27.1 C
Jakarta
Jumat, 22 November, 2024

Ekonomi Lesu, Sri Mulyani Gencar Tarik Utang Baru Rp 266,3 Triliun

JAKARTA – Tarik utang baru? Di tengah kondisi ekonomi yang melemah, Menteri Keuangan Republik Indonesia justru memberikan kabar buruk.

Sri Mulyani khawatir akan muncul hard landing yang tidak hanya berdampak pada Indonesia.

Baru-baru ini kata Sri Mulyani data ketenagakerjaan di Amerika Serikat muncul data labour market agak soft.

Volatilitas perekonomian Amerika Serikat memberikan getaran ke seluruh dunia.

Saat ini kata Sri Mulyani banyak negara yang ‘memagari’ ekonominya dengan mengambil sejumlah kebijakan.

Diantaranya dengan memasang tarif impor yang berasal dari cina.

Terutama yang berkaitan dengan mobil listrik maupun barang manufaktur lain.

Lebih lanjut Sri Mulyani menjelaskan, rupiah melemah sebanyak 3,48% dari awal tahun atau year to date (ytd).

Namun, kondisi pelemahan rupiah kata Sri Mulyani lebih baik dibandingkan dengan negara lain.

Menurut Sri Mulyani, rupiah saat ini sudah di bawah Rp 16 ribu.

“Meskipun secara year to date depresiasinya 3,48%,” paparnya.

Dollar sambung Sri menguat, meskipun fed fund rate cenderung akan turun.

Tarik Utang Baru

Untuk mengantisipasi sekaligus memagari ekonomi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui tengah berupaya melakukan penarikan utang baru.

Saat ini kata Sri Mulyani sejumlah komoditas yang mulai melandai.

Sri Mulyani mengungkapkan, hingga 31 Juli 2024, pemerintah telah berhasil menarik utang baru sebesar Rp 266,3 triliun atau 41,1%.

Pertumbuhan penarikan utang kata Sri Mulyani telah mencapai 36,6%.

Adapun rinciannya kata Sri Mulyani meliputi pembiayaan utang yang berasal dari penerbitan SBN secara neto per Juli 2024.

Penerbitan SBN itu telah mencapai Rp 253 triliun dari target Rp 666,4 triliun.

Secara keseluruhan sambung Sri Mulyani, angkanya mencapai 38% dari target dengan pertumbuhan mencapai 37,5%.

Sri Mulyani mengklaim, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menstabilkan ekonomi.

“Ini untuk mengurangi ledakan bom tahun lalu,” jelasnya.

Mengacu pada tahun 2023 lalu, pemerintah telah berhasil menahan utang baru terutama untuk anggaran.

Karena saat ini, menurut Sri Mulyani harga komoditas tengah tinggi.

Pembiayaan tahun lalu sambung Sri Mulyani mengalami penurunan issuance yang luar biasa.

Sri Mulyani menjelaskan nominalnya seharusnya mencapai Rp 437,8 triliun.

Namun, karena pemerintah mampu mengatasinya makan ia mengklaim pemerintah hanya keluar Rp 184 triliun SBN issuance saja.

Utang Indonesia Terus Naik

Di masa kepemimpinan Presiden Jokowi utang Indonesia mengalami peningkatan tajam.

Bahkan, mendekati level berbahaya.

Lonjakan utang itu terjadi di periode kedua Jokowi.

Tercatat selama tahun 2020, melonjak tajam dari tahun sebelumnya.

Kemudian pada tahun 2021 justru mengalami penambahan utang Rp 6.913,98 triliun.

Diperburuk dengan kondisi tahun 2024 kini sudah mencapai Rp 8.338,43.

Menurut data April 2024 hal ini semakin buruk dengan meningkatnya rasio utang pemerintah terhadap PDB.

Sebelumnya, PDB hanya 30,6% dari PDB pada 2019 kini sudah 38,64% dari PDB pada April 2024.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU