JAKARTA – China dan Hong Kong borong harta karun RI, sarang burung walet dikenal sebagai komoditas mewah yang memiliki berbagai manfaat kesehatan, seperti meningkatkan kekebalan tubuh, memperbaiki fungsi organ, dan memperlambat proses penuaan.
Produk ini sangat dihargai di negara-negara Asia, dan Indonesia menjadi salah satu produsen utama. Produksi sarang burung walet di Indonesia melibatkan budidaya di bangunan khusus yang dirancang untuk menarik burung walet bersarang, dengan proses yang diawasi ketat demi menjaga kelestarian populasi burung dan keberlanjutan lingkungan.
Pasar Asia Borong Harta Karun RI
Indonesia merupakan salah satu penghasil sarang burung walet terbesar di dunia, sebagaimana disampaikan oleh Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi pada 2021, dengan kontribusi hampir 80% terhadap kebutuhan global. Nilai ekspor sarang walet Indonesia terus menunjukkan peningkatan signifikan. Pada 2020, ekspor mencapai US$ 540,4 juta, meningkat 48,5% dibandingkan dengan 2019.
Pada 2023, volume ekspor sarang burung walet Indonesia mencapai 1.335 ton dengan nilai US$ 633,25 juta atau setara dengan Rp 9,81 triliun (dengan kurs US$ 1 = Rp 15.945). Dengan kurs tersebut, harga 1 kg sarang burung Indonesia mencapai sekitar Rp 7,35 juta.
Pasar utama ekspor sarang walet Indonesia adalah China, Hong Kong, dan Singapura. Contohnya, pada 2023, ekspor ke Hong Kong mencapai 630,9 ton dengan nilai US$ 77,137 juta, sementara ekspor ke Singapura sebesar 36 ton dengan nilai US$ 17,588 juta.
Namun, ekspor Indonesia ke China pernah menghadapi hambatan. Pada 2010, China melarang ekspor langsung dari Indonesia karena kekhawatiran terkait flu burung dan kandungan nitrit tinggi pada sarang walet. Setelah negosiasi selama lima tahun, pada 2015 Indonesia berhasil melanjutkan ekspor langsung ke China dengan syarat ketat, termasuk pembatasan kadar nitrit maksimum 30 ppm.
Persaingan Pasar Sarang Burung Walet
Meskipun Indonesia mendominasi pasar ekspor sarang burung walet ke Hong Kong, persaingan dari Malaysia dan Thailand tetap ada. Kedua negara tersebut juga mengekspor sarang walet ke Hong Kong, namun Indonesia unggul dengan volume ekspor yang lebih besar dan kualitas yang diakui.
Untuk menjaga dan meningkatkan posisinya sebagai eksportir terbesar, Indonesia perlu fokus pada peningkatan kualitas dan kuantitas produksi. Kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri diperlukan untuk menyederhanakan proses perizinan dan memastikan kepatuhan terhadap standar internasional. Dengan langkah tersebut, Indonesia dapat mempertahankan dominasinya di pasar global sarang burung walet dan terus menjadi pemain utama.