JAKARTA, duniafintech.com – Metaverse dinilai akan menjadi teknologi masa depan industri perbankan. Sebab, metaverse banking dapat menawarkan pengalaman baru, kemudahan, dan kepuasan bagi nasabah.
Meskipun saat ini metaverse masih terbilang teknologi yang baru. Namun, beberapa tahun mendatang dapat membantu perbankan untuk membuat kantor cabang secara virtual.
Lalu, bagaimana nasib para pegawai bank di masa mendatang?
CEO Shinta VR Andrew Rizky mengatakan saat ini perbankan masih membutuhkan interkasi pegawai dengan nasabah secara tatap muka, terutama dalam hal transaksi.
Namun, Andrew mengakui bahwa peran teknologi berpeluang akan menghilangkan sebagian pekerjaan manusia di perbankan.
“Bank bisa masuk ke dunia virtual untuk melayani nasabah. Pelayanan menjadi lebih efisien, dan bisa jadi solusi untuk perbankan,” kata Andrew dilansir dari Detik, Rabu (26/1).
Andrew mengingatkan, apabila industri bank sudah siap menggunakan metaverse dalam aktivitas sehari-hari, maka harus berhati-hati ketika melakukan eksekusi penggunaan teknologi ini.
Senada dengan itu, Pakar Transformasi Digital, Bayu Prawira Hie mengatakan, saat ini manusia harus menambah skill baru untuk tetap bisa bertahan di tengah teknologi yang semakin berkembang.
“Manusia juga harus siap dengan perubahan dan pekerjaan baru. Harus benar-benar siap menghadapi digitalisasi dan new economic,”jelas Bayu.
Bayu optimis beberapa tahun ke depan diyakini banyak bank di Indonesia akan masuk ke dunia metaverse.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak kalangan milenial dan anak-anak muda yang uangnya banyak dan menjadi nasabah prioritas atau bahkan private banking.
“Metaverse adalah pilihan yang tepat bagi bank untuk memberikan layanan terbaik kepada nasabah prioritas atau private banking,” kata Bayu.
Founder yang juga managing director Shinta VR Andes Rizky mengatakan bahwa ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan bank dengan hadirnya metaverse.
“Beberapa peluang itu A.l. bank dapat mencoba menjangkau nasabah baru yang tidak dapat (atau tidak mau) pergi ke cabang dan masih menawarkan pengalaman yang imersif,” kata Andes.
Andes menuturkan, dengan memberikan pengalaman baru, akan membuat pelanggan lebih bahagia dibandingkan obyek fisik. Perusahaan yang lebih memprioritaskan pengalaman dibandingkan dengan produk atau fitur memiliki kemungkinan rujukan 200% lebih besar dan loyalitas pelanggan akan tumbuh 25% lebih banyak.
“saya kira, bank tak perlu lagi menunggu dalam keraguan, sebab di metaverse ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan bank,” tutur Andes.
Ada beberapa Bank yang sudah menjajal masuk ke metaverse untuk meningkatkan layanannya kepada nasabah. Di Korea Selatan seperti KB Kookmin Bank, Industrial Bank of Korea, NH Nonghyup dan Hana Bank. Ada juga Bank of America, BNP Paribas lalu Bank of Kuwait dan Mecrobank di Swedia.
Andes menuturkan, Metaverse menjadi perhatian dunia dan topik pembicaraan yang hangat beberapa waktu belakangan ini. Hal ini terjadi pasca Mark Zuckerberg mengumumkan mengganti nama Facebook menjadi Meta Platforms Inc. atau Meta pada 28 Oktober 2021 lalu.
“Ini bisa menjadi new experience tersendiri bagi nasabah, sementara metaverse aktivitas transaksi sederhana seperti pengiriman uang dapat dikelola di jendela teller bisa juga diwujudkan, begitu juga dengan avatar karyawan di dalam ruang VIP virtual yang memungkinkan dapat membantu klien menganalisis atau merancang portofolio investasi bagi pelanggan,” kata Andes.
Sementara itu, Co-Founder dan Chief Editor digitalbank.id Safaruddin Husada mengatakan metaverse dapat memengaruhi perbankan adalah dalam interaksi pelanggan, apalagi di masa pandemi seperti saat ini.
“Banyak bank telah menawarkan layanan video tatap muka dengan nasabah dan menggunakan mesin teller interaktif menggunakan konektivitas video dan fungsionalitas yang lebih kuat daripada ATM,”kata Safaruddin dalam webinar “Banking in Metaverse: a Hype or Real” yang diselenggarakan digitalbank.id, Rabu (26/1).
Safaruddin mengungkapkan riset terbaru yang dipublikasikan Digital Banking Report menemukan bahwa hampir setengah dari eksekutif layanan keuangan yang disurvei percaya bahwa 1 dari 5 pelanggan akan menggunakan teknologi virtual atau augmented reality untuk transaksi sehari-hari.
Penulis: Kontributor / Achmad Ghifari
Editor: Anju Mahendra