JAKARTA – Berjaya Food Bhd, operator jaringan kopi Starbucks di Malaysia, mengalami kerugian pada kuartal keempat akibat penurunan penjualan yang dipengaruhi oleh sentimen negatif konsumen terkait konflik di Timur Tengah.
Sebagai bagian dari Berjaya Corporation Bhd, perusahaan ini mencatat kerugian bersih sebesar 38,2 juta ringgit (US$8,8 juta) untuk periode tiga bulan yang berakhir pada Juni, berbalik dari keuntungan 17,28 juta ringgit pada tahun sebelumnya.
Penurunan penjualan perusahaan lebih dari setengah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Penurunan pendapatan dan kerugian sebelum pajak pada kuartal yang sedang berjalan terutama disebabkan oleh dampak sentimen terhadap konflik di Timur Tengah,” kata Berjaya Food dalam laporan keuangan yang dirilis kemarin.
Setelah Starbucks Malaysia Susul McDonald’s
Merek makanan cepat saji asal Amerika Serikat, termasuk McDonald’s, menghadapi tekanan di Asia, Timur Tengah, dan beberapa bagian Eropa akibat ajakan boikot karena dianggap memiliki kaitan dengan Israel.
Salah satu contoh adalah McDonald’s, yang menjadi target boikot setelah beredar foto dan video di media sosial yang menunjukkan gerai-gerainya di Israel menyediakan makanan bagi tentara Israel usai insiden 7 Oktober.
Secara keseluruhan, Berjaya Food mencatat kerugian bersih sebesar 91,5 juta ringgit dengan penurunan pendapatan 35% untuk periode setahun penuh yang berakhir pada Juni. Kinerja yang buruk ini juga dipengaruhi oleh kerugian satu kali dari pelepasan seluruh saham di Jollibean Foods Pte Ltd pada November.
393 Gerai Starbucks Malaysia Terdampak
Pada Juni 2023, Berjaya memiliki 393 gerai Starbucks di seluruh Malaysia, menurut laporan tahunan terbaru. Selain Starbucks, perusahaan ini juga mengelola restoran Kenny Rogers Roasters dan kafe Paris Baguette.
Kemarin, saham Berjaya Food mengalami penurunan 13%, mencapai level terendah sejak Februari 2022.
