JAKARTA, 26 September 2024 – Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Wahyu Askar, menyampaikan bahwa Indonesia sedang menghadapi masalah kemiskinan struktural yang serius. Hal ini disampaikan dalam Laporan Ketimpangan Indonesia 2024 yang dirilis oleh Celios.
Penyebab Kemiskinan Struktural?
Media mengungkapkan bahwa kemiskinan struktural di Indonesia disebabkan oleh adanya cacat dalam struktur ekonomi yang membutuhkan waktu panjang untuk diperbaiki.
“Jika kekayaan dihitung berdasarkan jumlah waktu yang dihabiskan untuk bekerja, maka orang-orang terkaya di Indonesia sebetulnya adalah para petani, nelayan, dan buruh yang bekerja siang dan malam untuk menghidupi keluarganya,” jelas Media.
Media menegaskan bahwa kemiskinan struktural ini sangat serius dan menunjukkan betapa sulitnya membenahi cacat struktural ekonomi yang ada di Indonesia.
Dalam laporan tersebut, Celios menemukan bahwa 50 orang terkaya di Indonesia memiliki kekayaan yang setara dengan 50 juta penduduk Indonesia. Lebih lanjut, kekayaan mereka terus meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, sementara upah buruh hanya mengalami kenaikan sekitar 15 persen.
Hapus Kemiskinan Butuh 133 Tahun?
Celios juga memperkirakan bahwa pemerintah Indonesia akan membutuhkan waktu sekitar 133 tahun untuk sepenuhnya menghapus kemiskinan yang ada.
“Paling tidak, kita butuh waktu 133 tahun untuk menghapus kemiskinan di negara ini,” ujar Media.
Media juga menyoroti bagaimana kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, dengan semakin banyak masyarakat yang jatuh ke dalam kategori rentan miskin.
Fenomena ini tidak terjadi dalam semalam, tetapi merupakan hasil dari serangkaian kebijakan yang kurang berpihak pada penciptaan sistem ekonomi yang lebih adil, di tengah penurunan kualitas demokrasi belakangan ini.
Dalam lima tahun terakhir, kebijakan yang kurang memperhatikan kelas menengah telah mengakibatkan banyak orang mengalami penurunan daya beli.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa dalam lima tahun terakhir, sekitar 9,5 juta orang kelas menengah mengalami penurunan status menjadi calon kelas menengah. Selain itu, sekitar 12,72 juta calon kelas menengah jatuh ke kategori rentan miskin.
Saat ini, populasi terbesar di Indonesia didominasi oleh kelompok dengan pendapatan calon kelas menengah, dengan pengeluaran per kapita antara Rp874.398 hingga Rp2,04 juta per bulan. Pada tahun 2024, kelompok ini mencapai 137,5 juta orang, setara dengan 49,22% dari total populasi Indonesia.
Sementara itu, kelompok kedua terbesar adalah mereka yang tergolong rentan miskin, dengan pengeluaran per kapita mulai dari Rp582.931 hingga Rp874.398 per bulan.
Kelas menengah, dengan pengeluaran per kapita antara Rp2,04 juta hingga Rp9,90 juta per bulan, kini hanya mencakup 17,13% atau sekitar 47,85 juta orang, turun signifikan dari 21,45% pada tahun 2019.