35.1 C
Jakarta
Jumat, 11 Oktober, 2024

Ini Sektor Paling Banyak Diterpa Masalah Keuangan, OJK Tuntaskan 131 Perkara Perbankan dan Berikan 2.379 Sanksi 

JAKARTA, 2 Oktober 2024 – Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara menegaskan, akan menyelesaikan 131 perkara Perbankan atau masalah keuangan.

Sebanyak 131 perkara itu, kata Mirza terdiri dari 105 perkara perbankan, 5 perkara pasar modal, 20 perkara asuransi dan dana pensiun dan 1 perkara PVML.

Menurut Mirza dari semua perkara tersebut, sebanyak 117 perkara Perbankan telah diputuskan.

“Diantaranya 106 perkara sudah inkracht dan 11 masih dalam tahap kasasi,” kata Mirza.

Mirza menjelaskan, per Juli 2024 OJK telah memberikan 2.379 sanksi administratif terhadap pelaku pelanggaran peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

“Jumlah tersebut naik 25,87% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” jelasnya.

OJK kata Mirza dalam memutus perkara telah mengacu pada undang-undang.

“Tugas OJK adalah mengawasi, menyidik, dan melindungi konsumen,” tegasnya.

Masalah Keuangan, OJK Jaga Stabilitas

Berdasarkan hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan, stabilitas sektor jasa keuangan terjaga stabil.

Saat ini, pasar keuangan menguat di tengah sentimen positif.

Hal ini terjadi akibat periode cut cycle bank sentral, namun prospek aktivitas perekonomian dunia melemah.

Pertumbuhan Ekonomi Terindikasi Menurun

OJK menilai, di tengah sektor jasa keuangan stabil, namun pertumbuhan ekonomi justru terindikasi mengalami penurunan.

Hal itu terjadi di mayoritas negara utama (syncronised slowdown).

MIsalnya, di AS, The Fed menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi di 2024.

Penurunan outlook diikuti kenaikan level pengangguran dan penurunan inflasi.

Sementara di Tiongkok, perekonomian kehilangan momentum pemulihannya setelah sisi produksi yang selama ini menopang pertumbuhan mulai menghadapi tekanan.

Jika mengacu pada aktifitas manufaktur tampak adanya perlambatan sehingga mendorong tingkat pengangguran naik ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir.

Kemudian tingkat pengangguran muda (youth unemployment) juga tampak mengalami peningkatan.

Tekanan perekonomian Eropa juga semakin dalam terlihat dari penurunan outlook pertumbuhan dan proyeksi inflasi yang meningkat.

Perkembangan tersebut mendorong bank sentral global memulai siklus penurunan suku bunga yang cukup agresif.

Pengaruh The Fed

Pasca The Fed memutuskan menurunkan Fed Funds Rate sebesar 50 bps membuat sejumlah sektor turut terdampak.

Kebijakan moneter global yang akomodatif tersebut mendorong kenaikan likuiditas di pasar keuangan.

Hal itu tercermin dari penguatan pasar keuangan global di mayoritas negara.

Aliran modal cukup besar ke pasar keuangan emerging market mulai terjadi, termasuk ke pasar keuangan Indonesia.

Di domestik, kinerja perekonomian masih terjaga stabil di tengah penurunan pertumbuhan ekonomi global.

Inflasi terpantau terjaga stabil seiring mulai terkendalinya inflasi pangan, serta neraca perdagangan mencatatkan peningkatan surplus sejak Juli 2024.

Selain itu, langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps ke level 6 persen diharapkan dapat meningkatkan likuiditas perekonomian domestik dan memperkuat kapasitas LJK dalam menyalurkan pembiayaan.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU