DuniaFintech.com – ChartBTC, media sosial tentang mata uang virtual pertama dunia, Bitcoin disebutkan hanya menyisakan 2,5 juta keping untuk ditambang. Dalam arti kata lain, Bitcoin hanya tersisa 11% dari total peredaran dunia untuk diterapkan dalam investasi dan trading.
Seperti diketahui, jumlah cetakan mata uang virtual seseorang bernama Satoshi Nakamoto tersebut dibatasi sebanyak 21 juta. Lansiran cointelegraph menjelaskan peredaran jumlah Bitcoin telah melewati 18,5 juta keping cetakan (blok).
ChartBTC juga menjelaskan bahwa 2,5 juta Bitcoin ini akan segera ditambang dalam 4 tahun kedepan. Sejak genesis blok pada tahun 2009, jaringan Bitcoin telah mengalami tiga halving. Ada pun fase halving ketiga terjadi pada bulan Mei tahun 2020 lalu.
Halving yang merupakan metode pengurangan setengah dari proses penambangan setiap 4 tahunnya, membuat Bitcoin terakhir diperkirakan tidak akan ditambang hingga tahun 2040. Tidak ada lagi blok baru yang dapat dicetak setelah tahun itu.
Delapan pakar dari Crypto Valley memiliki prediksi bahwa halving terakhir berbeda dari waktu yang diperkirakan sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan lebih banyak orang mempertimbangkan untuk menyimpan Bitcoin dalam bentuk tabungan.
Baca juga:
- Aplikasi Cicilan Digital, Apasih Keuntungannya? Cek di Sini Daftar Perusahaannya
- Menghasilkan Uang Cepat Sambil Rebahan Di Rumah? Mudah Kok, Ikuti Cara Ini
- Program Startup Inkubator Online “Menjadi Nyata” Umumkan 5 Startup Terpilih
Tren Investasi dan Trading Bitcoin
Pada awal tahun 2020, peningkatan permintaan akan Bitcoin meningkat dari berbagai institusi. Survey terbaru menyebutkan, para institusi cenderung melakukan program investasi dari Bitcoin terlepas dari menurunnya harga pada pasar trading.
Generasi milenial juga disebut-sebut lebih memilih Bitcoin ketimbang emas serta berbagai instrumen konvensional lainnya. Hal ini dikemukakan oleh pimpinan strategi global dari bank sekaligus pialang ternama Morgan Stanley, Ruchir Sharma kepada cointelegraph.
Ruchir mengatakan, eksekutif muda Morgan Stanley dengan sikap petualang dan tantangan lebih cenderung memilih Bitcoin sebagai investasi. Sementara, untuk aset-aset konvensional masih menjadi pilihan generasi diatasnya.
Inflasi yang terjadi cenderung cepat pada tahun 2021 di Amerika Serikat menjadi acuan Ruchir melihat kecenderungan milenial memilih Bitcoin sebagai instrumen investasi. Ia mengutip sejumlah langkah moneter dan fiskal yang telah diambil para pejabat untuk menangani dampak ekonomi dari pandemi COVID-19.
DuniaFintech/Fauzan