JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terkait securities crowdfuding yang mendukung kemudahan akses permodalan bagi UMKM.
Seperti diketahui, akses permodalan bagi pelaku UKM atau usaha kecil dan menengah di Indonesia menjadi tantangan karena keterbatasan nilai aset yang bisa dijadikan jaminan.
Akan tetapi, saat ini sudah hadir hadir layanan securities crowdfunding atau urun dana berbasis teknologi informasi tanpa kewajiban terkait jaminan dan peluang penerbitan surat berharga berbentuk saham atau surat utang untuk mendapatkan modal bisnis hingga Rp10 miliar.
Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti dinukil dari Kontan.co.id.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Startup Fintech Indonesia Digiasia Bios Segera Melantai di Nasdaq
Berita Fintech Indonesia: Securities Crowdfunding Dorong Kemajuan Usaha
Menurut CEO Danamart, Patrick Gunadi, usaha kecil dan menengah merupakan pilar kuat dalam perekonomian Indonesia, tetapi sulit berkembang karena masalah keterbatasan keuntungan dan nilai aset yang bisa dijadikan jaminan.
Maka dari itu, dirinya berharap agar securities crowdfunding mampu mendorong kemajuan usaha yang merata di Indonesia dengan memperluas akses permodalan dari publik yang sebelumnya hanya dinikmati oleh perusahaan yang lebih besar.
“Prosesnya mudah dan bisa dilakukan secara online, serta memudahkan pemantauan investasi yang masuk,” katanya dalam keterangannya, dikutip pada Jumat (14/4).
Ditambahkannya, securities crowdfunding memberikan kemudahan bagi UKM karena tidak ada syarat minimum keuntungan dan kewajiban penyediaan jaminan dengan nilai tertentu.
Penerbit saham atau obligasi pada platform securities crowdfunding juga dapat melengkapi persyaratan secara daring (online) dengan biaya penerbitan yang terjangkau.
Namun, kualitas penerbit tetap dijamin dengan seleksi yang ketat dan penilaian manajemen risiko yang komprehensif, termasuk penilaian dampak usaha terhadap lingkungan dan masyarakat sesuai prinsip ESG.
Pemilik usaha yang ingin mendapatkan tambahan modal lewat securities crowdfunding dapat mendaftarkan bisnisnya melalui platform online, mengisi data-data yang diperlukan, dan menunggu verifikasi data.
Selanjutnya, pemilik usaha dapat memilih jenis pembiayaan, jumlah dana yang dibutuhkan, dan jangka waktu penggalangan modal sebelum melengkapi persyaratan dokumen lainnya dan mengurus penerbitan efek ke KSEI.
Setelah semua tahap selesai, dana usaha akan diterima di virtual account penerbit.
Fokus Penerbitan Obligasi
Untuk saat ini, Danamart sedang fokus untuk menggenjot penerbitan surat utang atau obligasi. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan bagi penerbit efek berbasis ekuitas atau saham untuk mendapatkan penambahan modal di platform Danamart.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Dukung Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Ini Langkah RupiahCepat
Harapannya, layanan securities crowdfunding dapat memudahkan akses dukungan modal bagi UKM di Indonesia, membuka lapangan pekerjaan, dan menggerakkan perekonomian secara merata, terutama dalam situasi krisis.
Danamart adalah platform investasi online yang menyediakan layanan urun dana untuk dukungan modal bisnis UMKM dan startup melalui penawaran saham dan obligasi dalam securities crowdfunding.
Berita Fintech Indonesia: Startup Fintech Digiasia Bios Segera Melantai di Nasdaq
Sebelumnya, dinukil dari detikcom, startup financial technology asal Indonesia, Digiasia Bios, diketahui semakin mantap untuk segera mencatatkan namanya di Nasdaq.
Jika hal itu terealisasi maka Digiasia Bios akan menjadi startup pertama asal RI yang melantai di bursa asing tersebut.
Menurut Chief Digital Ecosystem Integration Digiasia Bios, Joseph Lumban Gaol, rencana IPO (initial public offering) yang akan dilakukan oleh Digiasia menggunakan skema Special Purpose Acquisition Company (SPAC) dengan menggandeng perusahaan asing, yaitu Stonebridge.
“Kami lewat jalur SPAC instrumennya. Prosesnya merger dan Acquisition dengan perusahaan namanya Stonebridge,” kata Joseph di Jakarta, dikutip pada Kamis (13/4/2023).
Namun, Joseph belum bisa membeberkan berapa besaran porsi kepemilikan saham Digiasia bila perusahaan tersebut sudah merger dengan Stonebridge.
Dalam hal ini, ia pun hanya berharap proses yang saat ini sedang berlangsung bisa mulus.
“Kami sih berharap kuartal ini bisa terjadi, tapi nggak ada yang bisa jamin. Semuanya bisa terjadi. Bila terjadi, jadi perusahaan (Indonesia) pertama lewat SPAC yang berhasil listing di sana,” sebutnya.
Di sisi lain, menurut Chief Marketing Officer Digiasia Bios Rully Hariwinata, sejauh ini, Digiasia Bios per kuartal IV 2022, perusahaan mencatatkan gross transaction value (GTV) tahunan US$ 3 miliar lebih, dengan total merchants on platform lebih dari 750.000.
“Sepanjang 2022, Digiasia Bios juga mencatatkan 35 juta transaksi sepanjan total 97 mitra B2B,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, ia pun mengumumkan strategi bisnis baru Digiasia Bios, yakni sebagai embedded finance as a service pertama di Indonesia.
Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Fintech P2P Lending Danafix Hentikan Kegiatan Usaha, OJK Belum Cabut Izin
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com