27.1 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Berita Fintech Indonesia: Tech Winter Alami Fintech Indonesia ?

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech hari ini datang dari ‘Aftech Annual Members Survey (AMS)’ 2022/2023 yang baru saja diluncurkan.

Kegiatan ini digelar oleh Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) bersama Katadata Insight Center (KIC) serta Women’s World Banking (WWB).

Laporan rutin tahunan yang diterbitkan sejak tahun 2017 itu memberikan gambaran mengenai perkembangan terkini serta peluang dan tantangan yang dihadapi oleh industri fintech di Indonesia.

AMS 2022/2023 menyoroti perkembangan industri fintech, fenomena tech winter, talenta digital, kontribusi terhadap perekonomian (terutama investasi), penerapan tata kelola yang baik, pemerataan infrastruktur digital, kesetaraan gender, dan regulasi yang kondusif.

Berikut berita fintech Indonesia terkait fenomena tech winter

Berita Fintech Indonesia: Indonesia Alami Fenomena Tech Winter

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh AFTECH, sebanyak 84% perusahaan Fintech tercatat telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau layoff, dan 76% juga tidak berencana untuk menambah atau merekrut tenaga kerja baru dalam waktu dekat.

Meskipun dilanda fenomena tech winter, investasi sektor Fintech di Indonesia masih menunjukkan performa yang cukup baik didukung oleh cara pandang positif pelaku Fintech. Melalui in-depth interview, beberapa pelaku Fintech menyatakan bahwa fenomena tech winter justru dilihat sebagai momentum untuk terus berinovasi.

Namun, tech winter mengakibatkan kondisi keuangan sejumlah startup memburuk. Dampaknya, para founder startup mengambil beberapa langkah efisiensi, termasuk layoff.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: PHK di Sektor Fintech P2P Lending Diprediksi Masih Berlangsung

Adapun terkait pengurangan tenaga kerja, tercatat 201.860 karyawan industri teknologi di seluruh dunia terkena layoff atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada lima bulan pertama 202314.

Beberapa perusahaan teknologi global juga melakukan layoff, seperti Google sebanyak 12 ribu tenaga kerja (Januari 2023), Meta sebanyak 11 ribu tenaga kerja (November 2022), dan Microsoft 10 ribu tenaga kerja (Januari 2023)15. Di Indonesia, DSInnovate mencatat 20 startup melakukan layoff sepanjang 202216.

Fenomena Layoff Landa Industri Fintech Indonesia

Upaya mengurangi dan menghentikan perekrutan karyawan juga terjadi di industri Fintech di Indonesia. AMS 2022/2023 menunjukkan bahwa 84% responden telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau layoff. Survei yang sama juga mencatat bahwa 76% responden tidak berencana untuk menambah atau merekrut tenaga kerja baru dalam waktu dekat.

Baca juga: Berita Fintech Hari Ini: Tech Winter Melanda Dunia, OJK Yakin Industri Fintech Indonesia “Kebal”

Hasil tersebut berlawanan dengan survei AMS 2021, yang mana 72% responden mengindikasikan bahwa mereka berencana untuk mempekerjakan lebih banyak karyawan dalam 1-2 tahun ke depan. Lebih lanjut, 35% responden berencana mempekerjakan 1%-25% lebih banyak tenaga kerja, dan 15% lainnya berambisi untuk meningkatkan tenaga kerja lebih dari 75%.

Pelaku Fintech Pilih Pekerja Oursource

Status tenaga kerja yang dipekerjakan pelaku Fintech sebanyak 34,7% merupakan tenaga kerja permanen, sementara selebihnya mempekerjakan tenaga kerja kombinasi antara permanen dan outsourcing.

Jika dilihat proporsinya, sebanyak 44,0% responden memiliki tenaga kerja outsourcing pada kisaran 1%- 25% dari total tenaga kerja, sebanyak 12% responden memiliki outsourcing 26%-50%, sebanyak 2,7% responden memiliki outsourcing 51%-75%, dan sebanyak 6,7% responden memiliki outsourcing lebih dari 75%.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Fintech Lending Axiata, Boost, Dorong Pertumbuhan UMKM di Indonesia

Jika perusahaan diharuskan menambah tenaga kerja baru, 61,3% responden AMS 2022/2023 memilih merekrut kombinasi tenaga kerja berstatus permanen dan outsourcing. Sebanyak 37,3% responden yang memilih merekrut tenaga kerja secara permanen saja dan hanya 1,4% yang justru memilih outsourcing saja.

Dalam rencana perekrutan, responden menyatakan prioritas terutama akan diberikan pada bidang pengembangan produk (69,3%), pengembangan bisnis (68,0%), serta penjualan & pemasaran (54,7%).

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU