Singapura, 7 Oktober 2024 – Harga bijih besi jatuh dari level tertinggi dalam lima bulan terakhir setelah China, konsumen terbesar baja dunia, gagal mengumumkan stimulus ekonomi baru yang diharapkan. Logam dasar lainnya juga ikut melemah mengikuti penurunan.
Investor global menantikan pengumuman stimulus dari Beijing untuk mendorong pertumbuhan ekonomi China yang melambat. Harapannya, stimulus tersebut akan meningkatkan permintaan baja, yang pada gilirannya akan mendongkrak. Namun, pengarahan yang sangat dinantikan dari perencana ekonomi utama China berakhir tanpa janji baru untuk meningkatkan pengeluaran pemerintah.
Harga Bijih Besi Anjlok, Stimulus China Tak Kunjung Datang
“Pasar kecewa karena tidak ada pengumuman stimulus baru dari China,” kata seorang analis komoditas di Singapura. “Ini membebani sentimen pasar dan menekan harga bijih besi.”
Harga bijih besi berjangka di Singapura turun hingga 4% setelah sebelumnya naik sebesar jumlah yang sama dalam sesi tersebut. Penurunan ini terjadi setelah China kembali beroperasi setelah liburan selama seminggu. Kekecewaan investor tercermin di seluruh pasar komoditas, dengan tembaga dan aluminium juga mengalami penurunan. Beberapa analis berpendapat bahwa penurunan harga bijih besi mungkin hanya bersifat sementara. Mereka beralasan bahwa fundamental pasar bijih besi masih relatif kuat, dengan pasokan yang ketat dan permintaan yang solid dari sektor konstruksi China.
“Kami percaya bahwa penurunan harga ini adalah peluang beli,” kata seorang analis di sebuah bank investasi. “Kami masih memperkirakan harga bijih besi akan naik dalam jangka menengah, didorong oleh permintaan yang kuat dari China.”
Namun, analis lain lebih berhati-hati. Mereka memperingatkan bahwa tanpa stimulus baru, ekonomi China mungkin akan terus melambat, yang pada akhirnya akan membebani.
“Risikonya adalah bahwa China mungkin tidak akan memberikan stimulus yang cukup besar untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara signifikan,” kata seorang ekonom di sebuah lembaga riset. “Jika itu terjadi, harga bijih besi bisa turun lebih jauh.”
Dampak terhadap Indonesia
Penurunan harga bijih besi dapat berdampak negatif terhadap Indonesia, yang merupakan produsen bijih besi terbesar di dunia. Penurunan harga dapat mengurangi pendapatan ekspor Indonesia dan menekan kinerja perusahaan tambang.
Namun, dampaknya kemungkinan akan terbatas karena Indonesia juga merupakan produsen nikel dan bauksit, yang harganya relatif stabil. Selain itu, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah dengan mendorong hilirisasi industri.