Fintech investasi digital, Ajaib, merayakan keberhasilan mereka meraih 1 juta investor ritel saham di dalam negeri. Torehan Ajaib ini cukup mendominasi mengingat jumlah investor saham di Indonesia yang hanya sebesar 2,7 juta.
“Hal ini merupakan pencapaian luar biasa di negara yang hanya memiliki 2,7 juta investor saham,” kata Co-Founder & CEO Ajaib Group Anderson Sumarli kepada wartawan, Senin (4/10).
Anderson pun mengungkapkan, pertumbuhan jumlah investor saham ritel di dalam negeri belum pernah secepat ini sebelumnya. Keberhasilan ini, tentu merupakan langkah awal untuk membangun kekuatan investor generasi muda Indonesia yang dapat mengubah perekonomian nasional.
Torehan Ajaib ini terbilang cepat, hanya dalam dua tahun platform investasi ini berhasil mengumpulkan 1 juta investor saham. Sebagai perusahaan digital, Ajaib sendiri lahir dari rahim inkubator startup Y Combinator (YC) pada 2019, dan dalam dua tahun bertumbuh semakin cepat.
Berhasil Menjadi Unicorn Dalam Waktu Singkat
Tak hanya berhasil meraup pangsa pasar 1 juta investor ritel, dalam dua tahun beroperasi, Ajaib juga telah berhasil menyandang predikat sebagai unicorn, atau perusahaan dengan valuasi di atas US$1 miliar di dalam negeri.
Dengan capaian itu menjadikan Ajaib sebagai unicorn ke-7 yang ada di Indonesia setelah GoTo, Bukalapak, Traveloka, OVO, J&T Express, dan Xendit.
Masuknya Ajaib sebagai perusahaan digital dengan nilai valuasi fantastis tersebut didorong oleh keberhasilannya mendapatkan pendanaan seri B senilai US$153 juta dari DST Global. Hal ini kemudian menjadikan Ajaib sebagai fintech unicorn investasi pertama di Asia Tenggara.
Pendanaan kali ini pun membuat jumlah total dana yang berhasil dikumpulkan oleh Ajaib menjadi US$243 juta untuk tahun 2021 saja.
Pendanaan Seri B ini dipimpin oleh DST Global, bersama dengan investor terdahulu Ajaib, yaitu Alpha JWC, Ribbit Capital, Horizons Ventures, Insignia Ventures, dan SoftBank Ventures Asia.
DST Global dan Ribbit Capital juga merupakan investor besar dalam Robinhood, fintech investasi saham di Amerika Serikat yang sering disandingkan dengan Ajaib.
“Disandingkannya Ajaib dengan Robinhood membuktikan bahwa kemajuan kapabilitas teknologi dan pasar modal di Indonesia mampu bersaing dengan pasar global,” ujarnya.
Sebelumnya, saat memulai bisnisnya di 2019 lalu, Ajaib hanya mengantongi pendanaan sebesar US$ 2,1 juta dari Y Combinator, SoftBank Ventures dan mantan partner Sequoia.
Meluaskan Ekosistem Digital di Indonesia
Sementara itu, General Partner di Alpha JWC, Chandra Tjan menuturkan, keberhasilan Ajaib dalam meraih pangsa pasar investor ritel membuktikan bahwa teknologi dan pasar modal Indonesia cukup kuat untuk menarik minat investor dan menumbuhkan ekosistem digital nasional.
“Sebagai orang Indonesia, kami sangat bangga dapat ikut serta dalam membangun ekosistem digital Tanah Air serta membawa dampak nyata bagi kehidupan sehari-hari masyarakat,” tuturnya.
Senada dengan Chandra, Anderson pun menilai bahwa keberhasilan Ajaib meraih predikat unicorn akan memicu pengembangan ekosistem digital di Indonesia yang sudah semakin maju.
Masuknya Ajaib sebagai Unicorn ke-7 di Indonesia membuat ekosistem digital startup semakin menggeliat di dalam negeri.
Hal ini sejalan dengan harapan dan cita-cita pemerintah untuk terus menumbuh kembangkan unicorn di Tanah Air, sebagaimana pernah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri BUMN Erick Thohir.
“Pertumbuhan Ajaib merupakan bukti kebangkitan kekuatan investor ritel di negara berpenduduk terbesar keempat di dunia,” ucap Anderson.
Meningkatkan Inklusi Keuangan di Indonesia
Lebih jauh Anderson mengata, Ajaib akan menggunakan himpunan dana tersebut untuk merekrut secara besar-besaran talenta terbaik dan melakukan kampanye edukasi untuk menginspirasi lebih banyak investor pemula.
“Misi kami adalah untuk menyambut investor generasi baru ke layanan keuangan modern. Indonesia masih memiliki penetrasi investor saham sebesar 1%,” ucapnya.
Selain itu, pihaknya juga akan terus mendukung program pemerintah dalam upaya untuk meningkatkan inklusi keuangan dan literasi digital di dalam negeri.
“Perjalanan kami masih panjang untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia,” jelas Anderson.
Misi ini tampaknya sejalan dengan misi pemerintah dalam meningkatkan inklusi dan literasi keuangan serta memperkuat pasar modal Indonesia, khususnya di kalangan generasi muda.
Menurut hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2020, tingkat literasi keuangan di pasar modal masih relatif rendah yaitu 4,9% dan tingkat inklusi hanya 1,6%.
Ajaib selama ini berkomitmen untuk memberikan edukasi keuangan terutama dalam bidang investasi melalui Program Generasi Saham yang telah dilakukan bersama BEI di berbagai daerah dengan literasi keuangan rendah.
Hingga saat ini, program tersebut sudah menjangkau 26 kota, dari ibukota hingga Papua. Selain itu, Ajaib juga melakukan edukasi secara daring setiap harinya sebagai bentuk komitmen Ajaib dalam meningkatkan inklusi dan literasi keuangan, terutama untuk pasar modal.
Reporter : Nanda Aria
Editor : Gemal A.N. Panggabean