27.1 C
Jakarta
Senin, 2 Desember, 2024

Berita Fintech Indonesia: OJK Sebut Fintech Syariah Berpeluang Besar Tumbuh

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terkait layanan financial technology (fintech) syariah yang berpeluang besar tumbuh di Indonesia.

Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Adapun peluang ini mengingat mayoritas penduduk di Indonesia beragama Islam.

Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti dinukil dari Kontan.co.id, Selasa (24/1/2023).

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: 65 Pemain Fintech P2P Lending Masih Merugi secara Akumulatif

Berita Fintech Indonesia: Ekosistem Syariah di Indonesia Cukup Besar

Di samping penduduk mayoritas Islam, ekosistem ekonomi syariah di Indonesia pun bisa dibilang cukup besar.

Standar Global Muslim Travel Index (GMTI) mencatat, Indonesia merupakan destinasi wisata halal terbaik dunia.

Di lain sisi, Asosiasi Fintech Syariah Indonesia mencatat bahwa ada 20 penyelenggara fintech syariah di Indonesia yang terdiri dari fintech peer-to-peer lending (P2P lending), inovasi keuangan digital (IKD), dan securities crowdfunding.

Kini, pertumbuhan fintech syariah pun cukup potensial. Dalam catatan AFSI, dari tahun 2020 hingga 2021, terjadi pertumbuhan sekitar 130% di industri fintech syariah.

Sementara itu, pada tahun 2022 meningkat sampai 180%. Kolaborasi fintech syariah dengan perbankan syariah menjadi dorongan industri fintech syariah bertumbuh.

Dari sisi pelaku usaha, PT Duha Madani Syariah (Duha Syariah) juga melihat peluang yang masih cukup besar dalam fintech lending syariah, apalagi mengingat tingginya kebutuhan akan pembiayaan kepada sektor produktif.

Tren Terus Tumbuh Positif

Menurut Direktur Duha Syariah, Hot Asi, tren fintech syariah di Indonesia terus tumbuh positif, dengan penyaluran pembiayaan Duha Syariah sepanjang 2022 tumbuh sebesar 211% jika dibandingkan tahun 2021.

“Penyaluran pembiayaan sebagian besar disalurkan ke sektor produktif,” ucap Hot Asi.

Ia menambahkan, penyaluran pembiayaan tahun 2023 masih fokus di sektor produktif. Duha Syariah pun berharap bisa berkolaborasi dengan mitra strategis atau ekosistem supaya penyaluran pembiayaan bisa semakin luas.

Adapun target pembiayaan tahun 2023 Duha Syariah diharapkan bisa bertumbuh di atas 50%. Meski demikian, Duha Syariah akan tetap berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan agar kualitas pembiayaan atau Non Performing Loan (NPL) bisa terjaga.

Lebih jauh, yang menjadi tantangan fintech lending syariah saat ini, antara lain, terkait cara memberikan layanan yang mampu menghadirkan solusi terhadap permasalahan atau kebutuhan dari pengguna, tetapi tetap memenuhi aspek syariahnya.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: 6 Rekomendasi Pinjol Bunga Rendah Terbaik 2023

“Selain itu, menyediakan layanan yang tepat guna, cepat, dan user friendly,” tuturnya.

Edukasi masyarakat mengenai keberadaan fintech syariah pun dianggap penting agar industri fintech syariah terus bertumbuh.

berita fintech indonesia

Berita Fintech Indonesia: Secara Akumulatif, Sebagian Besar Fintech P2P Lending Masih Merugi

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sebanyak 65 dari 102 fintech peer-to-peer (P2P) lending yang mengantongi izin dari OJK masih mengalami kerugian secara akumulatif pada November 2022.

Anggota Dewan Komisioner sekaligus Ketua Dewan Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK Ogi Prastomiyono sebelumnya pernah menyampaikan bahwa 65 perusahaan fintech lending terpantau masih mengalami kerugian secara akumulatif. Sisanya, sebanyak 37 perusahaan fintech sudah menikmati laba.

Adapun OJK mempublikasikan laporannya pada 3 Januari 2023 dengan menyuguhkan data Statistik Fintech Lending periode November 2022, di mana rugi setelah pajak penyelenggara fintech lending mencapai Rp 124,34 miliar.

Dari sisi pelaku usaha, founder dan Chief-Executive Officer Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan, tren fintech lending yang masih mengalami kerugian ini terjadi karena sebagian besar penyelenggara fintech lending adalah startup teknologi yang di scale-up dalam waktu yang singkat, sehingga di awal biayanya masih besar.

Namun demikian, kata Ivan, setelah mencapai skala tertentu, diharapkan perusahaan-perusahaan ini bisa mencapai keuntungan.

“Karena itu, penyelenggara fintech lending perlu fokus bukan hanya pada growth, tapi juga pada fundamental dan sustainability bisnisnya. Bagaimana bisa meningkatkan pendapatan dan disiplin terkait opex,” kata Ivan yang juga Ketua Hukum, Etika, dan Perlindungan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFP).

Lebih lanjut, Ivan menyatakan agar perusahaan fintech lending fokus untuk menciptakan nilai tambah agar bisa memiliki pendapatan yg lebih besar tersebut.

Sementara itu, CEO Danain Budiardjo Rustanto mengaku, untuk fintech Danain sendiri di tahun 2022 memang masih mengalami kerugian.

“Karena memang kami memulai model bisnis baru berupa penyempurnaan model bisnis yang lama,” ungkap Budiardjo.

Budiarjo bilang, dengan memulai model bisnis yang baru ini, pihaknya memulai dari size awal lagi sehingga di 2022 lalu masih mencatat kerugian. 

Namun, dengan meningkatnya volume bisnis, Budiardjo yakin di 2023 ini Danain mulai mencatatkan keuntungan secara month to date nantinya.

“Jadi, strategi kami agar mencapai keuntungan yaitu dengan meningkatkan volume bisnis,” tuturnya.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Startup Fintech Komunal Peroleh Pendaan Baru Rp132 M dari East Ventures

Sekian ulasan tentang berita fintech Indonesia yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat.

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU