33.5 C
Jakarta
Kamis, 9 Mei, 2024

Berita Startup Indonesia: 11 Startup RI Masuk Daftar Perusahaan Asia Paling Menjanjikan

JAKARTA, duniafintech.com – Berita startup Indonesia hari ini terkait startup di Asia yang tetap berupaya untuk membuat terobosan baru.

Hal itu terjadi di tengah seretnya aktivitas modal ventura global. Daftar dari Forbes Asia 100 to Watch tahun ini menyoroti perusahaan kecil dan startup dengan prospek menjanjikan yang menargetkan pasar kurang terlayani atau menerapkan teknologi baru.

Teknologi yang dimaksud mulai dari AI generatif hingga diagnostik kanker berbasis darah.

Selain itu juga mencakup inovasi ramah lingkungan, seperti startup pengembangan protein alternatif berbasis serangga dan digitalisasi produksi susu untuk meningkatkan hasil.

Tiga belas negara dan wilayah terwakili dalam 11 kategori, termasuk bioteknologi dan layanan kesehatan, e-commerce dan ritel, serta keuangan.

indodax

Singapura memimpin daftar tersebut untuk tahun kedua, dengan menyumbang 20 perusahaan ke dalam daftar. Kemudian diikuti oleh Hong Kong dengan 15 perusahaan dan China daratan dengan 11 perusahaan. Perusahaan di Indonesia dan Filipina masing-masing menyumbang 11 dan 9 perusahaan.

Berikut ini berita startup Indonesia selengkapnya, seperti dikutip dari CNBCIndonesia.com, Kamis (31/8/2023).

Baca juga: Tips Menjalankan Bisnis Startup, Apa Saja? Cari Tahu Yuk!

Berita Startup Indonesia: Daftar Startup RI dengan Prospek Kuat

Berikut ini 11 daftar perusahaan kecil dan startup RI dengan prospek kuat yang masuk Forbes.

1. Beleaf

Startup pertanian hidroponik ini didirikan tahun 2019. Investor utamanya termasuk Alpha JWC Ventures, BRI Ventures, MDI Ventures, dan Openspace Ventures.

Perusahaan tersebut menanam sayuran hijau, herba, dan umbi-umbian untuk mitra seperti jaringan hotspot Haidilao dan raksasa e-commerce Shopee. Pada tahun 2022 juga mendukung petani Indonesia dengan panduan pertanian, dukungan teknis, dan layanan pemasaran.

Operasi Beleaf mencakup lahan pertanian seluas lima hektar dan perusahaan mengklaim memiliki 20 mitra FaaS.

2. Chickin

Masih dari startup pertanian, Chickin lahir 2020 lalu. Investor utamanya adalah 500 Global, East Ventures, Plug and Play APAC.

Chickin menggunakan teknologi IoT untuk pengelolaan unggas dan distribusi daging. Perusahaan ini menawarkan peralatan pertanian cerdas yang terintegrasi dengan teknologi berbasis cloud, yang disebut CI-Touch, untuk mengoptimalkan pengendalian iklim, manajemen peralatan, dan kondisi kehidupan ternak. Startup ini mendukung lebih dari 9.800 peternak ayam.

  1. Cosmart

Startup ecommerce dan retail ini baru berdiri pada 2022 lalu dengan investor utama East Ventures, Lightspeed Venture Partners, dan Vertex Ventures.

Cosmart adalah platform e-commerce berbasis keanggotaan untuk barang-barang penting. Melalui situs web dan aplikasi selulernya, pengguna dapat melakukan pembelian barang-barang rumah tangga dan makanan ringan dalam jumlah besar, yang diklaim oleh startup tersebut ditawarkan dengan harga lebih rendah daripada supermarket. Pada tahun 2022, Cosmart mendapatkan pendanaan awal sebesar US$5 juta untuk ekspansinya di Asia Tenggara.

  1. Crowde

Berdiri sejak tahun 2016, Crowde merupakan startup dengan investor utama Revisse Partners, Great Giant Foods, Gree Ventures, Mandiri Capital Indonesia, Monk’s Hill Ventures, Strive, dan UMG Idealab.

Startup pinjaman peer-to-peer, Crowde, bertujuan membantu petani Indonesia mengembangkan bisnis mereka. Melalui Crowde, petani dapat mengajukan pinjaman dengan menentukan jumlah yang mereka butuhkan, komoditas apa yang ingin mereka tanam dan luas lahan yang tersedia. Aplikasi startup tersebut, Toko Tani, juga menawarkan saran mengenai budidaya tanaman apa yang sedang laris.

  1. Dagangan

Dagangan didukung oleh investor utama 500 Global, AC Capital, Blue Bird Group, BTPN Syariah, Cyberagent Capital, GK Plug and Play, K3 Ventures, Monk’s Hill Ventures, Prasetia Dwidharma, dan Spiral Ventures

Dagangan adalah platform perdagangan sosial yang menargetkan masyarakat perdesaan di Indonesia yang kekurangan akses terhadap kebutuhan sehari-hari.

Melalui aplikasi Dagangan, pelanggan di lebih dari 20.000 desa di seluruh Indonesia dapat membeli bahan makanan, pakaian, dan lainnya, dengan layanan pengiriman satu hari.

  1. Fresh Factory

Fresh Factory merupakan startup logistik dan transportasi yang didirikan pada 2020.

Investor utamanya dari East Ventures, Indogen Capital, Tap Applied Agri Services, Prima Adhisarana Indonesia, Kyobo Securities, Nusantara Card Semesta, NTUitive, Tridaya Rhema Solusi, Ubi Kapital Indonesia, Prasetia Dwidharma, SBI Ven Capital, Trihill Capital, Y Combinator.

Perusahaan pemenuhan rantai pendingin terintegrasi ini mengkhususkan diri dalam penyimpanan dan pengiriman barang dingin, beku, dan kering.

Startup ini menggunakan perangkat IoT di lebih dari 40 gudang untuk memantau suhu dan melacak lokasi produk, serta fungsi lainnya.

  1. Gokomodo

Startup pertanian Gokomodo lahir pada 2019 lalu. Saat ini investor utamanya termasuk East Ventures, Eight Capital, Indogen Capital, K3 Ventures, Sahabat Group, Sampoerna Financial, SMDV, Triputra, dan Waresix.

Gokomodo menyediakan layanan pengadaan dan e-commerce untuk perusahaan di industri pertanian dan komoditas di Indonesia. Melalui platform online startup tersebut, perusahaan dapat memesan produk seperti peralatan pertanian dan peralatan keselamatan dari 68 merek.

Sementara itu, pemasok dapat mengirimkan penawaran harga dan melacak data penjualan mereka. Pada tahun 2022, mereka mengumpulkan US$26 juta dalam putaran pendanaan seri A yang dipimpin oleh East Ventures.

  1. iSeller Commerce

Perusahaan ini didukung oleh AppWorks, Beacon Capital, Intudo Ventures, Mandiri Capital Indonesia, dan Openspace Ventures.

Melalui situs web dan aplikasinya, iSeller membantu perusahaan kecil hingga menengah mengelola inventaris mereka, membangun etalase online, dan mempromosikan penjualan melalui saluran seperti media sosial.

Startup yang berbasis di Jakarta, yang merupakan bagian dari Intersoft Solutions di Indonesia, mengklaim telah memproses lebih dari US$500 juta pembayaran digital dan melayani 100.000 bisnis.

  1. Saturdays

Startup ritel ini berdiri pada 2016. Saat ini Saturdays memiliki investor utama Alpha JWC Ventures, Alto Partners, Altara Ventures, DSG Consumer Partners, Genesis Alternative Ventures, dan Kinesys Group.

Startup yang fokus berjualan kacamata ini mengoperasikan 45 toko fisik di seluruh Indonesia, memungkinkan pelanggan untuk “mencoba” desain secara virtual melalui situs web dan aplikasi mereka.

Pada tahun 2020, selama pandemi, Saturdays meluncurkan layanan ahli kacamata di rumah bagi pelanggan untuk menerima pemeriksaan mata dan bingkai pandang pilihan mereka. Ke depan, startup ini bertujuan untuk berekspansi secara nasional.

  1. Tip Tip

Startup teknologi konsumen ini didirikan pada 2021. Dengan investor utama East Ventures, SMDV, dan Vertex Ventures.

Perusahaan ini bertujuan untuk ekonomi kreator di Asia Tenggara, TipTip membantu influencer di Indonesia terhubung dengan penggemar dan memonetisasi konten mereka.

Melalui situs web atau aplikasi TipTip, influencer dapat melakukan streaming langsung, berbagi konten eksklusif untuk pelanggan, menjual tiket acara, dan banyak lagi. Dengan pendanaan lebih dari US$23 juta, startup ini mengklaim telah bekerja dengan lebih dari 10.000 pembuat konten.

  1. Xurya

Startup di bidang konstruksi dan rekayasa ini didirikan tahun 2018.

Investor utamanya ada AC Ventures, Clime Capital, Crevisse, East Ventures, GoTo, Mitsui & Co., New Energy Nexus, Prasetia Dwidharma, Saratoga Investment, Sermsang Power Corp., dan Schneider Electric.

Sebagai startup energi terbarukan, Xurya menyewakan panel surya kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Startup tersebut mengatakan telah menyelesaikan 128 instalasi hingga saat ini, termasuk desain, pengoperasian dan pemeliharaan panel surya.

Menurut Xurya, infrastruktur panel surya yang mereka sediakan dapat memasok antara 25% dan 30% dari total konsumsi listrik industri.

Baca juga: Berita Startup Indonesia: Pasca Pandemi, Startup Adopsi Bisnis Tradisional

berita startup Indonesia
ilustrasi

Berita Startup Indonesia: Kelompok Startup Ini Paling Rentan Tumbang 

Pandemi Covid-19 melahirkan banyak dampak, salah satunya maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di dunia startup.

Perwakilan Startup Studio Indonesia (SSI) Italo Gani mengatakan begitu pandemi selesai, model tradisional kembali diberlakukan. Banyak startup yang salah memprediksi growth-nya. 

“At the end, saya lihat ini adalah seleksi alam yang bagus, a great startup akan jalan terus, (sedangkan) startup yang kurang kuat di product-market fit-nya tidak survive,” kata Italo Gani dalam keterangannya dikutip Rabu (30/8). 

Italo menambahkan ekosistem global pun ikut berubah sehingga masyarakat dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang ada, termasuk budaya remote activity. 

Senada itu, Co-Founders Rekosistem Joshua Valentino melihat tren PHK dari objektif seorang perintis startup sekaligus pelaku usaha. 

Menurut Joshua, kaderisasi dalam organisasi adalah hal krusial yang wajib ada untuk menekan mencuatnya angka PHK di dunia startup. 

Dia menambahkan melihat talent yang potential memang merupakan hal menggiurkan, tetapi organisasi itu juga sangat penting. 

Setelah funding, lalu memutuskan untuk hire, kemudian ketika ada proses iterasi yang menyesuaikan, beberapa hal menjadi tidak function. 

Untuk menghindari konsekuensi itu, pemilihan talent wajib diperhatikan. Setiap orang berkarya semaksimal mungkin dengan proses kaderisasi yang baik dan ketat.

“Hal itu pada akhirnya menghindari over-recruitment,” ucapnya.

Sementara itu, Koordinator SSI Sonny Hendra Sudaryana menegaskan ada atau tidak adanya perubahan pada ekosistem global, SSI selalu menghadirkan iterasi yang berbeda dari batch 1 hingga ke-7 saat ini.

Program ini memfasilitasi dan mengakselerasi kebutuhan dari masing-masing early-stage startup dengan menyiapkan coach yang akan memecahkan masalah mereka. 

Dilihat dari sisi market, ketika di forum internasional, Indonesia dianggap sebagai market yang paling besar, maka kita harus meningkatkan kaliber dan kualitas founders-nya karena sebenarnya funding-nya ada, tetapi mereka picky dalam melihat bagaimana startup dan founders-nya. 

“Sekarang ini, ada 210 juta orang sudah mengakses internet, dari sisi market growing, maka harus ditingkatkan dari segi kualitas founders,” ucapnya. 

Sonny juga menjelaskan sejalan dengan fungsi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) untuk memfasilitasi dan mengakselerasi kebutuhan early-stage startup, hal itu mendorong para rintisan startup focus pada 1-on-1 coaching session untuk terus mengembangkan startup. 

Tercatat lebih dari 400 coach dan mentor yang difasilitasi Kemenkominfo. Ada sesi intimate bersama coach-nya untuk meningkatkan kualitas dan kaliber dari founders-nya. 

“Yang kedua untuk funding, kami membantu produk mereka melalui program. Kalau funding kami melalui HUB ID. Funding pemerintah itu memang lebih sulit karena ada aturan birokrasi, tetapi kami membuka network untuk investment,” pungkasnya.

Baca juga: Berita Startup Hari Ini: Faktor-Faktor Terjadinya PHK

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU