JAKARTA, 28 Oktober 2024 – Dalam pertemuan Tahunan International Monetary Fund (IMF) Bank Indonesia dan World Bank (WB) di Amerika Serikat 22-26 Oktober 2024 lalu, menemukan titik terang dan kesepakatan.
Kebijakan dan langkah yang konsisten sangat diperlukan terutama dalam menghadapi ketidakpastian global.
Diantaranya, kedua belah pihak sepakat untuk mengambil kebijakan dan langkah strategis di tengah ketidakpastian global saat ini.
Tantangan ini mendorong perlunya pengendalian inflasi, konsolidasi fiskal, koordinasi kebijakan moneter dan fiskal, serta komunikasi kebijakan yang lebih kuat untuk mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi global.
IMF Revisi Proyeksi Pertumbuhan Global
Diketahui, baru-baru ini IMF baru saja merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 yang semula 3,3% menjadi 3,2%.
Menanggapi hal itu, Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendarta menyerukan pentingnya upaya mengatasi dampak rambatan alias spillover dari perekonomian global terhadap negara berkembang.
Menurutnya, dalam hal keleluasaan penggunaan bauran kebijakan bank sentral, dukungan Lembaga Keuangan Internasional kepada negara berkembang untuk memperkuat formulasi bauran kebijakan tersebut.
Untuk itu, Fili mendorong negara G20 untuk melakukan koordinasi kebijakan fiskal dan moneter.
“Saat yang sama, reformasi struktural sangat diperlukan dalam upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi,” paparnya.
Meski proyeksi direvisi ke bawah, ekonomi global diperkirakan tumbuh stabil di tengah meningkatnya risiko dan ketidakpastian ke depan.
Bank Indonesia Tekankan Pentingnya Langkah Konsisten
Bank Indonesia menekankan pentingnya kebijakan dan langkah yang konsisten dalam merespons ketidakpastian global. Dalam pertemuan ini, Bank Indonesia menyerukan pentingnya mengatasi dampak rambatan (spillover) dari ekonomi global terhadap negara berkembang.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan keleluasaan kepada bank sentral dalam menerapkan bauran kebijakan yang tepat, serta memperkuat dukungan Lembaga Keuangan Internasional (International Financial Institution – IFIs) terhadap negara berkembang.
Koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter serta reformasi struktural juga sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, Bank Indonesia menyatakan komitmennya dalam mendukung penguatan kerja sama multilateral dengan mengimplementasikan kesepakatan 16th General Review of Quota, yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas IMF sebagai jaring pengaman keuangan global.
Bank Indonesia juga mendorong penyesuaian formula kuota IMF melalui 17th General Review of Quota guna memperkuat keterwakilan negara berkembang di lembaga tersebut.
Sejalan dengan Perbaikan Ekonomi
Hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi di negara maju yang dibayangi oleh disinflasi, berlanjutnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, serta fragmentasi geo-ekonomi dan perdagangan yang masih perlu dicermati.
Berbagai tantangan tersebut mendorong semakin pentingnya upaya pengendalian inflasi, konsolidasi fiskal, koordinasi kebijakan moneter dan fiskal, serta komunikasi kebijakan guna memperkuat stabilitas makroekonomi dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Dalam merespons kondisi ekonomi global tersebut, Indonesia sepakat untuk melanjutkan kerja sama dalam menjawab tantangan global dan mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs).
Kerja sama di berbagai bidang seperti penguatan Bank Pembangunan Multilateral dan Regional dan kelanjutan pengembangan pembayaran lintas batas (cross border payment) dipandang akan terus menciptakan peluang bagi pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik.
Selanjutnya, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara G20 telah menyepakati Agenda Kebijakan Global (Global Policy Agenda) IMF untuk mendorong pemulihan ekonomi global serta mengatasi tantangan pertumbuhan dunia.
Pembuat kebijakan diharapkan fokus untuk memastikan inflasi sesuai target, menjaga stabilitas sistem keuangan, melakukan konsolidasi fiskal untuk menjaga keberlanjutan pembangunan, dan melakukan reformasi struktural untuk mendorong produktivitas dan prospek tenaga kerja.