JAKARTA, 3 Januari 2025 – Perdagangan pasar saham Indonesia untuk tahun 2024 resmi ditutup pada Senin (30/12/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,62% dan berakhir di level 7.079,91. Meski berada di zona positif, IHSG gagal mencapai level psikologis 7.100.
Capaian ini terasa ironis, mengingat pada September 2024 IHSG sempat mencetak rekor tertinggi di kisaran 7.900. Saat itu, banyak pengamat memprediksi IHSG akan mampu menutup tahun di level 7.900 hingga 8.000. Namun, kenyataannya IHSG masih jauh dari target tersebut di penghujung tahun.
Kinerja Pasar Saham Sepanjang 2024
Meski IHSG kurang memuaskan, beberapa saham justru mencatatkan lonjakan signifikan. Sepuluh saham mencetak keuntungan besar, lima di antaranya melesat hingga ribuan persen, sementara sisanya meningkat 400% hingga 600%.
Saham PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW) menjadi yang paling unggul dengan kenaikan 4.272,55% sepanjang tahun. Dari harga awal Rp 51 per saham pada 2 Januari 2024, saham KARW melesat hingga Rp 2.230 per saham.
Selain itu, saham PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) milik Grup Lippo juga mengalami kenaikan luar biasa sebesar 1.093,55%. Saham ini naik dari Rp 1.550 menjadi Rp 18.500 per saham, terutama sejak lonjakan signifikan yang dimulai pada 25 September 2024. Terkait hal ini, Corporate Secretary Multipolar Technology, Wiriawaty Chandra, menegaskan bahwa perusahaan tidak memiliki rencana aksi korporasi baru yang dapat memengaruhi pergerakan harga saham.
Saham lain yang mencetak kenaikan besar adalah PT Singaraja Putra Tbk (SINI), yang melonjak 420,83% sepanjang 2024, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada September hingga Oktober.
Saham-Saham yang Terpuruk
Di sisi lain, beberapa saham mencatatkan penurunan tajam hingga 90%. Dari sepuluh saham yang merugi besar, empat di antaranya anjlok hingga 90%, sementara enam lainnya turun antara 85% hingga 88%. Sebagian besar saham ini sudah berada di level Rp 50 per saham (gocap).
Penerapan aturan Papan Pemantauan Khusus Jilid II menjadi salah satu penyebab turunnya saham-saham ini. Aturan tersebut mewajibkan saham di papan ini diperdagangkan menggunakan skema full call auction (FCA), yang diterapkan sejak 25 Maret 2024 sebagai lanjutan dari tahap pertama pada 12 Juni 2023.
Meskipun Bursa Efek Indonesia (BEI) merevisi sistem FCA pada Juni 2024 setelah mendapatkan protes dari investor, dampaknya terhadap saham-saham gocap tetap terasa. Beberapa saham bahkan hampir menyentuh harga Rp 1 per saham akibat rendahnya likuiditas.
Penerapan FCA menjadi perhatian khusus sepanjang 2024 dan memberikan pelajaran penting bagi pelaku pasar untuk mengelola risiko di tengah dinamika kebijakan.