29.7 C
Jakarta
Kamis, 25 April, 2024

Fintech Indonesia Harus Mengetahui Penagihan Utang?

Duniaintech.com – Meskipun ekosistem teknologi Indonesia mungkin paling dikenal dengan beberapa jenis unicornnya, negara ini juga merupakan tempat bagi beberapa teknisi keuangan paling inovatif di bidang keuangan digital atau yang lebih dikenal dengan fintech.

Baca juga : VR Kovee Jaya Indonesia Kini Hadir!

Untuk terus melayani misi mulia dalam memperluas bidang inklusi keuangan digital, fintech Indonesia juga harus berpikir lebih mendalam tentang sisi lain dari akhir proses pemberian pinjaman.

Setiap peminjam yang tidak membayar kembali pinjaman tepat waktu mewakili biaya peluang 1 banding 1 yang mendekati sempurna: kreditur bisa menggunakan uang yang sama untuk meminjamkan modal kepada konsumen yang tidak memiliki rekening bank yang membutuhkannya yang akan membayarnya kembali secara bertanggung jawab. Non-performing loan dengan demikian merupakan ancaman bagi fintech bottom line dan misi sosialnya.

Untuk terus melayani misi mulia ini, fintech Indonesia juga harus berpikir lebih mendalam terkait akhir dari proses pemberian pinjaman. Sayangnya, terdapat pandangan yang kurang menyenangkan terkait penagihan utang di Indonesia.

Banyak fintech di Indonesia yang kian mencari solusi dalam proses penagihan ini dan  telah membuktikan, dimana masih belum ditemukannya sebuah inovasi pada sisi proses peminjaman ini. Status quo dalam industri adalah agen-agen pihak ketiga yang berlokasi di berbagai kota di Indonesia yang secara tradisional bergantung pada panggilan telepon yang tidak bersahabat dan kunjungan lapangan yang konfrontatif.

Sementara beberapa lembaga keuangan dihadapkan oleh keadaan dimana penagihan dialihkan ke agen penagihan utang pihak ketiga. Pihak inilah yang akan meminta seseorang untuk melunasi utang mereka dan seperti yang kita tahu hal tersebut tidaklah mudah. Oleh karena itu, lembaga keuangan sering dihadapkan dengan tingkat pemulihan yang tidak optimal bahkan dihadapkan oleh risiko yang akan menodai reputasi mereka karena praktik yang tampak tidak profesional.

Dalam mensiasati hal tersebut, fintech memberikan inovasi end-to-end di sepanjang perjalanan pengguna, dimulai dengan pemberian skor kredit secara keseluruhan menuju penyaluran kredit tanpa menghambat tahap penagihan atau pungumpulan.

Munculnya artificial intelligence dalam penagihan utang.

Kemunculan machine learning (ML) and artificial intelligence (AI) dalam bidang keuangan digital adalah mengotomatiskan pemrosesan informasi dan membandingkannya dengan kriteria yang dapat menentukan peminjam dengan resiko tinggi atau rendah. Otomatisasi seperti itu mengidentifikasi calon peminjam ​​terkait keadaan keuangan mereka.

Tanpa diketahui, banyak fintech yang memanfaatkan ML dan AI, dimana teknologi ini dapat memperpanjang penjaminan dan penilaian kredit sebelumnya dan bahkan digunakan untuk membentuk dan memandu pendekatan untuk berurusan dengan debtor. Misalnya, AI dapat mengidentifikasi dan merekomendasikan waktu, nada suara, dan bahkan saluran pembayaran tertentu yang kemungkinan besar akan ditanggapi dengan baik oleh pelanggan tertentu, bahkan mengintegrasikan teknologi canggih seperti skrip psikometri.

ML sekarang memungkinkan platform pengumpulan lebih canggih untuk mengambil alih seluruh proses pengumpulan dan tidak hanya memutuskan strategi pengumpulan yang paling sesuai untuk segmen populasi tertentu, tetapi juga secara otomatis menerapkan dan mengelolanya, dan menyesuaikan dirinya sendiri dengan efisiensi yang terus meningkatkan keuntungan berdasarkan hasil historis sebelumnya.

Dengan pemanfaatan ini, tidak hanya memastikan bahwa persalinan jam dari agen penagihan digunakan sebaik mungkin, tetapi juga memungkinkan fintech khususnya fintech Indonesia yang sedang disoroti kali ini untuk mempertahankan hubungan mereka dengan debtor mereka.

Dengan semakin banyaknya sistem fintech Indonesia yang terintegrasi dengan AI dan ML, operasinya secara keseluruhan dapat menjadi lebih ramping. Dan kesederhanaan adalah pendorong utama adopsi: sistem menjadi semakin mudah dan lebih responsif untuk digunakan serta semakin banyak pula akan menggunakannya. Dengan kompleksitas menjadi penyebab serius dari “kenakalan pinjaman”, kesederhanaan seperti inilah akan sangat menguntungkan bagi pemberi pinjaman digital.

By: Guillermo Martin, Chief Sales Officer and Indonesia Country Manager of AsiaCollect.”

Press Release

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE