JAKARTA, duniafintech.com – Berita Ekonomi hari ini Bank Indonesia mencatat kegiatan Business Matching Ekspor Karya Kreatif Indonesia tahun 2023 mencapai Rp207,3 miliar yang terdiri dari realisasi ekspor dan penandatanganan kesepakatan bisnis.
Pencapaian tersebut meningkat 21,5% (yoy) dari pencapaian Business Matching Ekspor pada KKI 2022. Lebih lanjut, pada perhelatan KKI 2023 ini juga telah berhasil diperoleh omzet penjualan yang sangat menggembirakan yaitu hingga pukul 12.00 WIB penjualan online sebesar Rp68,2 miliar dan penjualan offline sebesar Rp12,2 miliar, yang masih akan meningkat hingga akhir pameran KKI 2023 berlangsung malam ini.
“KKI 2023 merupakan panggung UMKM bersama yang diharapkan dapat memacu motivasi pelaku UMKM untuk semakin meningkatkan kreativitas, inovasi, dan semangat untuk terus tumbuh menjadi UMKM Indonesia Naik Kelas, Go Global, Go Export yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan”, pungkas Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung.
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih mengatakan pihaknya terus berupaya mendukung dan mempersiapkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam bertransformasi menuju UMKM Hijau.
Baca juga:Â Berita Ekonomi Hari Ini: Kemendag Siapkan Strategi Ini Hadapi Hilirisasi Komoditas Unggulan
Sebagai bentuk inisiatif BI dalam mencapai visi UMKM Hijau yang tumbuh dan mendukung ekonomi berkelanjutan, telah disusun Model Bisnis Pengembangan UMKM Hijau Bank Indonesia. Model bisnis tersebut mengklasifikasikan UMKM menjadi 3 (tiga) kategori berdasarkan tahapan implementasi yaitu eco-adopter, eco-entrepreneur, dan eco-innovator.
“Klasifikasi tersebut didasarkan pada beberapa indikator yakni dari sisi produksi, pemasaran, SDM, dan keuangan,” kata Filianingsih.
Dia menjelaskan klasifikasi model bisnis pada kategori eco-adopter ditujukan untuk UMKM yang mulai mengadopsi praktik ramah lingkungan, namun keberlanjutan bukan bagian dari inti model bisnis dimana proses bisnis UMKM belum sepenuhnya ramah lingkungan, eco-entrepreneur untuk UMKM yang sudah mengadopsi praktik ramah lingkungan.
Keberlanjutan merupakan bagian dari inti model bisnis dengan seluruh proses bisnis UMKM sudah ramah lingkungan dan UMKM sudah dapat menangkap peluang “pasar hijau”, dan eco-innovator untuk UMKM yang sudah melakukan eco-innovation untuk meningkatkan produksi, proses produksi, pemasaran, organisasi, praktik bisnis, dan hubungan eksternal yang ditujukan mengurangi dampak lingkungan.
“Model bisnis ini diharapkan dapat menjadi standar yang bisa diadopsi kementerian/lembaga dalam mengklasifikasi UMKM berwawasan lingkungan dan menjadi patokan dan atau kriteria untuk pembiayaan yang berbasis ramah lingkungan,” kata Filianingsih.
Baca juga:Â Berita Ekonomi Hari Ini: Ini Cara Pemerintah Turunkan Stunting
Selain itu, Managing Director & Partner Boston Consulting Group Haikal Siregar menjelaskan UMKM yang go digital memiliki dampak langsung dan tidak langsung. Misalnya, untuk dampak langsung adalah penjualan rokok makanan naik 1 kali lipat. Kemudian, dampak tidak langsungnya seperti toko roti menjadi lebih mudah mencari bahan baku untuk produksi di UMKM.
Selain itu, Haikal menambahkan dampak dari digitalisasi UMKM terhadap efisiensi, meningkatkan daya saing UMKM dan meningkatkan penjualan sebanyak 1 kali lipat hingga 2 kali lipat jika dibandingkan dengan UMKM konvensional. Hal yang memicu peningkatan penjualan tersebut disebabkan karena jangkauan pemasaran UMKM menjadi lebih luas. Bahkan, aksesnya bisa menjangkau pasar internasional sehingga dapat meningkatkan pendapatan para pelaku UMKM.
“Dampak lainnya dari UMKM online adalah potensi penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,3 kali lipat,” kata Haikal.
Dia mencontohkan seperti transaksi UMKM online di Tiongkok dan Jepang mengalami kenaikan hingga 78 persen, dari sebelumnya hanya 48 persen dan 84 persen dari 54 persen. Menurutnya peningkatan tersebut dikarenakan hasil inisiatif peerintah dengan membangun infrastruktur teknologi dan informasi, subsidi, mengimplementasikan peta jalan digitalisasi serta memacu UMKM untuk mengadopsi teknologi mutakhir.
Baca juga:Â Berita Fintech Hari Ini: Crowdfunding Salurkan Milliaran UMKM Bali
“Nilai ekonomi UMKM yang go digital berpotensi mencapai US$900 miliar di Tiongkok dan Jepang mencapai US$300 miliar di tahun 2024,” ujar Haikal