JAKARTA – Inflasi Korea Selatan melambat pada bulan Agustus, mencapai level terendah dalam hampir 3,5 tahun, menurut data resmi yang dirilis kemarin. Kondisi ini memperkuat ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat.
Indeks harga konsumen (CPI) naik 2,0% dibandingkan tahun sebelumnya, setelah mencatat kenaikan 2,6% pada bulan sebelumnya. Ini menjadi kenaikan tahunan paling lambat sejak Maret 2021. Angka ini sesuai dengan proyeksi para ekonom dalam survei Reuters dan tepat pada target inflasi jangka menengah bank sentral sebesar 2%.
Secara bulanan, indeks meningkat 0,4%, laju tertinggi dalam enam bulan terakhir, setelah kenaikan 0,3% di bulan sebelumnya, dan melampaui perkiraan ekonom yang memproyeksikan kenaikan 0,3%.
Pada bulan lalu, Bank of Korea mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam hampir 16 tahun. Namun, ekspektasi terhadap pelonggaran kebijakan kembali mengemuka, dengan beberapa ekonom memprediksi bahwa langkah tersebut bisa dilakukan secepatnya pada Oktober mendatang karena kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi lebih diutamakan dibandingkan risiko inflasi.
Indeks harga konsumen inti (Core CPI), yang mengabaikan harga makanan dan energi yang fluktuatif, tumbuh 2,1% secara tahunan, melambat dari kenaikan 2,2% pada bulan sebelumnya dan menjadi yang terlemah sejak November 2021.
6 Dampak Melambatnya Inflasi Korea Selatan
Melambatnya inflasi di Korea Selatan memiliki beberapa dampak yang signifikan terhadap perekonomian, kebijakan moneter, dan aktivitas pasar, antara lain:
-
Peluang Pelonggaran Kebijakan Moneter
Dengan inflasi yang berada di level terendah dalam hampir 3,5 tahun, Bank of Korea (BoK) memiliki ruang lebih besar untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneter, seperti menurunkan suku bunga. Hal ini dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dengan mendorong pinjaman dan investasi.
-
Peningkatan Daya Beli Konsumen
Inflasi yang lebih rendah berarti harga barang dan jasa meningkat lebih lambat, sehingga daya beli konsumen meningkat. Hal ini dapat mendorong konsumsi rumah tangga dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
-
Stabilitas Harga yang Lebih Baik
Inflasi yang melambat memberikan stabilitas harga, yang dapat menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih terprediksi bagi konsumen dan pelaku usaha. Ini juga membantu meredakan kekhawatiran terhadap kenaikan biaya hidup yang tinggi.
-
Tekanan pada Sektor Ekspor
Meskipun inflasi yang rendah dapat menguntungkan secara domestik, hal ini dapat menimbulkan tekanan pada sektor ekspor. Mata uang Korea Selatan bisa menguat karena ekspektasi pelonggaran kebijakan, yang berpotensi membuat ekspor Korea Selatan menjadi lebih mahal dan kurang kompetitif di pasar global.
-
Dukungan bagi Pasar Saham
Harapan akan pelonggaran kebijakan moneter sering kali mendorong pasar saham, karena suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan likuiditas dan investasi di pasar keuangan. Investor biasanya menyambut baik kebijakan moneter yang lebih longgar karena dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
-
Risiko Deflasi Jika Inflasi Terus Melambat
Meskipun inflasi rendah memiliki beberapa manfaat, inflasi yang terus-menerus melambat juga berisiko membawa ekonomi ke kondisi deflasi, di mana penurunan harga bisa menghambat pertumbuhan ekonomi karena konsumen menunda pembelian dengan harapan harga akan turun lebih lanjut.
Secara keseluruhan, inflasi yang melambat di Korea Selatan menciptakan peluang dan tantangan, tergantung pada bagaimana kebijakan ekonomi disesuaikan untuk menyeimbangkan antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas harga.