30.8 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Berita Ekonomi Hari Ini: Indonesia Pimpin Cadangan Nikel di Dunia

JAKARTA, duniafintech.com – Berita ekonomi hari ini terkait Indonesia mempertahankan statusnya sebagai pemimpin dalam cadangan komoditas nikel di seluruh dunia, dengan memiliki sekitar 23% dari total cadangan nikel global. Total cadangan nikel di Indonesia mencapai 17,7 miliar ton bijih dengan 177,8 juta ton logam.

Di antara jumlah ini, terdapat cadangan sebesar 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton logam yang telah diidentifikasi. Selain itu, potensi kandungan nikel juga ditemukan di wilayah yang belum dieksplorasi (greenfield) yang tersebar di Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Bank Mandiri Lepas Saham Axa Mandiri

Menurut Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif, produksi nikel kelas 2, seperti nikel pig iron (NPI) dan feronikel, memiliki usia eksploitasi sekitar 6 hingga 11 tahun, sedangkan nikel kelas 1, yang umumnya digunakan dalam baterai, memiliki usia eksploitasi yang lebih panjang, berkisar antara 25 hingga 112 tahun.

“Jumlah cadangan saat ini sekitar 5,2 miliar ton bijih, sekitar setengahnya berasal dari jenis saprolit dan limonit, dan total sumber daya bijih mencapai sekitar 17 miliar ton. Dalam rangka meningkatkan jumlah cadangan, perlu dilakukan eksplorasi wilayah greenfield yang memiliki potensi kandungan nikel yang belum tergarap,” ungkap Irwandy.

Irwandy menekankan bahwa peluang ini masih terbuka lebar bagi pihak yang berniat untuk berinvestasi dalam kegiatan pertambangan nikel di Indonesia. Tingkat eksplorasi yang lebih intensif adalah kunci untuk memperluas cadangan nikel di negara ini, meskipun hal ini memerlukan investasi yang signifikan.

Agar umur nikel lebih panjang, perlu dipertimbangkan cara untuk mengurangi konsumsi bijih nikel. Salah satunya adalah dengan mempertimbangkan penggunaan produk NPI dan feronikel dalam proses industrialisasi sebagai stainless steel.

Berdasarkan Booklet Tambang Nikel 2020, peta sebaran lokasi sumber daya dan cadangan nikel diluar wilayah IUP/KK nikel di Pulau Sulawesi tahun 2020, menunjukkan Sulawesi Tenggara 77% wilayah potensi pembawa mineralisasi belum ada WIUP dengan potensi cadangan 2,6 milyar ton.

Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Alokasi Dana Pemilu Hingga Rp71,3 Triliun

Maluku, 43% wilayah potensi pembawa mineralisasi belum ada WIUP dan cadangan 1,4 miliar ton, sedangkan untuk Papua data potensi investasi lebih menarik lagi, potensi cadangan 0,06 miliar ton dengan wilayah potensi pembawa mineralisasi belum ada WIUP sebesar 98%.

“Ini menjadi sangat penting untuk keseimbangan supply chain dari sumber daya nikel kita,” tambah Irwandy.

Dia menilai dengan melihat potensi besar dalam wilayah-wilayah greenfield nikel yang masih harus dieksplorasi, serta peluang industri hilir nikel yang terus berkembang, Indonesia menjadi destinasi menarik untuk investasi di sektor pertambangan nikel.

“Dengan sumber daya alam yang melimpah dan komitmen untuk mengoptimalkan pengelolaan mereka, sektor nikel di Indonesia terus menawarkan peluang yang menjanjikan,” kata Irwandy.

Pemerintah Indonesia Akan Mematok Moratorium Pembangunan Smelter Nikel Kelas II untuk Mempertahankan Pasokan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia berencana untuk membatasi pembangunan pabrik pemurnian mineral (smelter) nikel kelas II sebagai bagian dari strategi untuk menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan bijih nikel. Langkah ini bertujuan untuk mencegah Indonesia menjadi pengimpor bijih nikel dan memastikan kelangsungan operasi produksi smelter yang telah ada.

“Kementerian ESDM telah merencanakan pembatasan ini, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkomarves) telah menyatakan bahwa pemerintah tidak akan memberikan izin tambahan untuk pembangunan smelter nikel kelas II yang menggunakan proses Pyrometalurgi,” ungkap Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif.

Baca juga: Berita Ekonomi Indonesia: Pemerintah Keluarkan Aturan Perlindungan UMKM

Irwandy menjelaskan bahwa pemerintah akan melakukan kajian menyeluruh tentang kebijakan ini, terutama dalam konteks nikel di Indonesia, yang mencakup nikel berkadar rendah (limonite) dan nikel berkadar tinggi (saprolite).

“Saat ini, terdapat 44 smelter yang memproses bijih nikel dengan proses Pyrometalurgi ke arah stainless steel, serta 3 smelter yang menggunakan proses Hydrometalurgi untuk menghasilkan baterai. Konsumsi bijih nikel untuk Pyrometalurgi dengan saprolite mencapai sekitar 210 juta ton per tahun dan 23,5 juta ton per tahun untuk limonite,” jelas Irwandy.

Selain itu, sebanyak 25 smelter saat ini sedang dalam tahap konstruksi dan memerlukan pasokan bijih nikel sebesar 75 juta ton per tahun. Demikian pula, ada 6 smelter yang sedang dalam konstruksi untuk menghasilkan baterai dengan kebutuhan bijih sebesar 34 juta ton per tahun.

Dalam tahap perencanaan menuju Pyrometalurgi, terdapat 28 smelter dan 10 smelter untuk proses Hydrometalurgi dengan kebutuhan masing-masing sekitar 130 juta ton per tahun dan 54 juta ton per tahun.

Baca juga: Berita Ekonomi Indonesia: Kinerja Penjualan Eceran Bertumbuh

“Totalnya, hingga saat ini, terdapat 116 smelter di Indonesia, terdiri dari 97 smelter yang menggunakan Pyrometalurgi dan 19 smelter yang menggunakan proses Hydrometalurgi,” tambah Irwandy.

Dewan Penasihat Asosiasi Prometindo, Arif S Tiammar, mendukung langkah Kementerian ESDM ini, menganggapnya sebagai langkah yang bijak untuk membatasi produksi yang berlebihan.

“Kapasitas produksi saat ini sudah sangat besar dan bahkan menempatkan Indonesia sebagai produsen NPI terbesar di dunia,” ujar Arif.

Dia juga menekankan pentingnya mempertimbangkan cadangan yang dimiliki dan keadaan pasokan dan permintaan, yang berdampak pada harga pasar NPI dunia. Harga NPI saat ini rendah, sebagian karena jumlah produksi yang berlebihan.

Langkah-langkah ini diambil untuk menjaga kestabilan industri nikel di Indonesia dan memastikan kelangsungan bisnis bagi smelter yang sudah beroperasi. Pasokan bijih nikel yang seimbang akan mendukung industri hilir seperti pembuatan stainless steel dan produk-produk nikel lainnya. Selain itu, ini juga akan menjaga Indonesia sebagai pemimpin dalam cadangan komoditas nikel di dunia.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU