JAKARTA, duniafintech.com – PT Garuda Indonesia saat ini sedang terancam bangkrut. Menurut Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, pihaknya bakal berjuang untuk mempertahankan perusahaan dalam persidangan PKPU.
Saat ini, imbuhnya, perusahaan akan berjuang dengan proposal penyelesaian utang dengan para kreditur dalam PKPU. Harapannya, kreditur menyetujui proposal penyelesaian utang yang ditawarkan oleh pihaknya.
“Kami akan fight. Semua kan nanti voting di PKPU, semua kreditur yang daftar di proses penyampaian proposal setuju apa nggak setuju. Kalau mayoritas setuju, kami nggak akan pailit; kalau banyak yang nggak setuju ya, kami pailit,” katanya, Kamis (23/12), seperti diberitakan Detikcom.
Disampaikannya, tidak ada sama sekali niatan dari pemegang saham, termasuk dalam hal ini pemerintah, untuk mempailitkan Garuda.
“Tidak ada niatan sama sekali dari pemegang saham untuk mempailitkan perusahaan ini, tidak ada sama sekali,” tegasnya.
Kemungkinan, kata dia lagi, akan ada investor baru yang masuk ke dalam perseroan ini. Akan tetapi, semuanya masih dalam pembicaraan serta belum ada keputusan yang diambil soal masuknya investor baru ini.
“Akan selalu ada investor baru yang berminat kalau sudah begini, tapi semua masih dalam pembicaraan,” sebutnya.
Adapun masalah investor baru ini, lanjutnya, akan ditentukan di tingkat pemegang saham. Dalam pandangannya, manajemen tidak banyak ikut campur dalam keputusan soal investor baru tersebut.
“Kalaupun ada yang mau masuk, tergantung pemegang saham sekarang mau nerima apa nggak? Itu diskusi di tatanan pemegang saham. Kami nggak ikut manajemen penentuannya,” jelasnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, menyebut bahwa keuangan Garuda saat ini berada di level yang sangat buruk. Utang Garuda Indonesia, imbuhnya, total mencapai US$9,75 miliar atau kurang lebih Rp138,45 triliun (asumsi kurs Rp14.200).
“Utang (Garuda) itu yang tercatat US$7 miliar plus utang daripada lessor yang tidak terbayar US$2 miliar lagi. Jadi, totalnya US$9 miliar,” katanya dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, pada pertengahan November lalu.
Ia menerangkan, aset Garuda Indonesia sejauh ini hanya mencapai US$6,92 miliar. Angka itu jauh lebih rendah ketimbang total kewajiban perusahaan. Kini, kondisi Garuda Indonesia memang kian mengkhawatirkan karena ekuitas atau modal perseroan ini tercatat minus US$2,8 miliar atau setara Rp39,7 miliar.
Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra