27.8 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Apa Itu Bullish dan Bearish Pasar Saham dan Strategi Menghadapinya

Istilah bull and bear pasar saham menjadi dua terminologi yang dikenal dalam dunia pasar modal. Sebagian besar investor pasar saham pun jelas sudah sering mengalami situasi saat harga-harga indeks perdagangan mengalami peningkatan serta penurunan yang signifikan tanpa mampu diprediksi.

Saat ini, dunia pasar saham memang sedang diminati para investor baik investor senior yang memang sudah lama malang melintang di pasar saham dan juga investor pemula yang memang masih baru memulai investasi di pasar saham. Apabila Anda ingin terjun ke dunia investasi saham, mau tidak mau Anda tentu harus paham dengan istilah-istilah saham yang ada.

Terkait dua istilah tadi, apabila ia naik, sering disebut saham sedang bullish, sementara apabila turun, dikatakan bahwa saham tengah bearish. Namun, belum diketahui secara pasti mengapa nama kedua hewan ini digunakan untuk menggambarkan situasi itu.

Meski demikian, banyak kalangan yang percaya bahwa gerakan tubuh alami kedua hewan ini bisa merepresentasikan pergerakan harga saham. Adapun banteng (bull) yang menyerang dengan gerakan menyeruduk dari bawah ke atas mewakili pergerakan harga saham yang naik (bullish).

Di sisi lain, beruang cenderung menyerang lawannya dengan gerakan menunduk, menggambarkan harga saham yang turun (bearish). Penyebutan itu didasarkan pada kebiasaan pemburu di Inggris pada abad ke-17 yang menjual kulit beruang sebelum mereka menangkapnya.

Hal itu sebagaimana yang dilakukan short sellers di pasar saham. Mereka menjual saham bahkan sebelum memilikinya. Jika Anda ingin terjun menjadi investor saham, Anda harus siap dengan kedua kondisi itu. Pasalnya, hampir dapat dipastikan bahwa saham-saham yang ada di pasar bakal mengalami periode bullish dan bearish.

Serba-serbi Bull and Bear Pasar Saham

Seperti disinggung di atas, binatang banteng (Bull) yang ada dalam kalimat itu menggambarkan situasi pasar saham yang sedang meningkat secara keseluruhan. Adapun Bullish sendiri diambil dari kata “bull” yang artinya banteng atau pembeli. Istilah ini merupakan kondisi bursa harga saham, obligasi, dan komoditas yang diperdagangkan naik dalam jangka waktu yang lama.

Diketahui, kondisi ini terjadi sebab pembeli lebih banyak dari pada penjual sehingga harga terus mengalami kenaikan. Apabila dilihat dari grafik, biasanya kondisi ini ditandai dengan warna hijau yang artinya harga mengalami kenaikan. Jika berbicara tentang bursa lokal, berarti konteksnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sementara itu, binatang beruang (Bear) mengilustrasikan kondisi pasar saham yang sedang memerah atau turun akibat faktor tertentu yang sangat bervariasi.  Kondisi yang satu ini akan membuat harga menjadi menurun atau downtrend karena volume penjual lebih banyak ketimbang pembeli. Dalam kondisi tersebut, akan terjadi panic sell atau aksi jual bersamaan. Kondisi ini biasanya ditandai dengan warna merah yang berarti harga mengalami penurunan.

Kedua fenomena ini bakal lebih mudah terlihat oleh pelaku pasar apabila peningkatan atau penurunan terjadi dalam periode waktu tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.

Bukan hanya pada saham, pasar trading forex atau mata uang asing pun mengenal istilah ini dalam perjalanannya.

Penyebab Bullish and Bearish Pasar Saham

Beberapa hal diduga sebagai pemicu terjadinya kondisi Bull and Bear. Misalnya, kondisi Bullish yang terjadi karena inflasi yang rendah, suku bunga stabil, valuasi perusahaan yang rendah, dan pertumbuhan ekonomi negara yang semakin baik.

Sementara itu, kondisi Bearish terjadi lantaran inflasi yang tinggi, suku bunga yang tidak stabil, nilai mata uang yang fluktuatif, serta perekonomian negara yang kurang baik. Sebagai contoh, pada awal tahun 2020 ketika pandemi COVID-19 mulai terjadi, pasar saham Indonesia sempat mengalami kondisi bearish. Akan tetapi, pada akhir tahun 2020, ketika vaksin mulai ditemukan dan vaksinasi dilakukan secara massal, kepercayaan investor saham meningkat dan pasar justru berbalik arah menjadi bullish.

Karakteristik Bull and Bear

  1. Penawaran dan permintaan efek

Dalam pasar bullish, ada permintaan kuat dan pasokan yang lemah untuk sekuritas. Artinya, banyak investor yang ingin membeli sekuritas, di sisi lain sedikit kali yang tertarik untuk menjual. Hal itu membuat harga saham akan naik sebab investor bersaing untuk memperoleh ekuitas/modal yang tersedia dalam pasar modal.

Pada pasar bearish, yang terjadi adalah sebaliknya: akan ada lebih banyak orang yang mencari untuk menjual ketimbang membeli. Permintaan secara signifikan pun lebih rendah ketimbang penawaran dan hal itu membuat harga saham turun.

  1. Psikologi investor terkait bull versus bear

Mengingat perilaku pasar dipengaruhi dan ditentukan oleh cara tiap orang beraktivitas di pasar saham, psikologi dan sentimen investor bakal mempengaruhi kenaikan pasar atau sebaliknya. Kinerja pasar saham dan psikologi investor cenderung saling bergantung. Di pasar bullish, investor rela berpartisipasi dengan harapan mendapatkan untung.

Adapun selama pasar bearish, sentimen pasar negatif sebab investor mulai memindahkan uang mereka dari ekuitas dan mengarahkannya ke sekuritas pendapatan tetap alias memindahkan dananya ke “wadah” yang menawarkan imbal hasil yang jelas.

Secara sederhan, penurunan harga pasar saham mengguncang kepercayaan investor, menyebabkan mereka menyimpan uang di luar pasar saham, yang pada gilirannya hal itu menyebabkan penurunan harga umum di pasar saham dan arus keluar meningkat.

  1. Perubahan dalam kegiatan ekonomi

Lantaran bisnis yang sahamnya diperdagangkan di bursa adalah perusahaan dalam ekonomi skala lebih besar, pasar saham dan ekonomi keseluruhan cenderung saling terkait.

Mengenai bull and bear pasar saham tadi, adapun pasar bearish dikaitkan dengan keadaan ekonomi yang lemah sebab sebagian besar bisnis tidak dapat mencatatkan laba yang besar.

Penurunan laba ini tentu saja secara langsung mempengaruhi cara pasar menilai saham. Sementara itu, di pasar bullish, kebalikannya terjadi lantaran orang memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan dan bersedia membelanjakannya, yang pada gilirannya keadaan bullish ini mendorong dan memperkuat perekonomian.

Strategi Antisipasi Fenomena Bull and Bear Pasar Modal

Adapun tujuan Anda berinvestasi tentu saja adalah untuk mengambil keuntungan dari uang yang sudah diinvestasikan. Apabila Anda berpatokan pada hal itu maka waktu yang tepat untuk membeli sebuah saham adalah saat situasi pasar sedang bearish atau turun.

Apabila Anda adalah trader saham yang aktif bertransaksi jual beli saham maka Anda perlu memperhatikan kondisi perusahaan secara keseluruhan agar Anda tidak perlu salah langkah. Misalnya, apabila Anda sudah telanjur memiliki saham perusahaan tertentu dan kondisinya sedang bearish, Anda tidak perlu panik sebab kondisi itu hanya berlangsung sementara waktu.

Adapun strategi yang bisa ambil untuk mengamankan modal Anda, yakni dengan cara cut loss untuk sementara waktu sehingga kerugian tidak terlalu dalam. Akan tetapi, kalau Anda meyakini kondisi bearish tidak akan berlarut-larut, Anda bisa menahan saham yang Anda miliki atau bahkan melakukan akumulasi lebih lanjut di harga bawah.

Di lain sisi, kondisi bullish adalah kondisi terbaik untuk Anda menjual saham Anda. Anda pun akan mendapatkan keuntungan dari capital gain. Pastikan juga bahwa Anda punya target price yang telah ditetapkan di awal untuk merealisasikan keuntungan.

Demikianlah pembahasan mengenai istilah bull and bear pasar saham yang penting untuk diketahui oleh trader pemula. Di samping itu, pastikan juga bahwa Anda selalu mempertimbangkan risiko dari setiap instrumen investasi yang dipilih agar Anda dapat mendapatkan keuntungan atau imbal hasil yang maksimal.

 

Penulis: Kontributor

Editor: Anju Mahendra

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU