28.1 C
Jakarta
Sabtu, 23 November, 2024

Harga Aset Kripto Anjlok 9% Usai Rusia Invasi Ukraina

JAKARTA, duniafintech.com – Ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina akhir-akhir ini berdampak besar pada stabilitas harga aset kripto. Tercatat, kapitalisasi pasar di semua aset kripto turun mencapai US$ 1,5 triliun atau mencapai 9% dalam 24 jam terakhir.

Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan, nilai Bitcoin bahkan sempat turun sebanyak 8% hingga menyentuh level terendah dalam satu bulan. Kendati demikian, Bitcoin saat ini terpantau telah kembali di atas US$ 38.000.

“Pasar keuangan global dan pasar crypto memang terpukul selama 24 jam terakhir, karena invasi Rusia ke Ukraina. Hal tersebut membuat investor berebut dan aksi jual terjadi di sebagian besar kelas aset. Namun, setelah ada informasi sanksi tambahan dari AS, membuat market crypto terkoreksi, namun ke depannya masih akan tertekan,” kata Afid melalui keterangannya, Jumat (25/2).

Menurut dia, adanya upaya banned atau freeze asset dan semua sektor ekonomi rusia di Amerika Serikat dan Eropa, membuat Bitcoin jadi salah satu cara alternatif untuk Rusia menyelesaikan masalah itu. Di samping itu, investor nampaknya getol memborong aset kripto saat harganya tenggelam kemarin.

Berdasarkan data Coindesk terlihat bahwa volume trading BTC mencapai rekor tertingginya dalam sebulan terakhir. Di sisi lain, Afid menyebut, saat ini 80% market crypto masih terjebak dalam situasi bearish. 

Ketegangan yang terus terjadi antara Rusia dan Ukraina bisa membuat Bitcoin berada di masa yang sulit dan bisa jatuh lebih dalam atau bakal tertahan di antara US$ 30.000 hingga US$36.800. 

Bitcoin diharapkan bisa bergerak menuju level support-nya karena semakin lama harga bertahan di bawah US$ 39.600, maka semakin besar kemungkinan pergerakan turun. Sementara itu, untuk BTC masuk ke situasi bull harus melewati rintangan overhead di US$ 45.821. 

“Overall market masih akan turun sampai bulan Maret. Tapi dari penurunan ini akan ada sedikit pullback, dilihat dari teknikal analisisnya hampir secara keseluruhan aset kripto, baik Bitcoin, Ethereum dan lainnya sudah menunjukan pola reverse cup and handle,” ujarnya.

Dia melanjutkan, pola reverse cup and handle adalah grafiknya menunjukkan sinyal bearish yang mengindikasikan tren penurunan harga. Ketika harga aset kripto tembus level bawah dari pegangan cangkir, keadaan ini merupakan sinyal bagi investor atau trader untuk keluar dari posisi long dan memasuki posisi short.

Dia menjelaskan harga aset kripto masih terkait dengan dominasi Bitcoin. Apabila Bitcoin terus alami penurunan dan tekanan, aset kripto lainnya atau yang biasa disebut altcoin akan bernasib sama atau bahkan lebih buruk. Maka dari itu muncul istilah Bitcoin sebagai mother of crypto.

Sementara itu, naik-turunnya pasar kripto juga secara langsung berkaitan dengan penawaran dan permintaan. Peristiwa yang berdampak pada ekonomi secara global menentukan kebutuhan orang untuk membeli atau memiliki aset digital tersebut. 

Selama periode ketegangan geopolitik, investor cenderung menghindari aset yang bergejolak dan menyimpan uang mereka di aset safe-haven seperti uang tunai dan emas. Di kala pasar kripto sedang turun, investor beranggapan bahwa saat inilah waktu yang tepat untuk masuk. 

Namun, hal ini perlu diwaspadai oleh investor, mengingat volatilitas kripto yang masih cukup tinggi dan belum ada katalis positif yang dapat mengangkat kembali performanya, walaupun sudah terlihat akan rebound.

“Kembali lagi, investor harus paham risiko investasi aset kripto. Lakukan analisa fundamental dengan mempelajari aset kripto, sebelum berinvestasi. Serta melakukan analisa teknikal untuk menentukan waktu yang tepat dalam membeli, menjual atau take profit aset,” ujarnya.

 

 

 

 

Penulis: Nanda Aria

Editor: Anju Mahendra

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU