26.3 C
Jakarta
Minggu, 6 Oktober, 2024

BBCA Pecahkan Rekor ATH! Saham Tembus Rp10.500, Investor Asing Borong Besar-besaran

JAKARTA – Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berhasil mencatatkan harga tertinggi sepanjang masa rekor ATH (All Time High) pada level Rp10.475 per saham dalam perdagangan tanggal 12–13 September. Dengan pencapaian ini, kapitalisasi pasar BBCA menembus angka Rp1.285 triliun.

Sebagai bank swasta terbesar di Indonesia, BBCA mencatat kenaikan signifikan sebesar 125 poin atau 1,21% pada pekan sebelumnya, hingga mencapai level Rp10.425 per saham. Pada penutupan perdagangan tanggal 12 September, harga saham BBCA tercatat di Rp10.475 per saham.

Rekor ATH BBCA Catat Intraday Baru

Tidak hanya itu, menurut data dari Bursa Efek Indonesia, saham BBCA sempat menyentuh harga Rp10.500 per saham, mencatatkan rekor tertinggi intraday baru.

Kenaikan harga saham BBCA didorong oleh aksi beli besar-besaran dari investor asing, dengan Net Foreign Buy mencapai Rp619,82 miliar dalam sepekan. Sepanjang tahun 2024, investor asing telah membeli saham BBCA dengan total pembelian bersih (Net Buy) sebesar Rp6,66 triliun, menjadikan saham ini sebagai yang paling diminati di kalangan investor asing.

Sebanyak 31 analis yang tergabung dalam konsensus Bloomberg kompak memberikan rekomendasi beli untuk saham BBCA.

Rekomendasi Saham BBCA

Berdasarkan konsensus analis dari Bloomberg, target harga saham BBCA untuk 12 bulan ke depan diperkirakan berada di level Rp11.450 per saham.

JP Morgan memberikan peringkat Overweight untuk saham BBCA, dengan target harga yang dapat mencapai Rp12.000 per saham. Hal ini menunjukkan keyakinan kuat dari para analis bahwa saham BBCA akan mengungguli benchmark pasar dan sektor sejenis.

Analis Ciptadana Sekuritas, Erni M Siahaan, juga memberikan rekomendasi beli dengan target harga Rp11.600 per saham, sementara Jayden Vantarakis dari Macquarie memberikan rekomendasi Outperform dengan target Rp11.500 per saham.

Posmarito Pakpahan, Analis dari UOB KayHian, juga merekomendasikan beli dengan target harga Rp11.500 per saham, sedangkan Nicholas Santoso dari Verdhana Sekuritas Indonesia menetapkan target harga Rp13.200 per saham.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU