JAKARTA, duniafintech.com – Induk dari Facebook Meta, yakni Meta Platform, kehilangan kapitalisasi pasar lebih dari US$237 miliar (setara Rp3.409 triliun jika asumsi kurs Rp14.350/US$) pada perdagangan di bursa Nasdaq pada Kamis (3/2/2022) lalu.
Dikutip dari CNBC Indonesia, Minggu (6/2/2022), angka ini menandai penurunan terbesar untuk satu hari perdagangan pada valuasi perusahaan dalam sejarah pasar saham Amerika Serikat (USA). Seperti diketahui, saham induk Facebook Meta ditutup turun lebih dari 26% pada hari Kamis lalu.
Hal itu terjadi usai setelah perusahaan memperkirakan pertumbuhan pendapatan yang lebih lemah dari perkiraan pada kuartal berikutnya. Menurut Meta, perusahaan mendapat pukulan besar dari perubahan privasi Apple dan menunjukkan penurunan kuartalan pertama dalam jumlah pengguna aktif harian.
Adapun lenyapnya valuasi perusahaan induk Instagram dan WhatsApp tersebut juga melampaui rekor sebelumnya yang dicatatkan oleh Apple, yakni saat kapitalisasi pasarnya berkurang US$182 miliar (sekitar Rp2.611 triliun) pada September 2020 silam.
Baca Juga:
- Sukses tapi Sederhana, 5 Tips Kaya Raya ala Mark Zuckerberg ini Bisa Anda Contek
- Menilik Gurita Bisnis Mark Zuckerberg, Sang Taipan Era Digital
Diketahui, penurunan valuasi yang dialami oleh Meta ini terjadi kala perusahaan mencari peluang baru melampaui batas bisnisnya sekarang ini, misalnya Facebook, Instagram, dan WhatsApp, dan terjun menuju metaverse atau dunia virtual berdasarkan teknologi baru.
Disampaikan Chief Executive Officer (CEO) Meta, Mark Zuckerberg, divisi bisnis perusahaan yang bertanggung jawab atas investasi di metaverse, Reality Labs, mengalami kerugian bersih sebesar US$10 miliar (sekitar Rp143,50 triliun) pada tahun 2021 lalu.
Di sisi lain, amblasnya nilai kapitalisasi pasar saham Meta ini dipicu oleh beberapa faktor. Misalnya saja kinerja keuangan yang tidak sesuai harapan atau ekspektasi pada kuartal IV-2021.
Penurunan performa bisnis Meta disebabkan oleh kompetisi yang kian ketat. Reuters melaporkan, Meta menyebut terjadi penurunan aktivitas harian penggunanya pada kuartal terakhir tahun lalu. Di samping itu, perubahan aturan privasi Apple pun dinilai ikut mempengaruhi hal ini.
Apple pada tahun lalu telah memperkenalkan aturan privasi terbaru App Tracking Transparency (ATT). Hal itu membuat pengguna iPhone punya pilihan untuk memberikan kemampuan pemantauan aktivitas online pada aplikasi seperti Facebook.
Aplikasi seperti Facebook pun mengalami kerugian pada iklan bertarget perusahaan. Tak ayal, perusahaan pun mengkritik kebijakan tersebut. Meta pun bahkan memprediksi bahwa kebijakan ini bakal merugikan perusahaan sampai dengan US$10 miliar (sekitar Rp143,8 triliun).
Ditambah lagi, pangsa iklan online juga diambil oleh Google sebagai dampak perubahan aturan Apple. Lebih jauh, penurunan kapitalisasi pasar Meta ini membuat kekayaan Mark Zuckerberg dalam Bloomberg Billionaire Index diketahui turun drastis sampai dengan US$30 miliar (sekitar Rp431 triliun).
Penulis: Kontributor / Boy Riza Utama
Editor: Anju Mahendra