PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance/IDX: BFIN) mampu mencatat kinerja yang resilien dengan permodalan yang kuat, likuiditas yang mumpuni
Ragam dinamika sepanjang tahun 2024 di tanah air serta sederet peristiwa global turut mempengaruhi kondisi perekonomian nasional yang cukup berpengaruh pada bisnis multifinance.
Sektor industri pembiayaan pun ditandai oleh berbagai gejolak, antara lain pelemahan daya beli masyarakat, penurunan mata uang rupiah, volatilitas harga komoditas, dan peningkatan harga bahan-bahan pokok. Kendati demikian, perekonomian domestik tumbuh moderat berkat kemampuan pemerintah mempertahankan stabilitas serta tingkat inflasi Indonesia yang tetap terkendali di tahun politik.
- Total piutang pembiayaan kelolaan tembus Rp24,1 triliun, naik 9,6% yoy
- Total aset terkumpul Rp25,1 triliun hingga Desember 2024, tumbuh 4,7% yoy
- Rasio Non-Performing Financing/NPF terjaga aman dengan level bruto 1,25% dan level neto 0,21%
- Capaian nilai laba setelah pajak sebesar Rp1,6 triliun sepanjang tahun 2024
Seiring dengan dinamika tersebut, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance/IDX: BFIN) mampu mencatat kinerja yang resilien dengan permodalan yang kuat, likuiditas yang mumpuni, dan profil risiko yang terjaga hingga akhir tahun 2024. Kompetisi yang kian ketat mendorong BFI Finance untuk terus berinovasi lewat pengembangan jalur akuisisi melalui kolaborasi strategis guna menawarkan produk pembiayaan yang relevan dengan kebutuhan konsumen serta peningkatan layanan di berbagai lini; baik jalur konvensional maupun digital.
“BFI Finance senantiasa proaktif menerapkan cara kerja dan model operasional baru guna mendukung ekspansi bisnis jangka panjang yang mendorong kinerja Perusahaan secara bertahap, melalui berbagai transformasi kerja yang komprehensif. Pendekatan ini menunjukkan komitmen untuk selaras dengan tujuan jangka panjang, serta memanfaatkan berbagai dinamika perubahan dalam tren pasar,” ujar Presiden Direktur BFI Finance Sutadi.
Hingga Desember 2024, total kelolaan aset Perusahaan mencapai Rp25,1 triliun atau meningkat 4,7% dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan piutang pembiayaan dikelola (managed receivables) yang keseluruhannya naik 9,6% year-on-year (yoy) menjadi Rp24,1 triliun. Sementara itu, pembiayaan baru mencapai Rp20 triliun atau meningkat 5,1% yoy.
Porsi piutang pembiayaan yang terbanyak adalah pembiayaan berjaminan kendaraan roda empat dan roda dua sebesar 59,5%, diikuti oleh pembiayaan alat berat dan mesin sebesar 15,5%, dan pembiayaan berjaminan properti sebesar 5,0%. Pembiayaan untuk pembelian kendaraan roda empat bekas dan baru berkontribusi sebesar 16,1%, sedangkan pembiayaan berbasis syariah dan lainnya sebesar 3,9%. Pertumbuhan piutang tertinggi berasal dari segmen pembiayaan kendaraan roda empat bekas via showroom sebesar 35,3% yoy.
Peningkatan kinerja turut diiringi dengan kelolaan rasio pembiayaan diragukan dan macet (Non-Performing Financing/NPF) yang terjaga di posisi bruto 1,25% dan neto 0,21% per 31 Desember 2024, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 1,36% dan jauh lebih rendah lagi dibandingkan rerata industri yang berada di level rasio bruto 2,70%. Adapun NPF coverage tercatat sebesar 2,7x dari nilai NPF bruto, yang menunjukkan tingkat kehati-hatian Perusahaan. Sementara itu, Perusahaan juga mempertahankan gearing ratio yang sangat rendah sebesar 1,3x atau jauh di bawah batas maksimum yang ditetapkan OJK yakni 10x dan di bawah rerata dengan kisaran 2,31x.
Sutadi menambahkan, strategi Perusahaan untuk menjaga tingkat rentabilitas yang aman, antara lain, dengan menyalurkan pembiayaan secara lebih selektif dan melakukan diversifikasi produk. Meskipun sektor pembiayaan menghadapi tantangan ekonomi, BFI Finance cermat pada pengelolaan risiko dan kualitas kredit untuk menjaga stabilitas kinerja Perusahaan.
Secara keseluruhan, Perusahaan membukukan total pendapatan sebesar Rp6,3 triliun diiringi dengan total perolehan laba setelah pajak senilai Rp1,6 triliun. Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) tercatat masing-masing sebesar 8,0% dan 15,7% di tahun 2024.
Dengan fundamental bisnis yang kuat serta rekam jejak positif, sumber pendanaan juga berkembang dengan baik hingga Desember 2024. Sumber pendanaanterbesar berasal dari pendanaan bank dalam negeri sebesar 60% dari total pinjaman Perusahaan, disusul oleh penerbitan obligasi sebesar 19%.
Sepanjang tahun 2024, Perusahaan telah menjalankan kewajiban pembayaran pelunasan lima obligasinya yang jatuh tempo dengan total nominal mencapai Rp2,4triliun. Menutup kuartal tiga, Perusahaan telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Tahap I Tahun 2024 dengan nilai sebesar Rp600 miliar dengan rating ‘AA-(idn)’. Penerbitan ini merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan VI dengan target dana mencapai Rp6 triliun.
Menjawab optimisme di tahun 2025, mereka bertransformasi agar tetap relevan dengan kondisi pasar yang semakin menantang melalui berbagai strategi dan inisiatif, antara lain, peluasan jaringan dengan peningkatan pelayanan terpadu berbasis digital, penyediaan solusi keuangan yang bersifat customer-centric, pengembangan teknologi end-to-end mulai dari sisi originasi pembiayaan hingga penagihan.
Selain itu, aspek layanan pembiayaan konsumen juga terus ditingkatkan, termasuk modal kerja untuk para pelaku usaha, peningkatan akses pembiayaan berbasis digital melalui perangkat mobile, dan juga pelatihan wirausaha untuk konsumen dan para pelaku bisnis.
“Tahun 2024 telah kami lalui dengan baik berkat kepercayaan dan dukungan dari para konsumen, mitra bisnis, serta semua pihak terkait. Kami akan terus mengupayakan pertumbuhan yang berkelanjutan dan tangkas melihat peluang di tengah dinamika pasar yang terjadi,” ujar Sutadi.