33.4 C
Jakarta
Senin, 25 November, 2024

Goldman Tingkatkan Risiko Resesi AS Tahun Depan Jadi 25%

JAKARTA – Resesi perekonomian Amerika Serikat (AS) sangat berdampak pada pasar saham.

Diantaranya, muncul kecemasan terhadap resesi AS.

Dampaknya menjadi 25% dari sebelumnya 15%.

Bahkan, saat pasar saham terhempas para investor ramai-ramai memburu Surat Berharga Negara (SBN).

Hampir semua tenor Surat Berharga Negara (SBN) mencetak reli harga yang cukup tajam.

Respon Goldman

Menanggapi hal itu, ekonom Goldman yang dipimpin oleh Jan Hatzius dalam sebuah laporan mengatakan, jangan terlalu menyikapi persoalan tersebut.

“Khususnya tentang penurunan ekonomi setelah peningkatan pengangguran bertambah.

Menurut Jan, ia bersama timnya terus melakukan pemantauan terhadap risiko resesi terbatas.

Secara keseluruhan kata Jan, ekoomi terlihat baik-baik saja.

“Tidak ada ketidakseimbangan keuangan yang besar,” paparnya.

Ruang untuk The Fed

Jan memaparkan, bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) telah memiliki ruang yang cukup untuk memangkas suku bunga dan dapat melakukannya.

Mengacu pada data pekan lalu data pekerjaan AS menunjukkan adanya perekrutan yang mengalami keterlambatan yang cukup tajam.

“Dari segi pengangguran juga ada peningkatan ke level tertinggi dalam hampir tiga tahun,” paparnya.

Jan memintaHal agar semua pihak tidak terlalu khawatir tentang perlambatan ekonomi.

Hal berbeda disampaikan Tim Hatzius.

Mereka memiliki perkiraan, Bank sentral akan mengurangi patokan suku bunganya.

Adapun besaran suku bungan yang akan dikurangi berkisar 25 basis poin pada September, November, dan Desember mendatang.

Perkiraan tentang The Fed dari Goldman kurang agresif dibandingkan dengan JPMorgan Chase & Co dan Citigroup.

JPMorgan dan Citigroup menilai, para pembuat kebijakan akan melakukan pemotongan setengah poin pada September.

“Kami menilai akan menilai pemotongan 25 basis poin sebagai respons yang cukup untuk risiko penurunan apa pun,” kata ekonom Goldman Sachs.

Menurutnya, jika hal itu terwujud, maka temuan data terbaru akan menyatakan laporan pekerjaan Agustus sama lemahnya dengan laporan Juli.

Maka sambung JPM, pemotongan 50 basis poin kemungkinan akan terjadi pada September.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU