank sentral AS (The Fed) akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.
Prediksi penurunan akan terjadi sebesar 50 basis poin sebesar 29%.
Data klaim pengangguran mingguan juga tengah dinantikan.
Data tersebut direncanakan bakal dipublish pada 12 September 2024, dengan proyeksi peningkatan menjadi 231.000.
Sejumlah ekonom memprediksi The Fed kemungkinan besar akan memangkas suku bunga dalam pertemuan FOMC pada 18 September mendatang.
Dampaknya, data inflasi dan pasar tenaga kerja tersebut turut memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan.
Indonesia sebagai bagian yang juga turut menantikan keputusan pemangkasan suku bunga acuan tersebut.