JAKARTA, duniafintech.com– Demam konser musik yang melanda Indonesia tak hanya membawa euforia, namun juga menyisakan kekhawatiran. Riset terbaru dari Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkap fakta bahwa generasi Z (Gen Z) menjadi kelompok usia terbesar yang mengajukan pinjaman online (pinjol) untuk membiayai tiket konser.
Data Mengejutkan: Pinjol Jadi Solusi Instan
Berdasarkan data Celios, 54,06% pengguna pinjol berasal dari kalangan Gen Z dan milenial, dengan total pinjaman mencapai Rp27,1 triliun. Ironisnya, 65% dari total pinjaman tersebut digunakan untuk kebutuhan tersier, bukan primer.
“Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran perilaku konsumsi di kalangan Gen Z,” ujar Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital Celios. “Mereka cenderung memprioritaskan pengalaman dan gaya hidup, bahkan jika harus berutang.”
FOMO dan YOLO: Pemicu Utama?
Faktor “Fear of Missing Out” (FOMO) atau takut ketinggalan menjadi salah satu pemicu utama. Gen Z, yang tumbuh di era media sosial, kerap terpapar konten-konten yang menampilkan keseruan konser dan pengalaman tak terlupakan. Hal ini memicu keinginan untuk ikut serta, meski harus berutang.
Selain itu, prinsip “You Only Live Once” (YOLO) juga berperan dalam mendorong perilaku ini. Gen Z menganggap pengalaman konser sebagai investasi untuk kebahagiaan dan kenangan tak terlupakan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah berulang kali mengingatkan masyarakat, terutama Gen Z, untuk berhati-hati dalam menggunakan pinjol. Banyak aplikasi pinjol ilegal yang menawarkan pinjaman dengan bunga tinggi dan syarat yang tidak transparan.
Farida, seorang pengamat keuangan, menyarankan Gen Z untuk lebih bijak dalam mengatur keuangan. “Prioritaskan kebutuhan primer dan sisihkan dana untuk hiburan. Jika ingin menonton konser, rencanakan jauh-jauh hari dan hindari menggunakan pinjol, apalagi yang ilegal.”
Fenomena ini menunjukkan pentingnya edukasi keuangan yang lebih intensif bagi Gen Z. Mereka perlu memahami risiko dan konsekuensi dari penggunaan pinjol, serta belajar mengelola keuangan dengan bijak.
Pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memberikan edukasi yang relevan dan mudah dipahami oleh Gen Z. Dengan demikian, mereka dapat menikmati hiburan tanpa harus terjebak dalam pusaran utang yang merugikan.
Disclaimer: Artikel ini dibuat untuk tujuan informasi dan edukasi semata. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai nasihat keuangan. Mohon konsultasikan dengan ahli keuangan profesional sebelum membuat keputusan keuangan apa pun.