30.5 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Babak Baru Proyek MRT Bali Senilai 175 Triliun

DENPASAR – Pengembangan koridor transportasi massal berbasis Mass Rapid Transit ( MRT ) di Bali ternyata tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Belaja dan Pendapatan Daerah (APBD).

Alasannya, proyek bernama Bali Urban Rail and Associated Development itu memiliki sasaran yang berbeda dengan daerah lain. Sebelumnya megaproyek itu sempat diragukan. 

Mengingat kapasitas fiskal Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali yang terbatas. Hingga, rencana pembangunan MRT tersebut seakan tak mungkin untuk diwujudkan.

Babak Baru Proyek MRT Bali Senilai 175 Triliun

Alasan lainnya, karena proyek tersebut sulit jika harus didanai melalui pinjaman pemerintah. Sebab, skema pinjaman pemerintah mengharuskan pemerintah daerah untuk turut berkontribusi mengembalikan pinjaman tersebut.

Dengan demikian, pembangunan MRT tersebut secara tegas dinyatakan dibangun tanpa menggunakan APBN maupun APBD Bali. Bali Subway itu lebih fokus pada pasar utamanya yakni wisatawan asing.

Proyek kereta bawah tanah itu diklaim menjadi solusi kemacetan lalu lintas di Pulau Dewata. Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya mengatakan, saat MRT tersebut beroperasi maka pemerintah secara otomatis mendapatkan presentase dari hasil operasionalnya.

Pembangunannya dilakukan secara bertahap dalam empat fase. Rute pertama yang akan dibangun adalah Bandara I Gusti Ngurah Rai-Central Parkir Kuta-Seminyak-Berawa-Cemagi.

Kemudian Bandara I Gusti Ngurah Rai-Jimbaran-Universitas Udayana-Nusa Dua yang masuk fase kedua.

Selanjutnya fase ketiga Central Parkir Kuta-Sesetan-Renon-Sanur. Terakhir Renon-Sukawati-Ubud sebagai fase keempat atau penutup. Pembangunannya tertera dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 9 Tahun 2024. 

PT Penjaminan Kredit Daerah Provinsi Bali sebagai petugas tertuang dalam pergub tersebut.  Tugasnya, melakukan kerja sama dalam pengembangan, pembiayaan, dan penyelenggaraan sistem angkutan umum berbasis kereta.

Nilai investasi proyek dua fase pertama sebesar US$ 10,8 miliar dan total keempat fase pembangunannya sebesar US$ 20 miliar. Groundbreaking proyek MRT atau peletakan batu pertama direncanakan pada September 2024 mendatang. 

Target pembangunan fase pertamanya selesai pada awal 2028.  Rencana itu bertepatan dengan fase kedua rute Bandara Ngurah Rai menuju Nusa Dua. 

Atau lebih tepatnya fase 1 dan 2 akan selesai pada tahun 2031. Untuk lebih jelasnya, pembangunan Urban Rail meliputi pembangunan infrastruktur transportasi.

Proyeknya berupa pembangunan terowongan dan rel kereta bawah tanah.  Utilitas pendukung pembangunnya seperti telekomunikasi, tenaga listrik, air minum, sampah dan limbah dan transit oriented development (TOD) akan dilengkapi.

Pj  Gubernur Bali Sang Made Mahendra mengatakan, akan mempersiapkan SDM berkualitas.“SDMnya kita ambil dari warga Bali yang berkualitas sehingga orang Bali tetap menjadi operator dari proyek tersebut,” paparnya.

Mahendra yakin para champion di sekeliling Bali akan menjadi magnet yang luar biasa. “tentunya wisatawan yang berkunjung ke Bali akan meningkat (tinggi),” ucap Mahendra.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU