duniafintech.com – Geliat bisnis perusahaan Financial Technology (Fintech) Peer-to-Peer (P2P) lending semakin meningkat dan bertumbuh. Berdasarkan catatatan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga April 2019 lalu, jumlah pinjaman yang telah disalurkan oleh perusahaan Fintech Lending yang terdaftar dan diawasi oleh OJK adalah sebesar Rp 37,01 triliun. Nilai ini tumbuh sebesar 63,33% dibandingkan akhir tahun lalu atau Year-to-Date (YtD) sebesar Rp 22,66 triliun.
Pesatnya kenaikan dari penyaluran pinjaman Fintech seiring dengan semakin banyak masyarakat yang memberikan pinjaman dan meminjam di platform Fintech lending.
Adapun jumlah rekening pemberi pinjaman (Lender) sebanyak 456.352 rekening. Tumbuh 119,92% YtD dibandingkan posisi akhir tahun diangka 207.507 rekening. Jumlah rekening peminjam (Borrower) juga bertambah 78,26% dari sebelumnya 4,35 juta menjadi 7,77 juta rekening.
Angka dana saluran tersebut merupakan performa dari 106 Fintech lending yang terdaftar dan diawasi oleh OJK. Hal ini turut mendongkrak aset industri Fintech lending yang tumbuh sebesar 64,29% dari Rp 1,91 triliun di akhir tahun menjadi Rp 3,14 triliun perApril 2019.
Berdasarkan sajian berita Kontan, salah satu perusahaan yang mencatatkan kinerja penyaluran hingga April 2019 adalah PT Kredit Pintar Indonesia atau Kredit Pintar.
Chief of Officer (CEO) Kredit Pintar, Wisely Reinharda Wijaya menyatakan bahwa hingga April lalu, perusahaan telah menyalurkan pinjaman lebih dari Rp 4 triliun.
Sekedar informasi, padahal kredit pintar baru beroperasi menyalurkan pinjaman pada tahun lalu. Fintech ini baru mendapatkan tanda daftar dari OJK pada 6 April 2018.
Agar semakin menggeliat, kini kredit pintar juga menyasar sektor produktif dengan menyasar pinjaman kepada para petani. Wisely mengatakan bahwa strategi menggarap sektor produktif bukan berarti sektor konsumtif tengah jenuh.
Menurut Wisely, masih banyak peluang di segmen ini terutama pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 35,7 juta petani pada 2018. Selain itu luas lahan pertanian mencapai 7,1 juta hektar. Sedangkan potensi pembiayaan pada sektor pertanian mencapai Rp 120 triliun.
Wisely pun mengatakan:
“Inilah yang bisa dimanfaatkan oleh Kredit Pintar. Selain itu, rasio pendapatan premi terhadap biaya produksi masih di bawah 1%. Kendala petani dalam mendapatkan pembiayaan mulai dari agunan, bunga yang tinggi, keterbatasan akses, literasi, hingga infrastruktur seperti sinyal.”
Oleh sebab itu, Kredit Pintar meluncurkan produk Petani Pintar yang bertujuan untuk mengembangkan usaha petani. Terdapat dua produk yakni pinjaman Rp 1 juta dan Rp 2 juta. Adapun tenor yang ditawarkan adalah selama 8 minggu. Skema pinjaman berupa tanggung renteng dengan anggota kelompok 5 hingga 10 orang. Sedangkan bunga yang ditetapkan sebesar 6,6% per tahun saja.
Wiseley pun menargetkan pada tahap awal, portofolio pinjaman Kredit Pintar bisa bergeser. Ia menargetkan ada 10% pinjaman Kredit Pintar yang nantinya akan disalurkan ke sektor produktif.
Pada tahap awal ini, Kredit Pintar akan menyasar petani di Wonodadi, Kutorejo, Mojokerto, Jawa Timur. Setelah daerah ini, Kredit pintar akan menyasar desa dan kota lainnya di Jawa Timur.
picture:Â pixabay.com
-Syofri Ardiyanto-