27.3 C
Jakarta
Minggu, 19 Mei, 2024

Berita Fintech Indonesia: Mahasiswa dan Guru Terjerat Pinjol, Ini Strategi Startup Fintech

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terbaru hari ini terkait banyaknya mahasiswa dan guru yang terjerat pinjol di Indonesia.

Guru tercatat yang paling banyak terjerat pinjaman online atau pinjol ilegal, sedangkan paylater menyasar mahasiswa. Startup teknologi finansial atau fintech menyiapkan sejumlah strategi untuk mengatasi hal ini.

Startup fintech terdiri dari beberapa jenis layanan seperti pinjol, paylater, pembayaran hingga urun dana alias crowdfunding. 

Berikut ini berita fintech Indonesia seperti dikutip dari Katadata.co.id, Kamis (31/8/2023).

indodax

Baca juga: Berita Fintech Hari Ini: 88% Startup Pinjol dan Pembayaran Sasar Jakarta, Kini Bidik Desa

Berita Fintech Indonesia: Tanpa Memikirkan Cara Membayar

Salah satu yang menjadi sorotan pemerintah dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan atau OJK yakni, banyaknya masyarakat menggunakan paylater tanpa memikirkan cara membayarnya. 

Rincian outstanding atau utang pinjol yang masih berjalan berdasarkan usia sebagai berikut: 

  • 19 – 34 tahun atau kategori pelajar, mahasiswa, dan pekerja: Rp 26,87 triliun 
  • 35 – 54 tahun: Rp 17,98 triliun 
  • Lebih dari 54 tahun: Rp 1,99 triliun 

Selain itu, OJK mencatat korban pinjol ilegal yang paling banyak yakni:

  • Guru
  • Pegawai yang di-PHK atau mengalami pemutusan hubungan kerja 
  • Ibu rumah tangga 

Startup fintech pun melakukan beberapa hal untuk mengatasi tingginya kredit macet di layanan pinjaman online, maraknya pinjol ilegal hingga investasi bodong. 

Rinciannya sebagai berikut: 

  • 88% responden telah menjalankan berbagai inisiatif dalam mendorong peningkatan inklusi keuangan 
  • 82,7% responden turut membantu upaya peningkatan literasi keuangan masyarakat 
  • 52% kerja sama dengan lembaga keuangan lain 
  • 72,2% kerja sama dengan lembaga keuangan 
  • 9,3% responden yang mengaku pernah terlibat dalam upaya kerja sama dilakukan lewat keikutsertaan pada proyek pemerintah 
  • 64% berpartisipasi dalam kegiatan edukasi masyarakat melalui berbagai acara dan platform media sosial 

Hal itu tertuang dalam laporan AFTECH Annual Members Survey 2022/2023 yang dibuat oleh AFTECH dan Katadata Insight Center, didukung oleh Women’s World Banking.

Riset dilakukan selama kuartal II, dengan menggabungkan penelitian primer dan sekunder dalam menganalisis data. Ada 75 responden yang berpartisipasi.

“Sebanyak 82,7% responden menyatakan telah melakukan sejumlah inisiatif untuk meningkatkan inklusi dan literasi keuangan,” demikian dikutip dari laporan AFTECH, Senin (28/8). 

Rincian inisiatif startup fintech di antaranya: 

  • Kolaborasi dengan lembaga keuangan lainnya (bank) 62,9% 
  • Kemitraan strategis dengan pemerintah 33,9% 
  • CSR berfokus pada literasi keuangan 25,8% 
  • Lainnya 19,4% 

Namun ada tantangan dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, di antaranya: 

  • Regulasi 
  • Infrastruktur untuk menjangkau lebih banyak konsumen, seperti akses, stabilitas, dan kualitas jaringan internet 
  • Edukasi: Skor indeks literasi keuangan relatif jauh lebih rendah dibandingkan inklusi keuangan. Startup fintech berharap Pemerintah mendukung peningkatan edukasi dan bimbingan terhadap masyarakat.

Berita Fintech Indonesia: 88% Startup Pinjol dan Pembayaran Sasar Jakarta, Kini Bidik Desa

Sebelumnya, dinukil dari Katadata.co.id, sebanyak 88% startup fintech termasuk pinjaman online (pinjol) yang menyasar Jakarta.

Namun, sebanyak 61,3% berencana menyasar perdesaan. Adapun daftar daerah yang disasar oleh startup fintech, termasuk pinjol dan pembayaran, menurut AFTECH Annual Members Survey 2022/2023, yakni Jakarta 88%; Bandung 29,3%; Surabaya 28,0%; seluruh pulau Jawa 5,3%; seluruh kota di Indonesia 6,7%.

Sementara nilai transaksi startup fintech, termasuk pinjol dan pembayaran berdasarkan wilayah sebagai berikut, yaitu 80,7% Pulau Jawa; 7,7% Sumatera; 5,4% Sulawesi; 3,2% Kalimantan.

Baca juga: Berita Fintech Hari Ini: Peran Fintech Untuk Perusahaan Startup

Berita Fintech Indonesia

Riset AFTECH tersebut digarap bersama Katadata Insight Center dan didukung oleh Women’s World Banking. Riset dilakukan selama kuartal II, dengan menggabungkan penelitian primer dan sekunder dalam menganalisis data. Ada 75 responden yang berpartisipasi. 

Berdasarkan laporan tersebut, ada tiga strategi startup fintech termasuk pinjol dan pembayaran tahun ini, di antaranya berfokus pada produk berpenghasilan tinggi (66,7%); menjajaki lini bisnis baru seperti pinjaman online atau pinjol, e-KYC, lainnya (57,3%); memasuki pasar baru termasuk luar negeri dan perdesaan (52%).

Rincian startup fintech termasuk pinjol dan pembayaran yang berencana menyasar perdesaan sebagai berikut, yakni 25,3% dalam enam bulan – satu tahun ke depan; 22,7% 1 – 2 tahun ke depan; 13,3% dua tahun ke depan; 38,7% belum berencana menyasar perdesaan.

Alasan tidak Merambah Perdesaan

Alasan startup fintech termasuk pinjol dan pembayaran tidak ingin merambah perdesaan, yakni literasi keuangan di perdesaan masih rendah (38,7%); kondisi infrastruktur belum mumpuni (34,7%); tingkat kepercayaan konsumen masih rendah (12,0%); kendala perbedaan budaya (5,3%); teknologi informasi, SDM, hingga target pasar yang terkonsentrasi di Jakarta (9,3%).

Penghalang utama startup fintech termasuk pinjol dan pembayaran ekspansi ke wilayah lain yakni, belum sesuai dengan rencana ekspansi. 

“Peraturan pemerintah daerah juga menjadi tantangan,” demikian dikutip dari laporan AFTECH.

Baca juga: Produk Fintech di Indonesia ini Makin Populer Lho!

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU