27.8 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Ini Dampak Kenaikan Suku Bunga BOJ 

JAKARTA, duniafintech.com – Terjawab sudah sejumlah prediksi pasar terkait Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ).

Keputusan mengejutkan diambil BOJ dengan cara menaikkan suku bunga acuannya.

Langkah itu diambil setelah BOJ ditahan di level ultra rendahnya selama delapan tahun terakhir.

Kebijakan ini juga menjadi kenaikan pertama sejak 17 tahun terakhir.

BOJ secara mengejutkan menaikkan suku bunga sebesar 10 basis poin (bp).

Kisarannya diantara 0% hingga 0,1% dari sebelumnya di level -0,1%.

Suku bunga BOJ sebelumnya berada pada level terendah selama delapan tahun terakhir.

Kenaikan Suku Bunga BOJ dalam 17 Tahun Terakhir

Kepala Ekonomi Jepang di BofA Securities Izumi Devalier mengatakan, kenaikan suku bunga yang ditetapkan BOJ merupakan kebijakan mengejutkan selama 17 tahun terakhir.

Ia menilai, kebijakan tersebut sarat makna yang tersimpan dibaliknya.

Langkah ini kata Izumi akan menjadi langkah awal dalam menaikkan suku bung apertama di Jepang.

Namun kata Izumi, kebijakan ini masih membuat suku bunga tetap berada di kisaran nol.

“Ini disebabkan adanya pemulihan ekonomi yang rapuh tentunya membuat bank sentral harus memperlambat kenaikan biaya pinjaman,” katanya.

Izumi juga menilai, langkah ini akan membuat BOJ mengalami pergeseran karena berani mengambil kebijakan.

“BoJ ini adalah bank central yang terakhir yang berani keluar dari suku bunga negatif,” nilainya.

Ia juga menyebutkan, BOJ berhasil mengakhiri masa pengambil kebijakan di seluruh dunia.

Sebab BOJ berupaya menopang pertumbuhan melalui uang murah dan alat moneter yang tidak konvensional.

Dampak dari kebijakan tersebut, secara resmi kurva imbal hasil (yield curve control/YCC) pengendalian dapat diakhiri.

“Dan menghentikan pembelian Equity Trade Fund (ETF) serta J-REIT, Dana Investasi Properti Jepang,” tambahnya.

Pemerintah Jepang juga terus melanjutkan pembelian obligasi dengan nilai yang sama.

Menurut Pemerintah Jepang, inflasi telah melampaui target BoJ sebesar 2% selama lebih dari setahun.

Meski demikian, pada pertemuan Maret atau April banyak pelaku pasar memperkirakan berakhirnya suku bunga negatif.

Kini pelaku pasar menanti konferensi pers setelah suku bunga acuan resmi dinaikan.

Kenaikan upah beberapa perusahaan di Jepang juga memicu kenaikan suku bunga acuan BOJ.

Upah di tahun 2024 tercatat mengalami kenaikan sebesar 5,28% di 2024.

Kenaikan upah ini menjadi angka tertinggi dalam 33 tahun terakhir.

Banyak yang berharap, terutama pemangku kebijakan kenaikan upah akan meningkatkan belanja rumah tangga.

Serta kenaikan ini diharapkan menghasilkan pertumbuhan ekonomi.

Terutama jika mengacu pada akhir tahun lalu Jepang nyaris mengalami resesi.

Dampak Kenaikan Gaji 

Kenaikan gaji di Jepang berdampak pada inflasi.

Kenaikan inflasi diperkirakan bakal bergerak tinggi.

Hal itu disebabkan karena perusahaan-perusahaan Jepang menaikkan gaji sebesar 5,28%.

Kenaikan upah tersebut tercatat sebagai kenaikan tertinggi dalam 33 tahun terakhir.

Sejak tahun  1990an gaji karyawan Jepang nyaris tidak pernah mengalami kenaikan signifikan dan hampir flat.

Faktor lainnya yakni, Jepang kerap kali dihadapkan pada posisi harus berjuang keras melawan deflasi.

Penyebabnya tentu karena rendahnya pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan flatnya gaji.

Jadi, setelah adanya kebijakan menaikkan gaji karyawan tersebut, inflasi ini pun kini ibarat menjadi dua sisi mata uang.

Dampak kenaikan gaji ini adalah inflasi turut serta mengerek suku bunga.

Inflasi Jepang juga lebih disebabkan oleh gangguan pasokan sehingga dinilai belum stabil.

Nobuko Kobayashi, konsultan dari EY-Parthenon memberikan penilaian terkait inflasi tersebut.

Menurutnya, inflasi bisa menjadi baik bagi ekonomi jika itu menunjukkan adanya perbaikan permintaan dan produkstivas.

Sebaliknya, inflasi bisa menjadi jelek jika hal itu karena gangguan pasokan.

Untuk diketahui, ekonomi Jepang hanya mengalami pertumbuhan 0,4% pada Oktober-Desember 2023.

Itupun setelah sempat terkontraksi 3,2% pada Juli-September 2023.

Fakta lainnya, Jepang tercatat pernah kehilangan posisinya sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia.

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU