26.7 C
Jakarta
Jumat, 20 September, 2024

Ini Langkah Strategis BOJ Atasi Pro Kontra Pelonggaran Moneter

JAKARTA, duniafintech.com – Di tengah pro dan kontra dari langkah-langkah pelonggaran moneter, Bank Sentral Jepang (BOJ) terus melakukan terobosan.

Diantaranya, dengan menyiapkan sejumlah langkah strategis dengan menaikkan suku bunga.

Langkah itu merupakan gagasan yang dicetuskan Gubernur BOJ Kazuo Ueda.

Kepala ekonom di Rakuten Securities Economic Research Institute mengatakan, BOJ menggunakan gagasan tentang perubahan norma sosial Jepang.

Tujuannya untuk mendukung proyeksi inflasi mencapai 2 persen.

Hal itu akan berkelanjutan dalam beberapa tahun mendatang.

Mengacu pada tahun 2013 lalu, eks Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengatakan, BOJ sempat membuat publik kaget.

Hal itu deisebabkan karena BOJ berani mengambil tindakan dan keluar dari pola pikir deflasi.

Langkah itu diiringi dengan upaya mencetak uang dalam jumlah besar dan langsung mencapai target inflasi dalam waktu dua tahun.

Tapi banyak pihak yang meragukan upaya tersebut, hingga menemui kegagalan.

Padahal, inflasi kala itu justru dipengaruhi faktor penting.

Faktor eksternal yang terkendala akibat pandemi dan perang Ukraina.

Hal ini mendorong biaya impor meningkat dan mempertahankan inflasi di atas 2 persen.

Jika mengacu pada persepsi publik, tampaknya konsumsi Jepang mulai melepaskan pandangan lama sejak tahun 1990.

Pandangan itu menganut paham bahwa harga tidak akan pernah naik lagi.

BOJ Akan Umumkan Kebijakan

Bank of Japan pada akhir pertemuan 31 Juli mendatang akan mengumumkan sejumlah kebijakan terkait rencananya dalam mengurangi pembelian utang.

Pengamat BOJ mengatakan, meskipun hanya sekitar 30% pihak BOJ akan tetap menaikkan suku bunga pada pertemuan tersebut.

Tapi sejumlah pihak melihat adanya risiki sebesar 90% yang akan muncul dari langkah tersebut.

Mengacu pada survei Bloomberg yang diterbitkan awal pekan ini, Gubernur BOJ Kazuo Ueda berulang kali memberikan isyarat, tengah mencari tanda-tanda upah yang lebih tinggi.

Hal itu, digadang-gadang akan memicu permintaan yang tinggi dan memacu konsumsi serta mendorong pertumbuhan harga.

Dampaknya, tentu mendorong inflasi di atas target 2 persen.

Inflasi pada Juni lalu menunjukkan, adanya dukungan berupa subsidi utilitas dari pemerintah.

Secara keseluruhan, inflasi menunjukkan kenaikan sebesar 2,2 persen.

Inflasi dari segi makanan segar dan energi menunjukkan pertumbuhan meskipun dengan jumlah cenderung melambat hanya diangka naik 1,5 persen.

Dampaknya ke Indonesia

Meski keputusan ini dinilai cukup akomodatif namun secara global keputusan ini akan memberikan dampak khusunya ke Indonesia.

Keputusan BOJ ini dinilai akomodatif karena bukan merupakan pernyataan yang hawkish nan kuat.

Dimulainya era baru bunga acuan Jepang itu bagi Indonesia bisa memengaruhi keberadaan dana investor Negeri Sakura di pasar domestik.

Keputusan itu juga bakal berdampak pada perusahaan-perusaaan Jepang yang berada di Indonesia.

Kedepan, jika inflasi Jepang mengalami kenaikan lebih kuat, maka akan membutuhkan pengetatan lebih lanjut oleh BOJ.

Mengacu pada data Bloomberg, dana investor Jepang yang berputar di luar negeri mencapai US$4,43 triliun.

Hal itu setara dengan Rp69.582 triliun.

Dalam dua bulan pertama tahun ini, tercatat surat utang offshore  telah dibeli oleh investor Jepang senilai ¥3,5 triliun.

Keuntungan terbesar dalam tiga tahun terakhir setelah meraup ¥18,9 triliun pada tahun 2023 lalu.

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU