25.4 C
Jakarta
Minggu, 24 November, 2024

Trailing Stop: Fungsi, Cara Menggunakan hingga Contohnya

Trailing Stop adalah salah satu dari banyaknya perintah (order) dalam trading yang bisa memudahkan trader dalam aktivitas jual-beli.

Menurut Cory Mitchell (2021), dalam hal ini ia mengungkapkan bahwa hal ini adalah modifikasi dari stop order yang bisa diatur nilainya berdasarkan persentase tertentu dari harga aset di pasaran saat ini.

Fungsi Trailing Stop

Pada dasarnya, hal ini digunakan dengan tujuan untuk meminimalisir kerugian dari trader atau investor, mengunci profit (keuntungan) dengan memastikan terpenuhinya harga beli (entry price) dan harga jual (exit price) aset yang telah ditentukan sebelumnya.

Cara Menggunakannya

Cara menggunakannya pun tergantung pada platform yang trader gunakan. Namun terkait prinsip kerjanya kurang lebih begini. Secara umum, terdapat dua posisi yang bisa diambil ketika menggunakannya, antara lain:

  • Posisi Beli (Buy)

Ketika perintah (order) trailing dipasang dengan posisi Buy, maka stop loss akan terus bergerak ke atas mengikuti harga sekarang.

  • Posisi Jual (Sell)

Sementara itu, ketika dipasang pada posisi Sell, maka stop loss akan terus bergerak turun mengikuti harga sekarang.

Mitchell (2021) mengungkapkan bahwa salah satu cara sukses untuk dapat menggunakannya, yaitu dengan mengaturnya pada rentang yang tidak terlalu lebar, namun juga tidak terlalu sempit.

Karena jika dengan rentang lebar bisa membatasi ruang gerak aset investor ketika terjadi pergerakan pasar harian yang normal sekalipun dan justru malah menyebabkan kerugian hingga bisa meminimalisir keuntungan yang didapatkan. Sementara itu, jika dengan rentang terlalu lebar juga justru bisa membuat fungsinya itu tidak berguna.

Salah satu teknik yang bisa dilakukan investor maupun trader adalah dengan mengamati tren harga aset bersangkutan. Sebagai contoh, misalkan investor membeli aset A seharga Rp1 juta. Dengan melihat grafik aset sebelumnya, maka investor dapat melihat bahwa harga aset cenderung mengalami pullback sekitar 5% sampai 8% sebelum harga aset tersebut bergerak jauh lebih tinggi lagi. Dalam hal ini, maka investor bisa memanfaatkan data ini untuk menentukan nilainya melalui trailing stop.

Jika investor memilih di persentase 1-5%, maka bisa dipastikan akan kehilangan potensi keuntungan karena pullback sementara semata, sementara jika investor mengambil 20%, maka akan terlalu jauh dari nilai pullback dan justru membuat order tersebut tidak berguna. Dari sini, investor mungkin bisa mengambil jalan aman dengan cara memilihnya di angka 10%.

Contoh Trailing Stop 

Prinsip utama mengenai hal ini adalah memasang stop loss yang akan mengikuti pergerakan harga aset saat ini. Untuk bisa lebih memahaminya, simaklah contoh berikut ini.

Misalnya, investor membeli aset B di harga Rp100 ribu dan memasang trailing dengan jarak Rp20 ribu. Apabila harga aset tersebut bergerak ke atas menjadi Rp130 ribu, maka hal tersebut otomatis akan aktif dan akan menempatkan stop loss di angka Rp110 ribu. Jadi, jikalau misalnya tiba-tiba nilai aset menjadi Rp110 ribu, maka secara otomatis aset tersebut akan langsung terjual di angka Rp110 ribu.

Namun, ketika harga aset B terus naik lebih jauh dan menyentuh angka Rp150 ribu, maka batas stop lossnya juga akan berubah dari Rp110 ribu menjadi Rp130 ribu. Apabila nanti tiba-tiba harganya berbalik arah dan menyentuh angka Rp130 ribu, maka otomatis aset tersebut akan terjual sesuai perintah stop loss. Dalam hal ini, maka investor bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp30 ribu dan juga dapat meminimalisir risiko kehilangan profit.

Kelebihan dan Kekurangan Trailing Stop

Setelah mengetahui salah satu perintah (order) dalam trading, maka perlu juga untuk memahami kelebihan dan kekurangannya sebelum memutuskan untuk memakai jenis perintah ini.

Kelebihan memakai perintah ini adalah ketika memasangnya, aset yang investor miliki akan terjual secara otomatis saat harga aset menurun ke titik stop loss yang sudah ditetapkan sebelumnya, sehingga profit dari aset tersebut bisa terlindungi. Kelebihan lainnya adalah lebih fleksibel dibandingkan fungsi stop loss yang mengharuskan investor untuk update setiap saat apabila harga aset mengalami fluktuasi yang cukup besar.

Namun, di sisi lain kekurangannya adalah perintah ini hanyalah alat yang bisa membantu trader, namun jika trader ingin memperoleh profit (keuntungan) lebih maksimal, maka trader tetap harus menggunakan analisis teknikal maupun fundamental. Selain itu, hal lainnya adalah aset dengan volatilitas tinggi relatif sulit untuk diperdagangkan dengan order ini.

Bedanya dengan Stop Loss

Ketika kamu sedang mencari informasi tentang trailing stop, maka biasanya banyak yang akan tertukar dengan stop loss. Namun, memang terdapat beberapa perbedaan di antara kedua jenis order ini.

Dalam stop loss, nilai yang investor terapkan bersifat fixed atau tetap. Misalkan investor menentukan stop loss di angka Rp100 ribu, kemudian harga aset bergerak ke harga Rp200 ribu, Rp300 ribu dan lain seterusnya, maka stop loss akan tetap berada di angka Rp100 ribu.

Sedangkan perintah order selain stop loss sifatnya lebih fleksibel dan difokuskan untuk melindungi profit yang akan diperoleh trader. Misalkan trader sudah menetapkan di angka sebesar 10%, maka ketika harga aset mencapai Rp200 ribu, maka nantinya perintah order tersebut akan otomatis mengatur stop loss di angka Rp180 ribu. Sementara itu, ketika harga aset berada di angka Rp300 ribu, nantinya perintah order tersebut akan otomatis mengatur stop loss di angka Rp270 ribu, dan seterusnya.

Penulis: Kontributor

Editor: Anju Mahendra

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU