JAKARTA, duniafintech.com – Perusahaan keamanan siber Kaspersky mencatat Indonesia menghadapi lebih dari 11 juta serangan siber pada kuartal pertama tahun 2022.
“Tren itu juga harus disambut dengan kewaspadaan dari semua pihak yang terlibat, karena para pelaku kejahatan siber selalu menunggu tren berikutnya untuk dieksploitasi,” kata Manajer Umum Kaspersky Asia Tenggara, Yeo Siang Tiong, dalam siaran pers dikutip dari Antara, Jumat (6/5/2022).
Maraknya ancamanatau serangan siber ini dipicu banyak orang yang menggunakan dunia maya, seperti untuk NFT, metaverse, transaksi aset kripto dan adopsi investasi di kalangan anak muda.
Kaspersky mencatat pada periode Januari sampai Maret 2022, produk mereka mendeteksi dan memblokir 11.802.558 ancaman siber yang berbeda. Jumlah ini meningkat 22 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, terdapat 9.639.740 serangan siber pada 2021.
Baca juga: Wow Ketahuan, Hacker Korut Curi Kripto para Gamers Senilai Rp 8,8 Triliun
Meski demikian, jumlah serangan siber kuartal pertama 2022 turun 2 persen dibandingkan kuartal keempat (Oktober-Desember) 2021.
Berdasarkan statistik ini, Kaspersky mencatat Indonesia berada di urutan teratas di wilayah Asia Tenggara dan 60 di dunia dalam hal bahaya yang ditimbulkan dari berselancar di internet.
Kaspersky mengingatkan masyarakat untuk berpikir ulang sebelum mengklik tautan yang mencurigakan dari email atau pesan teks. Jika tidak mengenal pengirim, jangan membuka pesan tersebut.
Ketika memasang aplikasi, hanya unduh dari tempat resmi seperti Google Playdan App Store. Meski pun tidak terjamin 100 persen aman, risiko menghadapi serangan siber, seperti malware Trojan akan jauh lebih rendah.
Baca juga: Waspada! Ancaman Siber Ransomware Diperkirakan Naik, UMKM Sasaran Utama
Kebiasaan memperbarui sistem operasi dan aplikasi bisa membantu menjaga keamanan data dan perangkat. Pembaruan sistem akan menambal kerentanan dari versi sebelumnya.
Selalu gunakan koneksi yang aman ketika menggunakan internet. Hindari mengakses bank atau layanan penting lainnya menggunakan WiFi publik.
Terakhir, hati-hati dengan peranti lunak antivirus gratis dari sumber yang tidak jelas, bisa jadi ialah malware yang menyamar.
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada