JAKARTA, duniafintech.com – Sejak pagi ini Selasa (29/3/2022), nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar AS masih berjalan di tempat alias stagnan. Mata uang Indonesia ini masih pada posisi Rp 14.360 per dolar AS. Meski begitu Rupiah dinilai akan menguat, seiring membaiknya sentimen pasar terhadap aset beresiko sejak tadi malam.
Turunnya harga minyak mentah mampu memperbaiki sentimen pasar menjadi lebih baik terhadap aset beresiko. Anjloknya harga minyak dunia juga merupakan imbas dari karantina yang diberlakukan pemerintah Cina di Shanghai, membuat penurunan permintaan.
Pergerakan Rupiah hari ini juga akan tergantung dari hasil perundingan antara Rusia dan Ukraina, serta sektor global lainnya. Bila hasil perundingan mendekati ke arah perdamaian, bukan tidak mungkin harga aset berisiko akan menguat lagi.
Berdasarkan data transaksi dari Bank Indonesia pada 21-24 Maret 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik terjadi jual neto atau outflow sekitar Rp 3.13 Triliun. Padahal pekan lalu, mengalami beli neto atau inflow berkisar Rp 8.23 Triliun.
Rupiah diprediksi akan berpotensi menguat ke arah Rp 14.320 per dolar AS sampa Rp 14.330 per dolar AS hari ini, dengan potensi pelemahan berkisar Rp 14.380 per dolar AS.
Kemarin Senin (28/3/2022), Rupiah ditutup melemah 14 poin atau 0.1 persen ke level Rp 14.360 per dolar AS, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya yakni di arah Rp 14.346 per dolar AS.
Di sisi lain, nilai tukar Rupiah dan emerging markets masih dalam tekanan dari prospek kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat yang agresif, sehingga bisa menahan penguatan mata uang Negeri Burung Garuda terhadap dolar AS hari ini.
Hal tersebut didukung dengan belum adanya sentimen baru dari dalam negeri dan pelonggaran aktivitas ekonomi serta prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mendukung penguatan Rupiah.
Namun pada penutupan perdagangan hari ini, kekuatan Rupiah berakhir pada Rp 14.370 per dolar AS, atau terkoreksi 0.07%. Rupiah di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia juga tertekan, ditutup pada level Rp 14.364 per dolar AS atau melemah 0.02%.
Pelemahan Rupiah kali ini diprediksi karena faktor teknikal, pasalnya mata uang kawasan pada hari ini justru menguat di hadapan the GreenBack.
Pada esok hari, Rupiah diprediksi ajab sideways dengan kecenderungan kembali melemah dan bergerak pada rentang Rp 14.330 per dolar AS hingga Rp 14.390 per dolar AS.
Sementara itu, Dolar AS mampu melesat mencapai level tertinggi enam tahun terhada[ Yen, setelah Bank of Japan bergerak untuk menahan kenaikan imbal hasil obligasi. Hasil treasury AS pun melonjak ke tertinggi, menyoroti perbedaan antara BoJ dan mata uang utama lainnya.
Imbal hasil treasury 10 tahun melonjak di atas 2.5% ke tertinggi tiga tahun dengan Federal Reserve AS diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga setengah poin pada Mei, untuk mengatasi kenaikan inflasi, setelah memulai siklus yang ketat pada bulan ini.
Mata Uang Negeri Sakura atau Jepang juga melemah terhadap Euro, yang semakin didukung oleh ekspektasi Bank Sentral Eropa akan bergabung dengan klub kenaikan suku bunga tahun ini, dengan kenaikan 1.27% menjadi 153,895 Yen, tertinggi dalam empat tahun.