JAKARTA, duniafintech.com – Menteri Urusan Dalam Negeri (Mendagri) Singapura Kasiviswanathan Shanmugam menyoroti meminta agar pendukung Ustadz Abdul Somad (UAS) untuk tidak hanya mengecam negaranya saja, lantaran juga ada beberapa negara lain yang sempat menolak kehadiran UAS.
Besarkah Pengaruh Boikot Pendukung UAS Terhadap Hubungan Bilateral Indonesia – Singapura?
Mendagri Singapura, Shanmugam, menyebutkan negara yang pernah menolak kehadiran Abdul Somad (UAS) dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya seperti Hongkong, Timor Leste, Inggris, Jerman, dan Swiss.
“Saya bertanya-tanya apakah pendukung Somad juga (berani) mengancam China, karena dia ditolak masuk ke Hong Kong, dan mengancam negara-negara Eropa lainnya. Atau hanya Singapura yang mendapatkan perhatian khusus dan mereka cukup berani untuk mengancam Singapura,” ucapnya.
Baca juga: Viral Penolakan UAS, Ternyata Singapura Pemberi Utang Terbesar ke Indonesia
Ia mengatakan bahwa UAS dan para pendukungnya dianggap tak dapat menghormati Singapura.
Shanmugam juga menyebut mayoritas warga Singapura, semua ras dan agama mendukung keputusan untuk menolak UAS masuk ke negara tersebut.
Ia menilai, hal ini dilakukan karena semua umat beragama harus diperlakukan sama rata atas dasar yang sama. Dengan demikian, UAS disebut dilarang masuk bukan karena agamanya, tetapi karena pandangannya yang radikal.
Diketahui juga, Shanmugam mengaku menyoroti adanya komentar yang menyinggung Singapura sebagai negara kecil dan dapat dihancurkan hanya dengan satu rudal saja.
Tak hanya itu, komentar lainnya yang disorot, yakni komentar yang diposting pendukung UAS melalui facebook yang mengancam akan membom Singapura dan menghancurkan negara tersebut.
“Mengirim pasukan pembela Islam untuk menyerang negara anda seperti 9/11 New York 2001 dan kami juga akan mengusir warga Singapura yang berpura-pura transit dan tinggal di Indonesia,” tulis komentar tersebut.
Baca juga: Viral Ajakan UAS untuk Boikot, Pengaruhi Sektor Pariwisata Singapura?
Seperti diketahui, kisruh ini bermula dari Kementerian Dalam Negeri Singapura menolak Ustaz Abdul Somad (UAS) masuk ke negaranya. Alasannya, Singapura menilai UAS adalah tokoh ekstrem yang membawa segregasi sosial. Singapura kemudian menuai banjir kecaman.
UAS tiba di Terminal Feri Tanah Merah, Singapura, pada 16 Maret 2022. Somad lantas diwawancarai dan ditolak masuk ke negara itu. Somad dan rombongannya akhirnya kembali ke Batam.
Kemendagri Singapura merilis pernyataan pers di situs resminya, Selasa (17/5). Intinya, UAS tidak baik untuk kepentingan kesatuan warga Singapura. Termasuk UAS dinilai pernah berkhotbah menjustifikasi bom bunuh diri di konflik Israel-Palestina.
Kemendagri Singapura mengatakan UAS masuk Singapura berpura-pura untuk kunjungan sosial.
Polemik ini pun telah menyita perhatian media. Tak hanya nasional, tapi juga Singapura sendiri dan belahan benua lainnya.
Straits Times, menyoroti pernyataan Kementerian Dalam Negeri (MHA) negara itu. UAS disebut memiliki riwayat dakwah yang tidak dapat diterima oleh Negeri Singa.
Meski begitu, Strait Times juga mengabarkan bagaimana penolakan tak hanya terjadi pada UAS saja. Negara itu juga melarang penayangan film India kontroversial, The Khasmir Files, yang dianggap berpotensi memecah belah.
“Film ini akan ditolak karena provokatif dan menggambarkan Muslim dalam saru potret saja dan menggambarkan persekusi Hindu di konflik Kashmir yang masih berlangsung,” tulis media tersebut.
Hal sama juga diberitakan Channel News Asia (CNA). Media yang juga berpusat di Singapura itu menulis judul “Indonesian preacher Abdul Somad Batubara, known for ‘extremist and segregationist’ teachings, denied entry into Singapore: MHA”.
Digambarkan pula ada setidaknya enam orang yang dilarang masuk bersama UAS. Mereka semua mencoba ke Singapura dari Batam, Indonesia, ke Terminal Ferry Tanah Merah, Singapura.
“Dia juga membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal ‘jin (roh atau setan) kafir’ … Selain itu, Somad secara terbuka menyebut non-Muslim sebagai ‘kafir’,” tulis CNA mengutip MHA.
Dari Eropa, media Reuters yang berbasis di London, Inggris, juga menuliskan tentang penolakan Singapura ke UAS. Selain mencantumkan komentar MHA, Reuters juga memuat ringkasan video saluran YouTube UAS di mana ia mengatakan petugas imigrasi tidak memberinya penjelasan mengapa dilarang memasuki Singapura.
“Mereka perlu menjelaskan kepada komunitas kami, mengapa negara Anda, pemerintah Anda menolak kami, mengapa pemerintah Anda mendeportasi kami. Mengapa? Karena terorisme, ISIS, narkotika?” katanya.
Reuters juga memuat bagaimana Instagram UAS, yang memiliki 6,5 juta pengikut, memosting foto dirinya sebelum meninggalkan Singapura di sebuah ruangan. Di mana ia, tulis media itu, menganggapnya sebagai “penjara”.
Baca juga: Perluas Sanksi Ekonomi, Amerika Serikat Incar Penambang Bitcoin Rusia